Kisah no. 107
Tuhan Jangan Tanggungkan Dosa Ini
Kepada Mereka (Kisah
Rasul 6-7)
Jemaat mula-mula bertumbuh dengan pesat. Jumlah
mereka lebih kurang ada 5000 orang (Kis4:4). Kebutuhan untuk melayani mereka
tentunya semakin banyak, termasuk dalam urusan jasmani mereka. Para Rasul memutuskan
untuk mengangkat tim yang melayani kebutuhan jasmani jemaat, sementara mereka
memusatkan hidup mereka untuk berdoa dan melayani firman sesuai panggilan utama
mereka. Maka diangkatnyalah 7 orang yang memiliki reputasi baik, penuh Roh dan
penuh hikmat. Di antara mereka adalah Stefanus.
Dia dicatat juga penuh dengan karunia dan
kuasa. Banyak mujizat yang menyertai pekerjaan dan pelayanannya. Stefanus
sendiri lebih banyak melayani jemaat Yahudi peranakan. Mereka adalah orang-orang
Yahudi yang pernah tinggal lama di luar Yerusalem, di salah satu tempat
kerajaan Yunani. Sehingga banyak pola pikir dan budaya mereka yang sudah
tercampur, salah satunya mereka tidak bisa berbahasa Aram, sebagai bahasa
sehari-hari waktu itu. Dan Stefanus adalah orang peranakan, sehingga dia lebih
mudah punya akses kepada mereka. Karena pimpinan Roh Kudus, pelayanan Stefanus
mulai berkembang. Sesuai namanya yang berarti karangan bunga atau mahkota,
Stefanus menjadi orang yang dihormati dan menjadi pembicaraan banyak orang.
Namun, seperti yang dialami Yesus dan
rasul-rasul, banyak pemimpin Yahudi yang tidak senang dengan Stefanus. Mereka
mulai mengatur gerakan menentang Stefanus, sehingga dia ditangkap dan
dihadapkan di depan Mahkamah Agama. Ada 2 hal yang menjadi tuduhan atasnya,
tentu saja ini merupakan fitnah kepada Stefanus. Yaitu tentang perkataan
Stefanus yang menyinggung perkataan Yesus tentang keruntuhan Bait Allah.
Selanjutnya, perkataan-perkataan Stefanus yang dianggap menentang hukum Taurat.
Penyataannya bahwa Yesus adalah Allah merupakan penghujatan, demikian juga
dengan penyataannya bahwa hukum Taurat sudah digenapi dalam Yesus, dianggap
penentangan kepada Musa dan hukumnya. Tentu saja tuduhan-tuduhan itu
disampaikan oleh saksi-saksi palsu yang sudah direkayasa.
Mendengar tuduhan-tuduhan itu, Stefanus tidak
menunjukkan kepanikan sedikit pun. Wajahnya penuh keyakinan dan keberanian,
bersinar seperti malaikat. Ketika dia diberi waktu untuk membela diri, maka
dengan penuh semangat Stefanus menyatakan apa yang dia yakini. Dia tidak pernah
menghujat Allah. Dia menjelaskan semua pandangan kitab suci, termasuk
tokoh-tokoh di dalamnya tentang kemesiasan Yesus. Dan dalam hal ini, dia juga
menunjukkan fakta bahwa banyak utusan-utusan Allah yang ditolak bahkan dianiaya
oleh bangsa Israel. Berkaitan dengan Bait Allah, dia menegaskan bahwa Allah tidak
memerlukan Bait untuk menyatakan diri-Nya. Semak duri pun bisa menjadi tempat
Dia menyatakan diri kepada Musa. Sebuah kebodohan besar jika mereka
mendewa-dewakan Bait Allah. Lalu dia juga menyatakan bahwa hukum Taurat datang
dari Allah. Jadi yang membenarkan adalah sang pembuat hukum itu, yaitu Allah sendiri
bukan perilaku-perilaku agamawi mereka.
Belum sempat Stefanus menjelaskan lebih
lanjut, keributan terjadi di ruang sidang itu. Kemarahan besar atas penyataan-penyataan
Stefanus begitu terasa. Suasana itu rupanya tidak menggentarkan hati Stefanus.
Justru perkataan-perkataannya selanjutnya begitu keras menegur
pemimpin-pemimpin agama yang terhormat itu. Dia menyebutkan fakta sejarah
bagaimana orang-orang Israe membunuh nabi-nabi yang diutus Allah, namun
Mahkamah Agama berbuat lebih kejam dengan membunuh Yesus, yang bahkan
kedatangan-Nya telah dinubuatkan oleh Musa. Mereka rupanya cuman menerima
Taurat tapi tidak mengikutinya. Perkataannya benar-benar menusuk hati para
pemimpin terhormat itu. Tak pernah terbayang mereka disebut pembunuh dan
pengkhianat. Mereka berdiri dan menjatuhkan hukuman. Rajam dengan batu. Tidak
diperhatikannya lagi Mahkamah Agama, Stefanus menatap ke langit. Pandangannya
diarahkan kepada Allah yang dia layani. Roh Kudus memenuhinya dan mengaruniakan
sebuah penglihatan. Dia melihat Yesus berdiri di sebalah kanan Allah Bapa, siap
menyambut kedatangannya. Sebuah penglihatan yang menguatkan hatinya.
Habis sudah kesabaran anggota Mahkamah Agama,
sambil menutup telinga karena mereka tidak mau mendengar lagi
perkataan-perkataan Stefanus, mereka menyeret Stefanus keluar kota. Meleaskan
jubahnya dan melempari dia dengan batu-batu besar. Dalam kondisi diterjang
batu-batu itu, Stefanus berdoa persis seperti yang Yesus pernah doakan, tanda
hidupnya memang telah serupa dengan Tuhan yang dia ikuti itu. “Ya, Tuhan Yesus,
terimalah rohku” (doa Yesus-Lukas 23:46). “Ya Tuhan, janganlah ditanggungkan
dosa ini kepada mereka (doa Yesus-Lukas 23:34). Tubuhnya tak sanggup bertahan
lagi, Stefanus menghembuskan nafas terakhirnya sebagai martir pertama. Ia telah
memuliakan Allah dalam hidupnya, bahkan dengan nyawanya.
Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1. Apa yang Anda pelajari tentang rencana Allah
bagi orang percaya melalui peristiwa ini?
2. Apa yang Anda teladani dari hidup Stefanus?
Apa yang akan Anda lakukan?
No comments:
Post a Comment