28 August 2014

Kisah no. 75

Yesus Menyembuhkan Sakit Penyakit (Matius 8:1-17)
Dalam perikop ini Matius menuliskan 3 kejadian bagaimana Yesus menyembuhkan orang dari sakit penyakit di Kapernaum, kota kecil di tepi danau Galilea. Mereka adalah satu orang yang sakit kusta, anak seorang perwira yang sakit lumpuh dan ibu mertua Simon yang sakit demam. . Catatan Matius tentang kejadian-kejadian tersebut sebenarnya kurang tepat secara urutan waktunya. Jika kita bandingkan dengan Injil yang lain seharusnya urutannya adalah Yesus menyembuhkan ibu Petrus terlebih dahulu. Kata ‘setibanya di rumah Petrus’ di ayat 14 seharusnya didahului kejadian Yesus mengusir setan di rumah ibadat (Markus 1:21-39). Beberapa waktu kemudian barulah Yesus menyembuhkan orang sakit kusta yang ditemui-Nya dalam perjalan mengelilingi Galilea. Baru yang terakhir, Yesus menyembuhkan anak seorang perwira yang mendatangi Yesus. Memang matius tidak berusaha menuliskan kejadian-kejadian itu secara berurutan. Dia punya tujuan lain waktu menulis kitabnya.
Kitab Matius ini ditulisnya ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Dia sendiri adalah orang Yahudi yang terdidik dan paham akan kitab-kitab Yahudi. Melalui suratnya, Matius ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah penggenapan janji Allah seperti yang ditulis nabi-nabi yang terdahulu. Oleh sebab itu di sepanjang kitabnya, Matius sering mengutip ayat-ayat perjanjian lama dan menjelaskan bahwa penggenapannya terjadi dalam diri Yesus. Ketika Matius menuliskan ketiga kejadian di pasal 8 ini, ada satu tujuan yang ada dibenaknya yaitu bagaimana meyakinkan pembaca tulisannya bahwa gurunya, Yesus adalah hamba Tuhan yang dinubuatkan nabi Yesaya. Yesus sanggup memikul kelemahan dan menanggung penyakit manusia (Yes 53:4). Segeralah ia mengumpulkan kisah bagaimana Yesus menyembuhkan orang-orang dari sakit penyakit dan menceritakan ulang menjadi satu rangkaian kisah yang sekarang kita baca di pasal yang ke-8 ini. Bahkan dia tidak banyak menuliskan kejadian-kejadiannya dengan detail, hanya berupa cerita berisi ada orang sakit dan jenis penyakitnya, Yesus menyembuhkan dan mereka sembuh. Singkat tapi tegas menunjukkan bahwa Yesus berkuasa atas segala kelemahan tubuh dan sakit penyakit.
Sekarang coba kita memperhatikan 3 peristiwa yang dituliskan Matius yang coba disusun dengan perkiraan urutan waktu yang sebenarnya.
1.       Demam disembuhkan.

Peristiwa ini terjadi waktu Yesus mampir untuk beristrahat di rumah Simon (kemudian diganti namanya menjadi Petrus). Dia melihat ibu mertua Petrus sedang terbaring menggigil karena demam yang sangat tinggi. Yesus menghampiri perempuan itu dan memegang tangannya. Ajaib! Wajah yang begitu pucat berubah menjadi segar, tubuhnya tidak lagi bergetar. Sang ibu berkata, “Aku sembuh”. Segera sadarlah dia laki-laki yang berdiri di hadapannya bukan manusia biasa. Diketahuinya kemudian dari cerita Petrus, bahwa laki-laki itu adalah Juruselamat manusia yang sudah dijanjikan ratusan tahun yang lampau.

2.       Kusta disembuhkan.

Beberapa waktu setelah itu, seorang yang sedang sakit kusta mendatangi Yesus minta disembuhkan.  Menurut penelitian modern sakit kusta termasuk jenis penyakit syaraf yang sulit sembuh disebabkan oleh bakteri. Gejalanya dimulai dari permukan kulit dan kemudian menjalar keseluruh bagian tubuh. Penyakit ini juga disertai hilangnya rasa sakit dari diri penderita. Sehingga ketika penderita mengalami luka kadang tidak sadar. Ini menyebabkan rusaknya bagian-bagian kulit dan tubuh penderita. Matius juga pernah menceritakan seorang mati sebelah tangannya (Mat 12:10-13) yang kemungkinan besar adalah penyakit kusta yang disertai hilangnya rasa sakit. Penyakit kusta sendiri sudah dilaporkan keberadaannya menyerang manusia khususnya di daerah tempat tinggal bangsa Israel. Kitab Perjanian Lama menyebutkan tentang penyakit kusta sebanyak 55 kali sementara di Perjanjian Baru sebanyak 13 kali. Memang konotasi dari cerita-cerita itu sepertinya merujuk kusta pada penyakit kulit, tapi sebenarnya juga mengindikasikan penyakit syaraf sesuai penelitian kesehatan modern. Sehingga bisa dikatakan kondisi orang kusta itu sudah parah dan tidak ada harapan.
Anehnya bukannya datang dengan nada putus asa, justru dia datang dengan permintaan yang penuh dengan keyakinan, “Tuan, sembuhkan aku. Kalau Engkau mau, pasti aku menjadi tahir dari sakit kustaku”. Mungkin keyakinan itu timbul karena sebelumnya dia telah mendengar tanda-tanda ajaib yang dilakukan Yesus. Inilah waktunya dia sendiri untuk membuktikan kebenaran cerita yang dia dengar. Tiba-tiba, Yesus melakukan sesuatu yang tidak lazim. Dia mendekati orang itu, lalu memegangnya. Memegang orang kusta tidak diijinkan karena penyakit itu menular dan kusta juga dianggap sebagai hukuman dari Allah. Memang jika kita telusuri penggambaran penulis Perjanjian Baru akan terlihat cara pandang baru akan penyakit kusta. Mereka menunjukkan keinginan Allah yang menyembuhkan orang yang sakit kusta. Yesus berulang kali diceritakan berbelas kasihan, menjamah dan menyembuhkan orang sakit kusta.
 Yang terjadi kemudian bukannya Yesus yang tertular. Saat Yesus berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir (bersih)”, mujizat terjadi. Tubuh yang semula penuh dengan tanda-tanda kusta menjadi pulih. Orang itu sembuh dari kustanya. Yesus menunjukkan kuasa-Nya. Dia perintahkan sakit kusta pergi dari tubuh orang itu. Dia juga perintahkan agar orang itu tidak menceritakan kesembuhan itu kepada banyak orang melainkan datang kepada imam untuk dipastikan dan dipulihkan keadaannya sesuai aturan dalam hukum Yahudi (Imamat 14).

3.       Lumpuh disembuhkan.

Matius juga melaporkan peristiwa lain tentang mujizat kesembuhan yang dilakukan Yesus. Kejadian itu terjadi pada waktu Yesus ada di Kana, tempat Dia melakukan tanda yang pertama. Hari itu. Dia kedatangan tamu yang istimewa. Seorang perwira Romawi yang menjaga keamanan kota Kapernaum (waktu itu Israel dijajah Romawi). Rupanya sang perwira ini mendengar perkara-perkara ajaib yang Yesus lakukan. Dia memiliki anak buah yang sakit lumpuh. Dia sendiri adalah contoh pemimpin yang begitu memperhatikan anak buahnya. Dia ingin anak buahnya itu sembuh dan dia dengar cerita-cerita tentang pekerjaan Yesus menyembuhkan orang sakit. Dia meminta Yesus untuk menyembuhkan anak buahnya itu. “Tolong sembuhkan. Dia terbaring tidak berdaya di rumahku. Dia sangat menderita”, pinta sang perwira. Sekali lagi jatuh belas kasihan Yesus pada orang-orang yang menderita, sekaligus rasa hormat kepada perwira yang peduli kepada anak buahnya. “Baik, aku akan datang ke rumahmu untuk menyembuhkannya”, jawab Yesus.
Perwira itu senang atas respon Yesus, namun dia mencegah Yesus untuk datang ke rumahnya. Karena dia tahu dalam budaya Yahudi tidak layak seorang guru seperti Yesus datang ke rumah bangsa kafir (bangsa yang tidak menyembah Allah bangsa Yahudi). Dia tidak ingin mencemari reputasi Yesus dengan datang ke rumahnya. Dia pun berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
Perkataan itu membuat Yesus terheran-heran. Keyakinan yang luar biasa dimiliki perwira itu. Sepertinya dia sangat percaya Yesus benar-benar berkuasa. Ia yakin Yesus bisa menyembuhkan anak buahnya dengan cara apapun, bahkan hanya dengan memperkatakan kesembuhan di tempat yang terpisah sekalipun, maka hambanya akan sembuh. Ia sedang menyamakan  Yesus seperti perwira tinggi yang tinggal memberikan perintah untuk menolong anak buahnya. Dia tidak sadar bahwa perkataannya itu memiliki kebenaran rohani. Yesus memang penguasa tertinggi dari sebuah kerajaan yang tidak terlihat, Kerajaan Sorga. Perkataan-Nya sangat berkuasa memerintah apapun.
Dan benar, perkataan yang berkuasa itu meluncur keluar dari mulut Yesus, “Pulanglah dan jadilah seperti yang engkau percaya”. Bergegas sang perwira pulang ke rumah dengan rombongannya. Sesampainya di rumah terkejutlah mereka, orang yang menyambut kedatangan mereka adalah hambanya yang sebelumnya tergolek lemah karena lumpuh. Hambanya sembuh tepat ketika Yesus memperkatakan kesembuhan.
Ketiga kisah yang diceritakan  Matius di atas diakhiri dengan efek dari kuasa yang ditunjukkan Yesus. Ayat 16 mencatat bahwa menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Tepatlah yang pernah dikatakan nabi Yesaya, akan datang Juruselamat manusia yang akan memikul kelemahan dan menanggung penyakit manusia. Yesuslah Juruselamat itu.  
Sumber:
1.       Alkitab, LAI.
2.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 75.
4.       Sejarah Kerajaan Allah 2.







26 August 2014

Kisah no. 74

Yesus Menyucikan Bait Allah (Yohanes 2:13-22)
Kisah heroik Yesus menyucikan Bait Allah yang kita baca di Yohanes 2 ini sebenarnya menimbulkan pertanyaan besar berkaitan dengan kapan tepatnya peristiwa itu terjadi. Jika dibanding dengan ketiga kitab Injil yang lain, maka terlihat ada perbedaan waktunya. Matius, Markus dan Lukas menempatkan kejadian itu di tahun akhir Yesus melayani, tepatnya saat perayaan paskah terakhir sebelum Yesus  disalib. Jika dihitung maka  Yesus ikut merayakan paskah sebanyak 3 kali.  Sedangkan di kitab Yohanes ini kejadian itu dilaporkan pada paskah pertama di masa pelayanan Yesus. Ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, kejadian yang dituliskan Yohanes ini berbeda dengan yang ditulis ketiga penulis Injil lainnya. Bisa jadi, memang 2 kali Yesus mendapati Bait Allah dijadikan arena jual beli dan Dia marah, bahkan mengusir mereka yang berjualan di sana. Kedua, kejadian yang dilaporkan Yohanes ini sama dengan ketiga penulis Injil lainnya. Waktunya di perayaan paskah terakhir yang diikuti Yesus. Tapi mengapa Yohanes menuliskannya justru di awal pelayanan Yesus? Kalau kita perhatikan, sebenarnya Yohanes memang tidak terkesan menuliskan kehidupan Yesus secara urut. Dari kisah hidup Yesus yang dia laporkan, sepertinya Yohanes punya maksud khusus untuk memilih kisah mana yang dimasukan dalam tulisannya. Tujuannya jelas membuktikan bahwa Yesus adalah mesias, anak Allah yang berkuasa dan setiap orang yang membaca laporannya percaya kepada Yesus dan diselamatkan (Yoh 20:30-31). Setidaknya ada 3 hal yang dilaporkan dengan detail oleh Yohanes untuk membuktikan kemesiasan Yesus. Mujizat yang dilakukan-Nya, perkataan yang diucapkan-Nya dan kesaksian orang-orang yang mengenal Dia.
Kejadian itu terjadi saat ada perayaan Paskah di Yerusalem. Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Bait Allah untuk ikut merayakannya. Banyak sekali orang yang berhimpun di Bait Allah saat itu. Sesampainya mereka di Bait Allah, Yesus sangat terkejut dengan apa yang dilihat-Nya di halaman Bait Allah. Tempat suci di mana bangsa Israel bertemu dan beribadah kepada Allah itu berubah menjadi seperti pasar. Pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati sedang berteriak-teriak menawarkan jualan mereka. Setiap orang yang ingin mempersembahkan korban di Bait Allah bisa saja membawa binatang mereka sendiri, tapi itu terlalu beresiko. Untuk seekor domba dianggap layak menjadi korban bakaran saja perlu setidaknya 600 syarat. Alih-alih membawa dan ditolak oleh para imam, lebih baik beli di Bait Allah. Binatang-binatang itu sudah dapat ijin layak dikorbankan dari para imam. Masalahnya binatang-binatang itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Tentunya itulah yang menjadi keuntungan pedagang-pedagang itu.
Tidak hanya penjual-penjual binatang, di antara orang banyak itu juga terlihat orang-orang yang membuka meja-meja untuk menukarkan uang. Dalam kitab keluaran 30:13 menuliskan bahwa tiap-tiap orang Israel harus memberikan persembahan kepada Allah sebesar setengah syikal atau 2 dirham. Pada jaman Yesus peraturan itu masih dipegang. Tiap orang harus membawa persembahan itu dan memasukannya ke dalam kotak persembahan di Bait Allah. Masalahnya adalah waktu itu peredaran syikal Yahudi sudah sangat terbatas dan hanya dimiliki oleh beberapa orang termasuk mereka yang sedang membuka tempat penukaran uang itu. Mata uang yang lazim dipakai adalah mata uang Yunani dan Romawi. Kedua mata uang itu dianggap tidak kudus dan tidak boleh masuk dalam kotak persembahan di Bait Allah. Karena itu, terpaksalah orang banyak itu membeli syikal dari tempat-tempat penukaran uang yang ada. Tidak jarang untuk mendapatkan syikal, orang-orang itu harus membayar jauh lebih banyak. Keuntungan besar bagi penukar-penukar uang itu.
Banyak orang terpaksa membeli binatang korban dan syikal yang memberatkan mereka. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena praktek jual beli itu dilindungi oleh imam-imam kepa yang menjadi otoritas tertinggi di Bait Allah. Bukan rahasia lagi kalau imam-imam juga ikut menikmati keuntungan yang besar. Pemandangan yang membuat hati Yesus marah. Tempat pertemuan Allah dengan umat-Nya malah menjadi tempat transaksi jual beli yang penuh tipu muslihat dan pemerasan. “Ini tidak bisa dibiarkan”, pikir Yesus. Lalu, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Kambing domba dan merpati berhamburan membuat suasana menjadi heboh. Para pedagang berusaha mengejar binatang-binatang mereka sambil mengumpat. Para penukar uang berusaha mengumpulkan lagi uang mereka yang berhamburan. Melihat apa yang terjadi, teringatlah Yohanes akan Mazmur 69:9 “Cinta akan rumah Tuhan menghanguskan aku”.  Kasih Yesus kepada Bapa-Nya membuat hati-Nya geram atas apa yang mereka lakukan. Bukannya peduli akan kehormatan Allah, orang-orang itu hanya memikirkan diri mereka sendiri. Pantaskah seorang guru seperti Yesus marah?
“Di benua timur seringkali seorang guru dilukiskan sebagai seorang yang tidak pernah marah, tetapi selalu lemah lembut dan ramah tamah. Sebenarnya lukisan itu tidak benar. Seorang guru memang tidak mengenal marah yang mau mementingkan diri sendiri, tetapi ia marah terhadap dosa. Yesus tidak marah karena perlakuan orang terhadap diri-Nya sendiri, tetapi melihat perlakuan mereka terhadap Allah. Kemarahan Yesus adalah kemarahan Allah. Kemarahan suci besar akibatnya. Hampir segala gerakan besar di dunia ini timbul karena kemarahan ini” (Bavinck, SKA:154)
Tidak ada satupun dari pedagang dan penukar uang yang berani melawan Yesus. Selain mereka sadar bahwa yang dilakukan Yesus memang benar, mereka juga sadar orang banyak yang jadi korban mereka selama ini pasti mendukung Yesus. Beberapa dari antara mereka lari melaporkannya kepada imam-imam. Yohanes menuliskan beberapa orang Yahudi menghampiri Yesus setelah itu. Sepanjang kitab Yohanes, istilah orang-orang Yahudi selalu merujuk kepada imam-imam sebagai pemimpin-pemimpin orang Yahudi di Yerusalem. Mereka menemui Yesus dan dan menantang Yesus, “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?".
Entah kenapa imam-imam yang menguasai firman tidak bisa melihat apa yang dilakukan Yesus adalah tanda kemesiasan-Nya. “Bukankah nabi Maleakhi telah mengatakan bahwa Mesias kalau ia sudah datang, akan pergi ke Bait Suci untuk mentahirkan anak-anak Lewi dari segala dosanya? (Mal 3:1,3). Inilah Mesias itu! Ia telah datang! Keluarkanlah dari Bait Suci ini segala yang najis dan haram” (Bavinck, SKA:150).
 Rupanya kesombongan imam-imam telah menutup mata mereka untuk menyadari siapa Yesus yang sebenarnya. Mereka masih menuntut lagi tanda yang lain. Yesus menjawab mereka "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Jawaban Yesus yang membingungkan. Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?". Bukan! Yesus tidak sedang berbicara tentang Bait Allah yang dari batu. Yesus sedang menceritakan satu waktu nanti, mereka-mereka yang tidak menghargai Bait Allah yang dari batu itu juga tidak akan menghargai Yesus, Bait Allah yang sesungguhnya. Bahkan mereka akan membunuh Yesus, namun Dia tidak akan terus mati, Dia akan bangkit. Bait Allah yang sejati itu akan berdiri teguh lagi setelah tiga hari. Bait Allah yang adalah lambang kehadiran Allah di tengah umat-Nya akan tegak tak tergoyahkan lagi. Saat tugas kemesiasan Yesus selesai, dosa telah ditebus, maka setiap orang yang percaya kepada-Nya akan mengalami kehadiran Allah dalam hidup mereka selama-lamanya. Yohanes yang menjadi salah satu saksi kebangkitan Yesus, ingat perkataan Yesus itu. Mengertilah Dia apa yang dimaksudkan Yesus. Perkataan Yesus tergenapi dan menumbuhkan kepercayaan dalam diri Yohanes dan murid-murid yang lain. Maka Yohanes segera menuliskan kejadian Yesus menyucikan Bait Allah sehingga sampai saat ini setiap orang yang membacanya juga bisa percaya kepada Yesus sebagai mesias dalam hidup mereka. Khusus untuk setiap perkataan yang Yesus ucapkan, adalah perkataan yang berkuasa dan memliki tujuan, membawa manusia yang berdosa kembali menikmati persekutuan dengan Allah.
Apa yang terjadi kemudian tidaklah jelas diceritakan. Sepertinya dialog Yesus dengan imam-imam terhenti. Mungkin mereka juga tidak punya alasan kuat untuk memperkarakan Yesus. Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita mendapati laporan bahwa Yesus tetap tinggal di Yerusalem selama masa paskah dan mengajar banyak orang di sana.


Sumber:
1.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 74.
2.       Hidup Bersama Firman, kitab Yohanes.
3.       Sejarah Kerajaan Allah 2.
4.       Alkitab Sabda Software






18 August 2014

Kisah no. 73

Yesus Melakukan Mujizat Yang Pertama (Yohanes 2:1-11)

Tiga hari setelah perjumpaannya dengan Filipus dan Natanael (pasal sebelumnya), Yesus menghadiri sebuah pesta perkawinan di kota Kana. Kemungkinan besar salah satu mempelai yang menikah masih punya hubungan keluarga yang dekat dengan Yesus, terbukti Maria juga hadir dalam pesta itu. Bahkan, jika kita baca terus kita dapati Maria punya kuasa untuk memberi perintah kepada pelayan-pelayan di situ.
Di tengah pesta perkawinan yang meriah itu, anggur habis. Maria mengetahui kondisi itu. Saat dia melihat Yesus, dia sadar bahwa Yesus bisa membantu.  Dia tahu bahwa Yesus adalah mesias seperti yang pernah dijanjikan malaikat Tuhan saat dia mengandung, maupun yang diceritakan gembala-gembala kepadanya (Lukas 2:11). Dalam bahasa Ibrani mesias memiliki arti sebagai orang yang diurapi, yang akan menjadi juruselamat umatnya. Dalam Perjanjian Baru dipakai kata kristus. Dalam benak Maria, inilah waktunya Yesus menyatakan siapa Dia yang sesungguhnya. Selama ini, Maria tahu Yesus bukan manusia biasa, sering Yesus tahu apa yang harus dilakukan saat orang lain sudah tidak tahu harus melakukan apa. Dia pasti bisa menolong untuk mengadakan anggur yang baru dengan kuasa-Nya. Datanglah dia kepada Yesus, “Mereka kehabisan anggur”, kata Maria. “Tolonglah mereka”.
Namun, tidak disangka-sangka Yesus justru menjawab dengan kalimat yang bernada penolakan dan berisi alasan “Saatku belum tiba”. Apa maksud Yesus?. Ada dua hal yang sepertinya Yesus ingin katakan kepada ibu-Nya. Pertama, Yesus mengingatkan Maria bahwa Dia bekerja sesuai waktu yang ditentukan Bapa-Nya di sorga. Kedua, harapan Maria agar Yesus menunjukkan kemesiasan-Nya akan digenapi pada waktunya nanti. Puncak penyataan Yesus sebagai mesias terjadi saat Dia memberikan nyawa-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa orang yang percaya kepada-Nya.
Reaksi Maria selanjutnya bagus untuk dicontoh. Mendengar nada penolakan tidak menyurutkan keyakinannya bahwa Yesus dapat menolong menyelesaikan masalah kehabisan anggur itu. Dia segera menemui pelayan-pelayan pesta. Maria memberi perintah, “Apa yang lelaki itu katakan kepadamu, buatlah itu!".
Di sekitar rumah itu tersedia 6 tempayan yang dipakai untuk cuci tangan sebelum makan. Setiap tempayan bisa menampung 3 buyung air. Ukuran 1 buyung sendiri setara dengan lebih kurang 32 liter air. Jadi 6 tempayan itu bisa menampung lebih kurang 576 liter air. Dan, tiba-tiba Yesus meminta pelayan-pelayan di pesta itu untuk mengisi lagi tempayan-tempayan itu sampai penuh. Mereka ingat pesan Maria, segeralah tempayan-tempayan itu diisi penuh. Yang terjadi kemudian sungguh ajaib. Air dalam tempayan berubah warna, dan mereka dapat melihat itu bukan air lagi tapi anggur. Bagaimana mungkin itu terjadi. Murid-murid yang ada disekitar Yesus pun bingung keheranan. Terlebih Yohanes, terpanalah Dia sekaligus mulai timbul keyakinan bahwa Guru yang dia ikuti benar adalah Mesias yang dijanjikan itu. Maria tersenyum, hatinya berkata, “Dia pasti melakukannya”.
Yesus memberi perintah selanjutnya. “Sekarang cedoklah dan bawalah pemimpin pesta.” Salah seorang pelayan itu segera mencedok dan membawa air yang sudah berubah menjadi anggur kepada kepala perjamuan. Coba perhatikan apa yang dikatakan kepala perjamuan kepada mempeai laki-laki setelah mencicipi anggur yang dibawa kepada dia. “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Mendengar itu, mempelai laki hanya bisa tersenyum kebingungan, karena sama seperti kepala perjamuan, dia tidak tahu apa yang terjadi. Semua peserta pesta pun tidak tahu bahwa anggur yang melimpah dengan rasa yang enak itu berasal dari air cuci tangan mereka. Hanya Maria, murid-murid dan pelayan-pelayan pesta yang menyaksikan bagaimana hanya dari perkataan Yesus terjadi keajaiban, air berubah jadi anggur. Keajaiban itu menjadi benih dalam hati mereka. Di masa datang, benih itu bertumbuh menjadi kepercayaan kepada Yesus, sang Mesisas, Anak Allah yang hidup.
Yohanes sepertinya sengaja menuliskan peristiwa ini sebagai tanda (mujizat) pertama yang dibuat Yesus menjadi tanda kemesiasan-Nya. Dan puncak tanda itu adalah saat Yesus mati di kayu salib. (Bnd. Yoh 19:25-27). Peristiwa di Kana ini dihadiri oleh Maria seperti ibunya itu juga hadir ketika Dia disalib. Ingatlah bahwa tujuan Yohanes menulis kitab ini dan mencatat 7 tanda ajaib yang Yesus lakukan adalah untuk menunjukkan bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah yang hidup. Dan, kita diundang agar percaya kepada Dia dan memperoleh hidup dalan nama-Nya (Yoh 20:30-31) “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

Rujukan:
1.  Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 73.
2.  Sejarah Kerajaan Allah 2.
3. Alkitab Sabda Software