27 August 2015

Kisah no. 105

Allah Menghukum Dua Orang  Yang Berdusta Kepada-Nya (Kisah Rasul 4:23-5:11)
Kali ini Petrus dan Yohanes dilepaskan oleh pemimpin-pemimpin Agama yang membenci pengikut-pengkitu Yesus ini. Itu terjadi karena mereka belum mendapat kesempatan yang tepat untuk menangkap Petrus dan Yohanes. Namun, ancaman mereka pasti serius. Mereka akan menggunkan segala cara agar gerakan pengikut Yesus ini terhenti. Itulah yang Petrus sampaikan kepada kumpulan orang-orang percaya yang ada. Ada rasa cemas dan takut juga yang timbul dalam hati mereka. Mereka memutuskan untuk bersatu dalam doa menyerahkan masalah itu kepada Allah. Permintaan mereka jelas yaitu hati yang kuat dan tenang dalam menghadapi ancaman tersebut, sehingga mereka tetap berani memberitakan tentang Yesus kepada mereka yang belum percaya.
Pada waktu mereka sedang berdoa itu, goyanglah tempat mereka berkumpul. Allah mendengar doa mereka. Sepertinya Dia sedang memberi tanda penyertaan-Nya atas orangorang percaya. Saat mereka memberitakan firman-Nya, maka Allah akan menyertai mereka dengan tanda-tanda ajaib. Roh Kudus memenuhi mereka dengan kuasa-Nya. Peneguhan dari Allah itu menguatkan hati mereka. Ancaman yang mereka terima rupanya juga membuat mereka semakin dekat satu dengan yang lain. Bahkan, mereka mulai hidup saling berbagi dan melihat kepentingan bersama lebih penting daripada kepentingan pribadi. Salah satu tindakan yang nyata adalah adanya beberapa orang yang memiliki tanah mau menjualnya dan hasilnya diberikan kepada rasul-rasul untuk dipakai buat kehidupan mereka bersama sesuai kebutuhan. Salah satunya Yusuf yang disebut Barnabas, seorang Lewi yang berasal dari kota Siprus. Namanya berarti ‘anak penghiburan’. Dia jual tanahnya dan hasilnya dipakai untuk kesejahteraan saudara seiman yan membutuhkannya.
Sungguh aneh apa yang terjadi dalam hidup orang-orang itu. Berbeda sekali dengan orang yang pernah menjumpai Yesus. Orang yang sangat taat kepada semua hukum, tapi tidak sanggup ketika Yesus meminta dia menjual seluruh hartanya yang banyak untuk dibagi-bagikan kepada orang miskin (Markus 10:17-22). Rupanya Roh Kudus juga bekerja di dalam hati orang-orang percaya dengan menyanggupkan mereka untuk melihat bahwa Yesus lebih berharga daripada apa yang mereka miliki. Lalu Roh Kudus melimpahkan kasih yang murah hati sehingga mereka mau dan mampu kehilangan hartanya demi kasih kepada Yesus dan murid-murid-Nya. Sayangnya tidak semua yang seperti itu. Ada juga yang tidak mau menyerahkan hati dan harta mereka. Ada seseorang yang ikut menjual tanahnya dan memberi namun dengan motivasi yang salah. Dia ingin dilihat saudara seiman lain sebagai seorang yang murah hati. Memberi demi mencari pujian.
Namanya Ananias. Dia dan istrinya, Safira, menjual sebidang tanah dan memberikan hasil uangnya kepada para rasul. Entah apa yang ada dipikiran mereka, tidak semua uang hasil penjualan itu diserahkan. Ada sebagian yang mereka tahan. Masalahnya bukan karena mereka tidak memberikan semuanya. Masalahnya adalah mereka mengaku bahwa yang mereka berikan itu sudah semuanya. Dosa mereka adalah berdusta. Peristiwa itu dimulai oleh Ananias yang membawa hasil penjualan tananhnya dan memberikannya kepada Petrus. Dengan hikmat Allah, Petrus bisa mengenali kecurangan yang dilakukan Ananias. Dia hanya ingin dipandang sebagai orang terhormat dengan pemberiannya itu, tapi sebenarnya hatinya tidak rela untuk berkorban. Petrus menegur Ananias dengan keras. Bukannya memberikan diri untuk dikuasai oleh Roh Kudus, justru Ananias membiarkan hatinya dikuasai oleh Iblis. Ananias bukan saja mendustai Petrus, tapi dia tela mendustai Allah. Nada marah Petrus begitu terasa di depan kumpulan orang percaya itu. Tiba-tiba Ananias jatuh rebah ke lantai. Dan didapati dia mati. Semua orang terkejut melihat itu. Beberapa anak muda diperintahkan untuk mengurus jenazah Ananias dan menguburkannya.
Lebih kurang 3 jam kemudian, Safira, datang dalam persekutuan itu. Dia masih belum tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Pikirnya, dia akan dihormati sebagai wanita yang murah hati. Melihat dia, Petrus segera memanggilnya. Petrus tahu Safira turut ambil bagian atas kecurangan suaminya. Petrus bertanya kepadanya, “Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?". Safira mengiyakan. Petrus segera berkata: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." Lalu sama seperti yang terjadi dengan Ananias, Safira jatuh dan putuslah nyawanya. Jasad Safira di bawa keluar dan dikubur di sebelah suaminya.
Kejadian itu membuat seluruh jemaat dan orang yang mendengarnya menjadi sangat ketakutan. Sulit untuk memahami alasan sesungguhnya mengapa hukuman yang mereka begitu keras, berujung kematian. Ada banyak tokoh lain di Alkitab yang juga melakukan kesalahan tapi ada kesempatan yang diberikan kepada mereka. Namun, tentu saja tidak bisa pertimbangan Allah diukur oleh pertimbangan keadilan manusia. Kisah Ananias tentu mengingatkan juga tentang hukuman Allah atas hidup Akhan (Yosua 7). Tidak hanya dia, tapi seluruh anggota keluarga dan semua yang dia miliki ditumpas habis. Mungkin bisa saja Allah melihat dosa Ananias dan Akhan seperti sebuah penyakit kanker. Kalau itu tidak dihancurkan maka itu yang akan menghancurkan. Dampak dosa mereka berbahaya bagi bangsa atau jemaat di mana mereka berada. Kadang-kadang bagian tubuh yang kena kanker langsung segera dipotong (seperti kasus Ananias), atau masih bisa ditunda. Mungkin saja itu alasannya, tapi sekali lagi hanya Allah yang berdaulat atas peristiwa tersebut. Dia berhak sekaligus berhikmat. Tindakannya tidak pernah salah.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.      Apa yang Anda pelajari tentang Allah dalam kisah ini?
2.      Apa yang Anda pelajari dari kehidupan Ananias dan Safira?
3.      Apa yang Anda pelajari dari kehidupan Barnabas?





No comments:

Post a Comment