Kisah no. 75
Yesus Menyembuhkan Sakit Penyakit (Matius 8:1-17)
Dalam perikop ini Matius
menuliskan 3 kejadian bagaimana Yesus menyembuhkan orang dari sakit penyakit di
Kapernaum, kota kecil di tepi danau Galilea. Mereka adalah satu orang yang
sakit kusta, anak seorang perwira yang sakit lumpuh dan ibu mertua Simon yang
sakit demam. . Catatan Matius tentang kejadian-kejadian
tersebut sebenarnya kurang tepat secara urutan waktunya. Jika kita bandingkan
dengan Injil yang lain seharusnya urutannya adalah Yesus menyembuhkan ibu
Petrus terlebih dahulu. Kata ‘setibanya di rumah Petrus’ di ayat 14 seharusnya
didahului kejadian Yesus mengusir setan di rumah ibadat (Markus 1:21-39).
Beberapa waktu kemudian barulah Yesus menyembuhkan orang sakit kusta yang
ditemui-Nya dalam perjalan mengelilingi Galilea. Baru yang terakhir, Yesus menyembuhkan
anak seorang perwira yang mendatangi Yesus. Memang matius tidak berusaha
menuliskan kejadian-kejadian itu secara berurutan. Dia punya tujuan lain waktu
menulis kitabnya.
Kitab Matius ini ditulisnya
ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Dia sendiri adalah orang Yahudi yang
terdidik dan paham akan kitab-kitab Yahudi. Melalui suratnya, Matius ingin
menunjukkan bahwa Yesus adalah penggenapan janji Allah seperti yang ditulis
nabi-nabi yang terdahulu. Oleh sebab itu di sepanjang kitabnya, Matius sering
mengutip ayat-ayat perjanjian lama dan menjelaskan bahwa penggenapannya terjadi
dalam diri Yesus. Ketika Matius menuliskan ketiga kejadian di pasal 8 ini, ada
satu tujuan yang ada dibenaknya yaitu bagaimana meyakinkan pembaca tulisannya
bahwa gurunya, Yesus adalah hamba Tuhan yang dinubuatkan nabi Yesaya. Yesus
sanggup memikul kelemahan dan menanggung penyakit manusia (Yes 53:4). Segeralah
ia mengumpulkan kisah bagaimana Yesus menyembuhkan orang-orang dari sakit
penyakit dan menceritakan ulang menjadi satu rangkaian kisah yang sekarang kita
baca di pasal yang ke-8 ini. Bahkan dia tidak banyak menuliskan
kejadian-kejadiannya dengan detail, hanya berupa cerita berisi ada orang sakit
dan jenis penyakitnya, Yesus menyembuhkan dan mereka sembuh. Singkat tapi tegas
menunjukkan bahwa Yesus berkuasa atas segala kelemahan tubuh dan sakit
penyakit.
Sekarang coba kita memperhatikan 3
peristiwa yang dituliskan Matius yang coba disusun dengan perkiraan urutan
waktu yang sebenarnya.
1.
Demam disembuhkan.
Peristiwa ini terjadi waktu Yesus mampir untuk
beristrahat di rumah Simon (kemudian diganti namanya menjadi Petrus). Dia
melihat ibu mertua Petrus sedang terbaring menggigil karena demam yang sangat
tinggi. Yesus menghampiri perempuan itu dan memegang tangannya. Ajaib! Wajah
yang begitu pucat berubah menjadi segar, tubuhnya tidak lagi bergetar. Sang ibu
berkata, “Aku sembuh”. Segera sadarlah dia laki-laki yang berdiri di hadapannya
bukan manusia biasa. Diketahuinya kemudian dari cerita Petrus, bahwa laki-laki
itu adalah Juruselamat manusia yang sudah dijanjikan ratusan tahun yang lampau.
2.
Kusta disembuhkan.
Beberapa waktu setelah itu, seorang yang sedang sakit kusta
mendatangi Yesus minta disembuhkan. Menurut
penelitian modern sakit kusta termasuk jenis penyakit syaraf yang sulit sembuh
disebabkan oleh bakteri. Gejalanya dimulai dari permukan kulit dan kemudian
menjalar keseluruh bagian tubuh. Penyakit ini juga disertai hilangnya rasa
sakit dari diri penderita. Sehingga ketika penderita mengalami luka kadang
tidak sadar. Ini menyebabkan rusaknya bagian-bagian kulit dan tubuh penderita.
Matius juga pernah menceritakan seorang mati sebelah tangannya (Mat 12:10-13)
yang kemungkinan besar adalah penyakit kusta yang disertai hilangnya rasa
sakit. Penyakit kusta sendiri sudah dilaporkan keberadaannya menyerang manusia
khususnya di daerah tempat tinggal bangsa Israel. Kitab Perjanian Lama
menyebutkan tentang penyakit kusta sebanyak 55 kali sementara di Perjanjian
Baru sebanyak 13 kali. Memang konotasi dari cerita-cerita itu sepertinya
merujuk kusta pada penyakit kulit, tapi sebenarnya juga mengindikasikan penyakit
syaraf sesuai penelitian kesehatan modern. Sehingga bisa dikatakan kondisi
orang kusta itu sudah parah dan tidak ada harapan.
Anehnya bukannya
datang dengan nada putus asa, justru dia datang dengan permintaan yang penuh
dengan keyakinan, “Tuan, sembuhkan aku. Kalau Engkau mau, pasti aku menjadi
tahir dari sakit kustaku”. Mungkin keyakinan itu timbul karena sebelumnya dia
telah mendengar tanda-tanda ajaib yang dilakukan Yesus. Inilah waktunya dia
sendiri untuk membuktikan kebenaran cerita yang dia dengar. Tiba-tiba, Yesus
melakukan sesuatu yang tidak lazim. Dia mendekati orang itu, lalu memegangnya.
Memegang orang kusta tidak diijinkan karena penyakit itu menular dan kusta juga
dianggap sebagai hukuman dari Allah. Memang jika kita telusuri penggambaran
penulis Perjanjian Baru akan terlihat cara pandang baru akan penyakit kusta. Mereka
menunjukkan keinginan Allah yang menyembuhkan orang yang sakit kusta. Yesus
berulang kali diceritakan berbelas kasihan, menjamah dan menyembuhkan orang
sakit kusta.
Yang terjadi kemudian bukannya Yesus yang
tertular. Saat Yesus berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir (bersih)”, mujizat
terjadi. Tubuh yang semula penuh dengan tanda-tanda kusta menjadi pulih. Orang
itu sembuh dari kustanya. Yesus menunjukkan kuasa-Nya. Dia perintahkan sakit
kusta pergi dari tubuh orang itu. Dia juga perintahkan agar orang itu tidak
menceritakan kesembuhan itu kepada banyak orang melainkan datang kepada imam
untuk dipastikan dan dipulihkan keadaannya sesuai aturan dalam hukum Yahudi
(Imamat 14).
3.
Lumpuh disembuhkan.
Matius juga melaporkan peristiwa lain tentang mujizat
kesembuhan yang dilakukan Yesus. Kejadian itu terjadi pada waktu Yesus ada di
Kana, tempat Dia melakukan tanda yang pertama. Hari itu. Dia kedatangan tamu
yang istimewa. Seorang perwira Romawi yang menjaga keamanan kota Kapernaum
(waktu itu Israel dijajah Romawi). Rupanya sang perwira ini mendengar
perkara-perkara ajaib yang Yesus lakukan. Dia memiliki anak buah yang sakit
lumpuh. Dia sendiri adalah contoh pemimpin yang begitu memperhatikan anak
buahnya. Dia ingin anak buahnya itu sembuh dan dia dengar cerita-cerita tentang
pekerjaan Yesus menyembuhkan orang sakit. Dia meminta Yesus untuk menyembuhkan
anak buahnya itu. “Tolong sembuhkan. Dia terbaring tidak berdaya di rumahku.
Dia sangat menderita”, pinta sang perwira. Sekali lagi jatuh belas kasihan
Yesus pada orang-orang yang menderita, sekaligus rasa hormat kepada perwira
yang peduli kepada anak buahnya. “Baik, aku akan datang ke rumahmu untuk
menyembuhkannya”, jawab Yesus.
Perwira itu senang atas respon Yesus, namun dia mencegah
Yesus untuk datang ke rumahnya. Karena dia tahu dalam budaya Yahudi tidak layak
seorang guru seperti Yesus datang ke rumah bangsa kafir (bangsa yang tidak
menyembah Allah bangsa Yahudi). Dia tidak ingin mencemari reputasi Yesus dengan
datang ke rumahnya. Dia pun berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di
dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab
aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata
kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang
lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka
ia mengerjakannya."
Perkataan itu membuat Yesus terheran-heran. Keyakinan
yang luar biasa dimiliki perwira itu. Sepertinya dia sangat percaya Yesus benar-benar
berkuasa. Ia yakin Yesus bisa menyembuhkan anak buahnya dengan cara apapun,
bahkan hanya dengan memperkatakan kesembuhan di tempat yang terpisah sekalipun,
maka hambanya akan sembuh. Ia sedang menyamakan Yesus seperti perwira tinggi yang tinggal
memberikan perintah untuk menolong anak buahnya. Dia tidak sadar bahwa
perkataannya itu memiliki kebenaran rohani. Yesus memang penguasa tertinggi
dari sebuah kerajaan yang tidak terlihat, Kerajaan Sorga. Perkataan-Nya sangat
berkuasa memerintah apapun.
Dan benar, perkataan yang berkuasa itu meluncur keluar dari
mulut Yesus, “Pulanglah dan jadilah seperti yang engkau percaya”. Bergegas sang
perwira pulang ke rumah dengan rombongannya. Sesampainya di rumah terkejutlah
mereka, orang yang menyambut kedatangan mereka adalah hambanya yang sebelumnya
tergolek lemah karena lumpuh. Hambanya sembuh tepat ketika Yesus memperkatakan
kesembuhan.
Ketiga kisah yang diceritakan Matius di atas diakhiri dengan efek dari
kuasa yang ditunjukkan Yesus. Ayat 16 mencatat bahwa menjelang malam dibawalah
kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus
mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Tepatlah
yang pernah dikatakan nabi Yesaya, akan datang Juruselamat manusia yang akan
memikul kelemahan dan menanggung penyakit manusia. Yesuslah Juruselamat itu.
Sumber:
1.
Alkitab, LAI.
2.
Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 75.
3.
Artikel biblical-leprosy dari https://answersingenesis.org/biology/disease/biblical-leprosy-shedding-light-on-the-disease-that-shuns/
4.
Sejarah Kerajaan Allah 2.
No comments:
Post a Comment