26 August 2014

Kisah no. 74

Yesus Menyucikan Bait Allah (Yohanes 2:13-22)
Kisah heroik Yesus menyucikan Bait Allah yang kita baca di Yohanes 2 ini sebenarnya menimbulkan pertanyaan besar berkaitan dengan kapan tepatnya peristiwa itu terjadi. Jika dibanding dengan ketiga kitab Injil yang lain, maka terlihat ada perbedaan waktunya. Matius, Markus dan Lukas menempatkan kejadian itu di tahun akhir Yesus melayani, tepatnya saat perayaan paskah terakhir sebelum Yesus  disalib. Jika dihitung maka  Yesus ikut merayakan paskah sebanyak 3 kali.  Sedangkan di kitab Yohanes ini kejadian itu dilaporkan pada paskah pertama di masa pelayanan Yesus. Ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, kejadian yang dituliskan Yohanes ini berbeda dengan yang ditulis ketiga penulis Injil lainnya. Bisa jadi, memang 2 kali Yesus mendapati Bait Allah dijadikan arena jual beli dan Dia marah, bahkan mengusir mereka yang berjualan di sana. Kedua, kejadian yang dilaporkan Yohanes ini sama dengan ketiga penulis Injil lainnya. Waktunya di perayaan paskah terakhir yang diikuti Yesus. Tapi mengapa Yohanes menuliskannya justru di awal pelayanan Yesus? Kalau kita perhatikan, sebenarnya Yohanes memang tidak terkesan menuliskan kehidupan Yesus secara urut. Dari kisah hidup Yesus yang dia laporkan, sepertinya Yohanes punya maksud khusus untuk memilih kisah mana yang dimasukan dalam tulisannya. Tujuannya jelas membuktikan bahwa Yesus adalah mesias, anak Allah yang berkuasa dan setiap orang yang membaca laporannya percaya kepada Yesus dan diselamatkan (Yoh 20:30-31). Setidaknya ada 3 hal yang dilaporkan dengan detail oleh Yohanes untuk membuktikan kemesiasan Yesus. Mujizat yang dilakukan-Nya, perkataan yang diucapkan-Nya dan kesaksian orang-orang yang mengenal Dia.
Kejadian itu terjadi saat ada perayaan Paskah di Yerusalem. Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke Bait Allah untuk ikut merayakannya. Banyak sekali orang yang berhimpun di Bait Allah saat itu. Sesampainya mereka di Bait Allah, Yesus sangat terkejut dengan apa yang dilihat-Nya di halaman Bait Allah. Tempat suci di mana bangsa Israel bertemu dan beribadah kepada Allah itu berubah menjadi seperti pasar. Pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati sedang berteriak-teriak menawarkan jualan mereka. Setiap orang yang ingin mempersembahkan korban di Bait Allah bisa saja membawa binatang mereka sendiri, tapi itu terlalu beresiko. Untuk seekor domba dianggap layak menjadi korban bakaran saja perlu setidaknya 600 syarat. Alih-alih membawa dan ditolak oleh para imam, lebih baik beli di Bait Allah. Binatang-binatang itu sudah dapat ijin layak dikorbankan dari para imam. Masalahnya binatang-binatang itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Tentunya itulah yang menjadi keuntungan pedagang-pedagang itu.
Tidak hanya penjual-penjual binatang, di antara orang banyak itu juga terlihat orang-orang yang membuka meja-meja untuk menukarkan uang. Dalam kitab keluaran 30:13 menuliskan bahwa tiap-tiap orang Israel harus memberikan persembahan kepada Allah sebesar setengah syikal atau 2 dirham. Pada jaman Yesus peraturan itu masih dipegang. Tiap orang harus membawa persembahan itu dan memasukannya ke dalam kotak persembahan di Bait Allah. Masalahnya adalah waktu itu peredaran syikal Yahudi sudah sangat terbatas dan hanya dimiliki oleh beberapa orang termasuk mereka yang sedang membuka tempat penukaran uang itu. Mata uang yang lazim dipakai adalah mata uang Yunani dan Romawi. Kedua mata uang itu dianggap tidak kudus dan tidak boleh masuk dalam kotak persembahan di Bait Allah. Karena itu, terpaksalah orang banyak itu membeli syikal dari tempat-tempat penukaran uang yang ada. Tidak jarang untuk mendapatkan syikal, orang-orang itu harus membayar jauh lebih banyak. Keuntungan besar bagi penukar-penukar uang itu.
Banyak orang terpaksa membeli binatang korban dan syikal yang memberatkan mereka. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena praktek jual beli itu dilindungi oleh imam-imam kepa yang menjadi otoritas tertinggi di Bait Allah. Bukan rahasia lagi kalau imam-imam juga ikut menikmati keuntungan yang besar. Pemandangan yang membuat hati Yesus marah. Tempat pertemuan Allah dengan umat-Nya malah menjadi tempat transaksi jual beli yang penuh tipu muslihat dan pemerasan. “Ini tidak bisa dibiarkan”, pikir Yesus. Lalu, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Kambing domba dan merpati berhamburan membuat suasana menjadi heboh. Para pedagang berusaha mengejar binatang-binatang mereka sambil mengumpat. Para penukar uang berusaha mengumpulkan lagi uang mereka yang berhamburan. Melihat apa yang terjadi, teringatlah Yohanes akan Mazmur 69:9 “Cinta akan rumah Tuhan menghanguskan aku”.  Kasih Yesus kepada Bapa-Nya membuat hati-Nya geram atas apa yang mereka lakukan. Bukannya peduli akan kehormatan Allah, orang-orang itu hanya memikirkan diri mereka sendiri. Pantaskah seorang guru seperti Yesus marah?
“Di benua timur seringkali seorang guru dilukiskan sebagai seorang yang tidak pernah marah, tetapi selalu lemah lembut dan ramah tamah. Sebenarnya lukisan itu tidak benar. Seorang guru memang tidak mengenal marah yang mau mementingkan diri sendiri, tetapi ia marah terhadap dosa. Yesus tidak marah karena perlakuan orang terhadap diri-Nya sendiri, tetapi melihat perlakuan mereka terhadap Allah. Kemarahan Yesus adalah kemarahan Allah. Kemarahan suci besar akibatnya. Hampir segala gerakan besar di dunia ini timbul karena kemarahan ini” (Bavinck, SKA:154)
Tidak ada satupun dari pedagang dan penukar uang yang berani melawan Yesus. Selain mereka sadar bahwa yang dilakukan Yesus memang benar, mereka juga sadar orang banyak yang jadi korban mereka selama ini pasti mendukung Yesus. Beberapa dari antara mereka lari melaporkannya kepada imam-imam. Yohanes menuliskan beberapa orang Yahudi menghampiri Yesus setelah itu. Sepanjang kitab Yohanes, istilah orang-orang Yahudi selalu merujuk kepada imam-imam sebagai pemimpin-pemimpin orang Yahudi di Yerusalem. Mereka menemui Yesus dan dan menantang Yesus, “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?".
Entah kenapa imam-imam yang menguasai firman tidak bisa melihat apa yang dilakukan Yesus adalah tanda kemesiasan-Nya. “Bukankah nabi Maleakhi telah mengatakan bahwa Mesias kalau ia sudah datang, akan pergi ke Bait Suci untuk mentahirkan anak-anak Lewi dari segala dosanya? (Mal 3:1,3). Inilah Mesias itu! Ia telah datang! Keluarkanlah dari Bait Suci ini segala yang najis dan haram” (Bavinck, SKA:150).
 Rupanya kesombongan imam-imam telah menutup mata mereka untuk menyadari siapa Yesus yang sebenarnya. Mereka masih menuntut lagi tanda yang lain. Yesus menjawab mereka "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Jawaban Yesus yang membingungkan. Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?". Bukan! Yesus tidak sedang berbicara tentang Bait Allah yang dari batu. Yesus sedang menceritakan satu waktu nanti, mereka-mereka yang tidak menghargai Bait Allah yang dari batu itu juga tidak akan menghargai Yesus, Bait Allah yang sesungguhnya. Bahkan mereka akan membunuh Yesus, namun Dia tidak akan terus mati, Dia akan bangkit. Bait Allah yang sejati itu akan berdiri teguh lagi setelah tiga hari. Bait Allah yang adalah lambang kehadiran Allah di tengah umat-Nya akan tegak tak tergoyahkan lagi. Saat tugas kemesiasan Yesus selesai, dosa telah ditebus, maka setiap orang yang percaya kepada-Nya akan mengalami kehadiran Allah dalam hidup mereka selama-lamanya. Yohanes yang menjadi salah satu saksi kebangkitan Yesus, ingat perkataan Yesus itu. Mengertilah Dia apa yang dimaksudkan Yesus. Perkataan Yesus tergenapi dan menumbuhkan kepercayaan dalam diri Yohanes dan murid-murid yang lain. Maka Yohanes segera menuliskan kejadian Yesus menyucikan Bait Allah sehingga sampai saat ini setiap orang yang membacanya juga bisa percaya kepada Yesus sebagai mesias dalam hidup mereka. Khusus untuk setiap perkataan yang Yesus ucapkan, adalah perkataan yang berkuasa dan memliki tujuan, membawa manusia yang berdosa kembali menikmati persekutuan dengan Allah.
Apa yang terjadi kemudian tidaklah jelas diceritakan. Sepertinya dialog Yesus dengan imam-imam terhenti. Mungkin mereka juga tidak punya alasan kuat untuk memperkarakan Yesus. Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita mendapati laporan bahwa Yesus tetap tinggal di Yerusalem selama masa paskah dan mengajar banyak orang di sana.


Sumber:
1.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 74.
2.       Hidup Bersama Firman, kitab Yohanes.
3.       Sejarah Kerajaan Allah 2.
4.       Alkitab Sabda Software






No comments:

Post a Comment