27 August 2015

Kisah no. 107

Tuhan Jangan Tanggungkan Dosa Ini Kepada Mereka (Kisah Rasul 6-7)
Jemaat mula-mula bertumbuh dengan pesat. Jumlah mereka lebih kurang ada 5000 orang (Kis4:4). Kebutuhan untuk melayani mereka tentunya semakin banyak, termasuk dalam urusan jasmani mereka. Para Rasul memutuskan untuk mengangkat tim yang melayani kebutuhan jasmani jemaat, sementara mereka memusatkan hidup mereka untuk berdoa dan melayani firman sesuai panggilan utama mereka. Maka diangkatnyalah 7 orang yang memiliki reputasi baik, penuh Roh dan penuh hikmat. Di antara mereka adalah Stefanus.
Dia dicatat juga penuh dengan karunia dan kuasa. Banyak mujizat yang menyertai pekerjaan dan pelayanannya. Stefanus sendiri lebih banyak melayani jemaat Yahudi peranakan. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang pernah tinggal lama di luar Yerusalem, di salah satu tempat kerajaan Yunani. Sehingga banyak pola pikir dan budaya mereka yang sudah tercampur, salah satunya mereka tidak bisa berbahasa Aram, sebagai bahasa sehari-hari waktu itu. Dan Stefanus adalah orang peranakan, sehingga dia lebih mudah punya akses kepada mereka. Karena pimpinan Roh Kudus, pelayanan Stefanus mulai berkembang. Sesuai namanya yang berarti karangan bunga atau mahkota, Stefanus menjadi orang yang dihormati dan menjadi pembicaraan banyak orang.
Namun, seperti yang dialami Yesus dan rasul-rasul, banyak pemimpin Yahudi yang tidak senang dengan Stefanus. Mereka mulai mengatur gerakan menentang Stefanus, sehingga dia ditangkap dan dihadapkan di depan Mahkamah Agama. Ada 2 hal yang menjadi tuduhan atasnya, tentu saja ini merupakan fitnah kepada Stefanus. Yaitu tentang perkataan Stefanus yang menyinggung perkataan Yesus tentang keruntuhan Bait Allah. Selanjutnya, perkataan-perkataan Stefanus yang dianggap menentang hukum Taurat. Penyataannya bahwa Yesus adalah Allah merupakan penghujatan, demikian juga dengan penyataannya bahwa hukum Taurat sudah digenapi dalam Yesus, dianggap penentangan kepada Musa dan hukumnya. Tentu saja tuduhan-tuduhan itu disampaikan oleh saksi-saksi palsu yang sudah direkayasa.  
Mendengar tuduhan-tuduhan itu, Stefanus tidak menunjukkan kepanikan sedikit pun. Wajahnya penuh keyakinan dan keberanian, bersinar seperti malaikat. Ketika dia diberi waktu untuk membela diri, maka dengan penuh semangat Stefanus menyatakan apa yang dia yakini. Dia tidak pernah menghujat Allah. Dia menjelaskan semua pandangan kitab suci, termasuk tokoh-tokoh di dalamnya tentang kemesiasan Yesus. Dan dalam hal ini, dia juga menunjukkan fakta bahwa banyak utusan-utusan Allah yang ditolak bahkan dianiaya oleh bangsa Israel. Berkaitan dengan Bait Allah, dia menegaskan bahwa Allah tidak memerlukan Bait untuk menyatakan diri-Nya. Semak duri pun bisa menjadi tempat Dia menyatakan diri kepada Musa. Sebuah kebodohan besar jika mereka mendewa-dewakan Bait Allah. Lalu dia juga menyatakan bahwa hukum Taurat datang dari Allah. Jadi yang membenarkan adalah sang pembuat hukum itu, yaitu Allah sendiri bukan perilaku-perilaku agamawi mereka.
Belum sempat Stefanus menjelaskan lebih lanjut, keributan terjadi di ruang sidang itu. Kemarahan besar atas penyataan-penyataan Stefanus begitu terasa. Suasana itu rupanya tidak menggentarkan hati Stefanus. Justru perkataan-perkataannya selanjutnya begitu keras menegur pemimpin-pemimpin agama yang terhormat itu. Dia menyebutkan fakta sejarah bagaimana orang-orang Israe membunuh nabi-nabi yang diutus Allah, namun Mahkamah Agama berbuat lebih kejam dengan membunuh Yesus, yang bahkan kedatangan-Nya telah dinubuatkan oleh Musa. Mereka rupanya cuman menerima Taurat tapi tidak mengikutinya. Perkataannya benar-benar menusuk hati para pemimpin terhormat itu. Tak pernah terbayang mereka disebut pembunuh dan pengkhianat. Mereka berdiri dan menjatuhkan hukuman. Rajam dengan batu. Tidak diperhatikannya lagi Mahkamah Agama, Stefanus menatap ke langit. Pandangannya diarahkan kepada Allah yang dia layani. Roh Kudus memenuhinya dan mengaruniakan sebuah penglihatan. Dia melihat Yesus berdiri di sebalah kanan Allah Bapa, siap menyambut kedatangannya. Sebuah penglihatan yang menguatkan hatinya.  
Habis sudah kesabaran anggota Mahkamah Agama, sambil menutup telinga karena mereka tidak mau mendengar lagi perkataan-perkataan Stefanus, mereka menyeret Stefanus keluar kota. Meleaskan jubahnya dan melempari dia dengan batu-batu besar. Dalam kondisi diterjang batu-batu itu, Stefanus berdoa persis seperti yang Yesus pernah doakan, tanda hidupnya memang telah serupa dengan Tuhan yang dia ikuti itu. “Ya, Tuhan Yesus, terimalah rohku” (doa Yesus-Lukas 23:46). “Ya Tuhan, janganlah ditanggungkan dosa ini kepada mereka (doa Yesus-Lukas 23:34). Tubuhnya tak sanggup bertahan lagi, Stefanus menghembuskan nafas terakhirnya sebagai martir pertama. Ia telah memuliakan Allah dalam hidupnya, bahkan dengan nyawanya.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.      Apa yang Anda pelajari tentang rencana Allah bagi orang percaya melalui peristiwa ini?
2.      Apa yang Anda teladani dari hidup Stefanus? Apa yang akan Anda lakukan?




No comments:

Post a Comment