27 August 2015

Kisah no. 104

“Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar” (Kisah Rasul 2:42-47; 3; 4:22)

Setelah peristiwa Pentakosta, munculah kumpulan pengikut Yesus yang mulai menyita perhatian. Mereka hidup dengan gaya hidup yang berbeda. Orang-orang yang baru bertobat begitu haus dengan pengajaran para rasul. Mereka begitu rindu mengenal Yesus. Sering sekali mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan makan bersama. Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Lalu mereka sehati berdoa. Puji-pujian kepada Allah keluar dari mulut mereka. Sungguh sebuah persekutuan yang indah. Roh Kudus juga memberi kuasa kepada para rasul mengadakan banyak mujizat dan tandaseperti yang Yesus pernah lakukan. Hal itu membuat gentar semua orang yang menyaksikannya. Banyak juga yang menyukai dan tertarik, bahkan bergabung dengan mereka. Hampir tiap hari jumlah mereka bertambah. Itulah persekutuan pengikut Yesus mula-mula.
Walau mereka bertumbuh sebagai kumpulan pengikut Yesus yang kuat, namun mereka tetap melakukan ritual keagamaan Yahudi. Mereka sering beribadah di Bait Allah, tentu dengan makna yang baru. Satu kali diceritakan di depan pintu gerbang masuk Bait Allah ada seorang pengemis yang sudah biasa meminta-minta di situ. Pintu gerbang masuk itu dihiasi dengan tembaga-tembaga yang mahal dan indah, sehingga sering disebut ‘gerbang indah’. Entah sudah berapa lama si pengemis bekerja di situ. Petrus dan Yohanes bermaksud masuk ke Bait Allah, namun mereka diganggu dengan suara minta-minta dari si pengemis. Tiba-tiba mereka berhenti dan mendekatinya. Ada belas kasihan yang timbul di hati mereka. Petrus menatap wajahnya. Si pengemis berharap dia akan mendapatkan banyak uang. Lalu Petrus berkata kepadanya, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!". Entah sudah berapa kali Petrus melihat pengemis itu, tapi kali ini dia melihatnya dengan berbeda. Roh Kudus sepertinya sedang menggerakkan iman kepercayaan Petrus bahwa pengemis itu bisa sembuh dari kelumpuhannya.
Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Mujizat terjadi. Lumpuh disembuhkan. Yang terjadi kemudian sangat mengharukan. Lelaki tua yang bebas dari lumpuh, melompat-lompat seperti seorang anak kecil. Tak hanya itu, dia juga meneriakkan pujian kepada Allah. Dia berjalan mengikuti Petrus dan Yohanes. Semua orang yang ada di sekitar itu menjadi takjub dan tercengang. Mereka segera mendekat hendak melihat apa yang terjadi. Di saat itulah Roh Kudus membuka mulut Petrus untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Waktu itu Petrus sudah masuk ke dalam pelataran Bait Allah, di serambi besar yang diperuntukkan orang-orang bukan Yahudi. Serambi itu disebut serambi Salomo.
Dengan jelas Petrus menyebutkan bahwa yang menyembuhkan si pengemis bukanlah dia dan Yohanes, tapi Yesus. Kemudian sama seperti kotbah di hari Pentakosta, Petrus menceritakan tentang siapa Yesus dengan hati berkobar-kobar. Yesus adalah hamba Allah yang dimuliakan, Yang Kudus dan Benar, Pemimpin kepada hidup; dan Dia telah dibangkitkan dari kematian. Dalam kuasa pribadi seperti itulah orang ini disembuhkan. Namun berbarengan dengan kalimat-kalimat yang meninggikan Yesus itu, Petrus juga menyebutkan bagaimana orang Israel telah menolak, bahkan membunuh Yesus. Lalu Petrus beralih kepada berita bahagia. Dia menyadarkan pendengarnya bahwa apa yang mereka lakukan mungkin karena ketidaktahuan mereka, namun sekarang setelah mereka tahu, ambilah keputusan untuk memperbaikinya. “Sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan”. Roh Kudus pun bekerja menuai jiwa-jiwa. Banyak dari mereka yang bertobat. Ada 2000 orang percaya baru yang ditambahkan dalam bilangan mereka.
Sama seperti dulu banyak pemimpin agama yang cemburu kepada Yesus, kali ini mereka pun membenci persekutuan pengikut Yesus itu. Bahkan Petrus dan Yohanes ditangkapnya dengan bantuan pengawal-pengawal Bait Allah. Mereka diadili dan dipaksa untuk berhenti memberitakan tentang Yesus kepada orang banyak. Dalam tekanan seperti itu, Roh Kudus menguatkan kedua rasul itu. Dengan tegas mereka berkata tidak mungkin mereka berhenti berbicara tentang nama Yesus. “Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar”. Apa yang mereka lihat dan dengar? Sesuatu yang membuat mereka tidak tahan untuk tidak menceritakannya?


Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.   Petrus adalah gambaran murid Yesus yang siap sedia memberitakan Injil kapan saja dan di mana saja. Bandingkan dengan 2 Timotius 4:2-5! Apa yang Anda dapatkan dan akan Anda lakukan?
2.    Bagaimana Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di akhir ulasan di atas? Bagaimana dengan hidup Anda?




No comments:

Post a Comment