Kisah
no. 74
Yesus Menyucikan Bait Allah (Yohanes 2:13-22)
Kisah heroik Yesus menyucikan Bait
Allah yang kita baca di Yohanes 2 ini sebenarnya menimbulkan pertanyaan besar
berkaitan dengan kapan tepatnya peristiwa itu terjadi. Jika dibanding dengan
ketiga kitab Injil yang lain, maka terlihat ada perbedaan waktunya. Matius, Markus
dan Lukas menempatkan kejadian itu di tahun akhir Yesus melayani, tepatnya saat
perayaan paskah terakhir sebelum Yesus
disalib. Jika dihitung maka Yesus
ikut merayakan paskah sebanyak 3 kali.
Sedangkan di kitab Yohanes ini kejadian itu dilaporkan pada paskah
pertama di masa pelayanan Yesus. Ada dua kemungkinan yang
terjadi. Pertama, kejadian yang dituliskan Yohanes ini berbeda dengan yang
ditulis ketiga penulis Injil lainnya. Bisa jadi, memang 2 kali Yesus mendapati
Bait Allah dijadikan arena jual beli dan Dia marah, bahkan mengusir mereka yang
berjualan di sana. Kedua, kejadian yang dilaporkan Yohanes ini sama dengan
ketiga penulis Injil lainnya. Waktunya di perayaan paskah terakhir yang diikuti
Yesus. Tapi mengapa Yohanes menuliskannya justru di awal pelayanan Yesus? Kalau
kita perhatikan, sebenarnya Yohanes memang tidak terkesan menuliskan kehidupan
Yesus secara urut. Dari kisah hidup Yesus yang dia laporkan, sepertinya Yohanes
punya maksud khusus untuk memilih kisah mana yang dimasukan dalam tulisannya. Tujuannya
jelas membuktikan bahwa Yesus adalah mesias, anak Allah yang berkuasa dan
setiap orang yang membaca laporannya percaya kepada Yesus dan diselamatkan (Yoh
20:30-31). Setidaknya ada 3 hal yang dilaporkan dengan detail oleh Yohanes
untuk membuktikan kemesiasan Yesus. Mujizat yang dilakukan-Nya, perkataan yang
diucapkan-Nya dan kesaksian orang-orang yang mengenal Dia.
Kejadian itu terjadi saat ada
perayaan Paskah di Yerusalem. Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Bait Allah
untuk ikut merayakannya. Banyak sekali orang yang berhimpun di Bait Allah saat
itu. Sesampainya mereka di Bait Allah, Yesus sangat terkejut dengan apa yang
dilihat-Nya di halaman Bait Allah. Tempat suci di mana bangsa Israel bertemu
dan beribadah kepada Allah itu berubah menjadi seperti pasar. Pedagang-pedagang
lembu, kambing domba dan merpati sedang berteriak-teriak menawarkan jualan
mereka. Setiap orang yang ingin mempersembahkan korban di Bait Allah bisa saja
membawa binatang mereka sendiri, tapi itu terlalu beresiko. Untuk seekor domba
dianggap layak menjadi korban bakaran saja perlu setidaknya 600 syarat.
Alih-alih membawa dan ditolak oleh para imam, lebih baik beli di Bait Allah.
Binatang-binatang itu sudah dapat ijin layak dikorbankan dari para imam.
Masalahnya binatang-binatang itu dijual dengan harga yang sangat mahal.
Tentunya itulah yang menjadi keuntungan pedagang-pedagang itu.
Tidak hanya penjual-penjual
binatang, di antara orang banyak itu juga terlihat orang-orang yang membuka
meja-meja untuk menukarkan uang. Dalam kitab keluaran 30:13 menuliskan bahwa
tiap-tiap orang Israel harus memberikan persembahan kepada Allah sebesar
setengah syikal atau 2 dirham. Pada jaman Yesus peraturan itu masih dipegang.
Tiap orang harus membawa persembahan itu dan memasukannya ke dalam kotak
persembahan di Bait Allah. Masalahnya adalah waktu itu peredaran syikal Yahudi
sudah sangat terbatas dan hanya dimiliki oleh beberapa orang termasuk mereka
yang sedang membuka tempat penukaran uang itu. Mata uang yang lazim dipakai
adalah mata uang Yunani dan Romawi. Kedua mata uang itu dianggap tidak kudus
dan tidak boleh masuk dalam kotak persembahan di Bait Allah. Karena itu,
terpaksalah orang banyak itu membeli syikal dari tempat-tempat penukaran uang
yang ada. Tidak jarang untuk mendapatkan syikal, orang-orang itu harus membayar
jauh lebih banyak. Keuntungan besar bagi penukar-penukar uang itu.
Banyak orang terpaksa membeli
binatang korban dan syikal yang memberatkan mereka. Tapi mereka tidak bisa
berbuat apa-apa karena praktek jual beli itu dilindungi oleh imam-imam kepa
yang menjadi otoritas tertinggi di Bait Allah. Bukan rahasia lagi kalau
imam-imam juga ikut menikmati keuntungan yang besar. Pemandangan yang membuat
hati Yesus marah. Tempat pertemuan Allah dengan umat-Nya malah menjadi tempat
transaksi jual beli yang penuh tipu muslihat dan pemerasan. “Ini tidak bisa
dibiarkan”, pikir Yesus. Lalu, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka
semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang
penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari
sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Kambing domba dan merpati
berhamburan membuat suasana menjadi heboh. Para pedagang berusaha mengejar
binatang-binatang mereka sambil mengumpat. Para penukar uang berusaha
mengumpulkan lagi uang mereka yang berhamburan. Melihat apa yang terjadi, teringatlah
Yohanes akan Mazmur 69:9 “Cinta akan rumah Tuhan menghanguskan aku”. Kasih Yesus kepada Bapa-Nya membuat hati-Nya
geram atas apa yang mereka lakukan. Bukannya peduli akan kehormatan Allah,
orang-orang itu hanya memikirkan diri mereka sendiri. Pantaskah seorang guru
seperti Yesus marah?
“Di benua timur seringkali seorang guru
dilukiskan sebagai seorang yang tidak pernah marah, tetapi selalu lemah lembut
dan ramah tamah. Sebenarnya lukisan itu tidak benar. Seorang guru memang tidak
mengenal marah yang mau mementingkan diri sendiri, tetapi ia marah terhadap
dosa. Yesus tidak marah karena perlakuan orang terhadap diri-Nya sendiri,
tetapi melihat perlakuan mereka terhadap Allah. Kemarahan Yesus adalah
kemarahan Allah. Kemarahan suci besar akibatnya. Hampir segala gerakan besar di
dunia ini timbul karena kemarahan ini” (Bavinck, SKA:154)
Tidak ada satupun dari pedagang
dan penukar uang yang berani melawan Yesus. Selain mereka sadar bahwa yang
dilakukan Yesus memang benar, mereka juga sadar orang banyak yang jadi korban
mereka selama ini pasti mendukung Yesus. Beberapa dari antara mereka lari
melaporkannya kepada imam-imam. Yohanes menuliskan beberapa orang Yahudi
menghampiri Yesus setelah itu. Sepanjang kitab Yohanes, istilah orang-orang
Yahudi selalu merujuk kepada imam-imam sebagai pemimpin-pemimpin orang Yahudi
di Yerusalem. Mereka menemui Yesus dan dan menantang Yesus, “Tanda apakah dapat
Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?".
Entah kenapa imam-imam yang
menguasai firman tidak bisa melihat apa yang dilakukan Yesus adalah tanda
kemesiasan-Nya. “Bukankah nabi Maleakhi
telah mengatakan bahwa Mesias kalau ia sudah datang, akan pergi ke Bait Suci
untuk mentahirkan anak-anak Lewi dari segala dosanya? (Mal 3:1,3). Inilah
Mesias itu! Ia telah datang! Keluarkanlah dari Bait Suci ini segala yang najis
dan haram” (Bavinck, SKA:150).
Rupanya kesombongan imam-imam telah menutup
mata mereka untuk menyadari siapa Yesus yang sebenarnya. Mereka masih menuntut
lagi tanda yang lain. Yesus menjawab mereka "Rombak Bait Allah ini, dan
dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Jawaban Yesus yang
membingungkan. Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun
orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga
hari?". Bukan! Yesus tidak sedang berbicara tentang Bait Allah yang dari
batu. Yesus sedang menceritakan satu waktu nanti, mereka-mereka yang tidak
menghargai Bait Allah yang dari batu itu juga tidak akan menghargai Yesus, Bait
Allah yang sesungguhnya. Bahkan mereka akan membunuh Yesus, namun Dia tidak
akan terus mati, Dia akan bangkit. Bait Allah yang sejati itu akan berdiri
teguh lagi setelah tiga hari. Bait Allah yang adalah lambang kehadiran Allah di
tengah umat-Nya akan tegak tak tergoyahkan lagi. Saat tugas kemesiasan Yesus
selesai, dosa telah ditebus, maka setiap orang yang percaya kepada-Nya akan
mengalami kehadiran Allah dalam hidup mereka selama-lamanya. Yohanes yang
menjadi salah satu saksi kebangkitan Yesus, ingat perkataan Yesus itu.
Mengertilah Dia apa yang dimaksudkan Yesus. Perkataan Yesus tergenapi dan
menumbuhkan kepercayaan dalam diri Yohanes dan murid-murid yang lain. Maka Yohanes
segera menuliskan kejadian Yesus menyucikan Bait Allah sehingga sampai saat ini
setiap orang yang membacanya juga bisa percaya kepada Yesus sebagai mesias
dalam hidup mereka. Khusus untuk setiap perkataan yang Yesus ucapkan, adalah
perkataan yang berkuasa dan memliki tujuan, membawa manusia yang berdosa
kembali menikmati persekutuan dengan Allah.
Apa yang terjadi kemudian tidaklah
jelas diceritakan. Sepertinya dialog Yesus dengan imam-imam terhenti. Mungkin
mereka juga tidak punya alasan kuat untuk memperkarakan Yesus. Dalam ayat-ayat
selanjutnya, kita mendapati laporan bahwa Yesus tetap tinggal di Yerusalem
selama masa paskah dan mengajar banyak orang di sana.
Sumber:
1.
Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran
74.
2.
Hidup Bersama Firman, kitab Yohanes.
3.
Sejarah Kerajaan Allah 2.
4.
Alkitab Sabda Software
No comments:
Post a Comment