07 September 2014

Kisah no. 77

Yesus menenangkan badai (Markus 4:35-41)

Yesus memutuskan untuk berhenti sejenak dari kesibukannya melayani di Kapernaum. Dari kota itu, Ia mengajak murid-murid-Nya untuk berlayar mengarungi danau Galilea menuju ke arah timur. Yesus mengambil tempat di buritan, tempat yang agak tinggi di belakang perahu. Karena kelelahan, tertidurah Dia. Semakin ke tengah tiba-tiba langit menjadi gelap dan mulai bertiuplah angin yang sangat kencang. Angin sakal yang turun dari celah-celah gunung di sekitar danau Galilea. Segera layar diturunkan supaya perahu tidak terbalik. Ombak membesar dan membuat air laut masuk ke dalam perahu mereka. Mereka coba menguras tapi air yang masuk lebih banyak daripada yang mereka bisa buang. Murid-murid Yesus adalah nelayan yang berpengalaman, tapi kali ini berbeda. Mereka belum pernah mengalami yang seperti itu. Usaha mereka tidak ada hasilnya, sebentar lagi perahu mereka pasti tenggelam. Mereka panik. Takut.
Sementara itu di buritan Yesus tertidur nyenyak. Dia terlihat tenang dan tidak terganggu dengan apa yang sedang terjadi. Segeralah mereka membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?". Mereka berharap Yesus yang sering mereka melihat melakukan mujizat bisa menolong mereka. Namun, sekarang mereka sedang berhadapan dengan keganasan alam. Keraguan apakah Yesus bisa menolong atau tidak muncul di hati mereka. Yesus terbangun. Dia merasakan ganasnya angin ribut yang menerpa perahu mereka. Hanya saja ekspresi mukanya berbeda dengan murid-murid-Nya. Tenang. Tidak panik. Perlahan Yesus berdiri menghadap keluar perahu. Lalu dengan suara yang keras, Dia menghardik angin itu, “Diaaaaaaam! Tenanglah!”. Ajaib, mujizat terjadi lagi. Angin ribut berhenti seketika itu juga. Danau Galilea kembali sunyi. Sayup-sayup terdengar mazmur tentang Allah: “Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya.” (Maz 89:9). “Engkau, yang meredakan deru lautan, deru gelombang-gelombangnya dan kegemparan bangsa-bangsa! (Maz 65:7). “Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak laut yang hebat, lebih hebat TUHAN di tempat tinggi.” (Maz 93:4)
Dan sekarang Anak Allah sedang berdiri meredakan angin ribut dan ombak. Kuasa Yesus ada di atas segala ciptaan. Alam tunduk di bawah kuasa perintah-Nya. Untuk sesaat suasana sangat hening. Perlahan Yesus berbalik kepada murid-murid-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?". Yesus menegur mereka. Nada mereka saat membangunkan Yesus penuh dengan kepanikan dan kekuatiran. Mereka masih belum yakin juga siapa Yesus yang sebenarnya. Rupanya sampai sejauh ini, mereka masih dalam proses untuk bisa memahami guru mereka. Kadang mengerti, kadang kebingungan. Kadang yakin, kadang ragu-ragu. Seperti terlihat dari ucapan mereka satu dengan yang lain, "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?". Oleh sebab itu, Yesus terus tinggal bersama dengan mereka. Mengajar mereka, mendemonstrasikan kuasa-Nya di hadapan mereka, sampai mereka sadar bahwa mereka dapat mengandalkan Dia. Beberapa tahun kemudian Petrus yang ada di perahu itu, menuliskan sebuah surat yang berisi anjuran,  “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7)
Sumber:
1.       Alkitab, LAI.
2.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 76.

3.       Sejarah Kerajaan Allah 2. 

No comments:

Post a Comment