Kisah no. 105
Allah Menghukum Dua Orang Yang Berdusta Kepada-Nya (Kisah Rasul 4:23-5:11)
Kali ini Petrus dan Yohanes dilepaskan oleh
pemimpin-pemimpin Agama yang membenci pengikut-pengkitu Yesus ini. Itu terjadi
karena mereka belum mendapat kesempatan yang tepat untuk menangkap Petrus dan
Yohanes. Namun, ancaman mereka pasti serius. Mereka akan menggunkan segala cara
agar gerakan pengikut Yesus ini terhenti. Itulah yang Petrus sampaikan kepada
kumpulan orang-orang percaya yang ada. Ada rasa cemas dan takut juga yang
timbul dalam hati mereka. Mereka memutuskan untuk bersatu dalam doa menyerahkan
masalah itu kepada Allah. Permintaan mereka jelas yaitu hati yang kuat dan
tenang dalam menghadapi ancaman tersebut, sehingga mereka tetap berani
memberitakan tentang Yesus kepada mereka yang belum percaya.
Pada waktu mereka sedang berdoa itu,
goyanglah tempat mereka berkumpul. Allah mendengar doa mereka. Sepertinya Dia
sedang memberi tanda penyertaan-Nya atas orangorang percaya. Saat mereka
memberitakan firman-Nya, maka Allah akan menyertai mereka dengan tanda-tanda
ajaib. Roh Kudus memenuhi mereka dengan kuasa-Nya. Peneguhan dari Allah itu
menguatkan hati mereka. Ancaman yang mereka terima rupanya juga membuat mereka
semakin dekat satu dengan yang lain. Bahkan, mereka mulai hidup saling berbagi
dan melihat kepentingan bersama lebih penting daripada kepentingan pribadi. Salah
satu tindakan yang nyata adalah adanya beberapa orang yang memiliki tanah mau
menjualnya dan hasilnya diberikan kepada rasul-rasul untuk dipakai buat
kehidupan mereka bersama sesuai kebutuhan. Salah satunya Yusuf yang disebut Barnabas,
seorang Lewi yang berasal dari kota Siprus. Namanya berarti ‘anak penghiburan’.
Dia jual tanahnya dan hasilnya dipakai untuk kesejahteraan saudara seiman yan
membutuhkannya.
Sungguh aneh apa yang terjadi dalam hidup
orang-orang itu. Berbeda sekali dengan orang yang pernah menjumpai Yesus. Orang
yang sangat taat kepada semua hukum, tapi tidak sanggup ketika Yesus meminta
dia menjual seluruh hartanya yang banyak untuk dibagi-bagikan kepada orang
miskin (Markus 10:17-22). Rupanya Roh Kudus juga bekerja di dalam hati orang-orang
percaya dengan menyanggupkan mereka untuk melihat bahwa Yesus lebih berharga
daripada apa yang mereka miliki. Lalu Roh Kudus melimpahkan kasih yang murah
hati sehingga mereka mau dan mampu kehilangan hartanya demi kasih kepada Yesus
dan murid-murid-Nya. Sayangnya tidak semua yang seperti itu. Ada juga yang
tidak mau menyerahkan hati dan harta mereka. Ada seseorang yang ikut menjual
tanahnya dan memberi namun dengan motivasi yang salah. Dia ingin dilihat saudara seiman lain sebagai seorang yang murah hati.
Memberi demi mencari pujian.
Namanya Ananias. Dia dan istrinya, Safira,
menjual sebidang tanah dan memberikan hasil uangnya kepada para rasul. Entah
apa yang ada dipikiran mereka, tidak semua uang hasil penjualan itu diserahkan.
Ada sebagian yang mereka tahan. Masalahnya bukan karena mereka tidak memberikan
semuanya. Masalahnya adalah mereka mengaku bahwa yang mereka berikan itu sudah
semuanya. Dosa mereka adalah berdusta. Peristiwa itu dimulai oleh Ananias yang
membawa hasil penjualan tananhnya dan memberikannya kepada Petrus. Dengan
hikmat Allah, Petrus bisa mengenali kecurangan yang dilakukan Ananias. Dia
hanya ingin dipandang sebagai orang terhormat dengan pemberiannya itu, tapi
sebenarnya hatinya tidak rela untuk berkorban. Petrus menegur Ananias dengan
keras. Bukannya memberikan diri untuk dikuasai oleh Roh Kudus, justru Ananias
membiarkan hatinya dikuasai oleh Iblis. Ananias bukan saja mendustai Petrus,
tapi dia tela mendustai Allah. Nada marah Petrus begitu terasa di depan
kumpulan orang percaya itu. Tiba-tiba Ananias jatuh rebah ke lantai. Dan
didapati dia mati. Semua orang terkejut melihat itu. Beberapa anak muda
diperintahkan untuk mengurus jenazah Ananias dan menguburkannya.
Lebih kurang 3 jam kemudian, Safira, datang
dalam persekutuan itu. Dia masih belum tahu apa yang terjadi dengan suaminya.
Pikirnya, dia akan dihormati sebagai wanita yang murah hati. Melihat dia,
Petrus segera memanggilnya. Petrus tahu Safira turut ambil bagian atas
kecurangan suaminya. Petrus bertanya kepadanya, “Katakanlah kepadaku, dengan
harga sekiankah tanah itu kamu jual?". Safira mengiyakan. Petrus segera
berkata: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?
Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan
mereka akan mengusung engkau juga ke luar." Lalu sama seperti yang terjadi
dengan Ananias, Safira jatuh dan putuslah nyawanya. Jasad Safira di bawa keluar
dan dikubur di sebelah suaminya.
Kejadian itu membuat seluruh jemaat dan orang
yang mendengarnya menjadi sangat ketakutan. Sulit untuk memahami alasan
sesungguhnya mengapa hukuman yang mereka begitu keras, berujung kematian. Ada
banyak tokoh lain di Alkitab yang juga melakukan kesalahan tapi ada kesempatan
yang diberikan kepada mereka. Namun, tentu saja tidak bisa pertimbangan Allah
diukur oleh pertimbangan keadilan manusia. Kisah Ananias tentu mengingatkan
juga tentang hukuman Allah atas hidup Akhan (Yosua 7). Tidak hanya dia, tapi
seluruh anggota keluarga dan semua yang dia miliki ditumpas habis. Mungkin bisa
saja Allah melihat dosa Ananias dan Akhan seperti sebuah penyakit kanker. Kalau
itu tidak dihancurkan maka itu yang akan menghancurkan. Dampak dosa mereka
berbahaya bagi bangsa atau jemaat di mana mereka berada. Kadang-kadang bagian
tubuh yang kena kanker langsung segera dipotong (seperti kasus Ananias), atau
masih bisa ditunda. Mungkin saja itu alasannya, tapi sekali lagi hanya Allah
yang berdaulat atas peristiwa tersebut. Dia berhak sekaligus berhikmat.
Tindakannya tidak pernah salah.
Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.
Apa yang Anda pelajari tentang Allah
dalam kisah ini?
2. Apa yang Anda pelajari dari kehidupan Ananias
dan Safira?
3. Apa yang Anda pelajari dari kehidupan
Barnabas?
No comments:
Post a Comment