Kisah no. 109
Allah Mengutus Filipus Untuk Menuntun
Seorang Etiopia Dalam Kebenaran (Kisah Rasul 8:26-40)
Filipus, sahabat Stefanus, didatangi seorang
malaikat yang memintanya pergi ke padang gurun yang menghubungkan Yerusalem dengan
Gaza. Sama seperti Stefanus, dia adalah seorang yang penuh dengan Roh dan
gairah untuk memberitakan kabar keselamatan dalam Yesus kepada semua orang. Dia
tidak mengerti apa tujuan dari perjalanan itu, namun ketaatannya tidak
diragukan lagi. Walaupun hampir tidak mungkin menemukan orang yang bisa
dilayani di tempat yang sunyi seperti padang gurun. Bergegas ia pergi ke sana. Ternyata rencana Allah tidak pernah salah,
selalu tepat waktu. Di tempat sepi itu, dijumpainya sebuah kereta yang
menunjukkan bahwa orang di dalamnya adalah seorang yang penting. Dan benar
perkiraannya, di atas kereta itu ada seorang berkulit hitam yang ternyata
adalah seorang sida-sida (seorang yang dikebiri dan dikhususkan untuk tugas
tertentu bagi seorang raja). Sida-sida ini dari Etiopia, dan tugasnya adalah
sebagai kepala perbendaharaan ‘Sri Kandake’ (ratu) Etiopia.
Lelaki yang tidak disebutkan namanya itu
sedang dalam perjalanan kembali dari Yerusalem pulang ke negaranya. Ia telah
mendengar tentang Allah orang Yahudi dan hendak mencari kebenaran dengan
mengikuti ibadah di Bait Allah Yerusalem. Perjalanan sejauh Surabaya-Jakarta ditempuhnya
demi mencari kebenaran itu. Rupanya di Yerusalem dibelinya sebuah kitab Yesaya
dalam bahasa Yunani. Dalam perjalanan pulang, dibacanya kitab itu dengan rasa
haus, namun kitab itu begitu sulit dimengerti. Atas pimpinan Roh Kudus, Filipur
mendekati kereta itu, dan didengarnya orang Etiopia itu sedang membaca satu
bagian dari kitab Yesaya dengan suara keras tentang anak domba yang dibawa ke
pembantaian dan tentang induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, tapi tidak membuka mulutnya (Yesaya 53:7,8).
“Apakah tuan mengerti arti dari bacaan, Anda?”
Tanya Filipus yang megejutkan sida-sida itu. Dia menoleh melihat Filipus. “Barangkali
orang ini bisa membantunya menjelaskan maksud dari kalimat-kalimat ini”, pikir
sida-sida. Lalu diajaknya Filipus naik ke atas kereta. Segera diajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menggangu hatinya. Filipus yang akhirnya mengerti
mengapa Allah menyuruhnya menuju ke tempat sunyi itu, dengan penuh keyakinan
menceritakan arti kitab Yesaya yang digenapi dalam karya keselamatan Yesus
Kristus. Dengan penuh semangat, Filius menuntun sida-sida itu untuk datang
kepada Yesus.
Bukan kebetulan, rencana Allah lah yang
menyediakan, ada sungai kecil yang mereka lihat. Sida-sida itu bertanya kepada
Filipus, “Lihat, di situ ada air, apakah halangannya, jika kau dibaptis?”. “Jika
tuan percaya kepada Yesus dengan segenap hati, tentu saja boleh”, jawab Filipus
tegas. Pengakuan yang indah keluar dari mulut sida-sida Etiopia itu, “Aku
percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah”. Lalu mereka turun ke sungai
itu. Filipus membaptiskannya. Setelah dia keluar dari air, terjadi keajaiban.
Denga kuasa Roh Kudus, Filipus menghilang dari hadapannya. Allah memandang
sudah cukup waktu Filipus dengan sida-sida itu. Ada tempat lain yang perlu
pelayanan Filipus. Bagaimana dengan sida-sida Etiopia tu? Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. Ia telah menemukan
jawaban atas semua pergumulan hidupnya di dalam kuasa nama Yesus. Tidak bisa
dipastikan, tapi bapa gereja dari abad kedua, Irenaus menulis bahwa sida-sida
itu menjadi misionari bagi bangsanya.
Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1. Apa yang Anda pelajari tentang kuasa Allah
dalam menuntun anak-anak-Nya dalam pemberitaan Injil?
2. Adakah seseorang yang Anda kenal sedang dalam
perjalana hidup yang penuh pergumulan? Inginkah Anda melakukan sesuatu sehingga
dia dapat meneruskan perjalanan hidupnya
dengan sukacita? Apa yang akan Anda lakukan?
No comments:
Post a Comment