Kisah no. 104
“Tidak mungkin
bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang
telah kami dengar” (Kisah
Rasul 2:42-47; 3; 4:22)
Setelah peristiwa Pentakosta, munculah kumpulan pengikut Yesus
yang mulai menyita perhatian. Mereka hidup dengan gaya hidup yang berbeda.
Orang-orang yang baru bertobat begitu haus dengan pengajaran para rasul. Mereka
begitu rindu mengenal Yesus. Sering sekali mereka berkumpul untuk memecahkan
roti dan makan bersama. Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya,
lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing. Lalu mereka sehati berdoa. Puji-pujian kepada Allah keluar dari
mulut mereka. Sungguh sebuah persekutuan yang indah. Roh Kudus juga memberi
kuasa kepada para rasul mengadakan banyak mujizat dan tandaseperti yang Yesus
pernah lakukan. Hal itu membuat gentar semua orang yang menyaksikannya. Banyak
juga yang menyukai dan tertarik, bahkan bergabung dengan mereka. Hampir tiap
hari jumlah mereka bertambah. Itulah persekutuan pengikut Yesus mula-mula.
Walau mereka bertumbuh sebagai kumpulan pengikut Yesus yang
kuat, namun mereka tetap melakukan ritual keagamaan Yahudi. Mereka sering
beribadah di Bait Allah, tentu dengan makna yang baru. Satu kali diceritakan di
depan pintu gerbang masuk Bait Allah ada seorang pengemis yang sudah biasa
meminta-minta di situ. Pintu gerbang masuk itu dihiasi dengan tembaga-tembaga
yang mahal dan indah, sehingga sering disebut ‘gerbang indah’. Entah sudah
berapa lama si pengemis bekerja di situ. Petrus dan Yohanes bermaksud masuk ke
Bait Allah, namun mereka diganggu dengan suara minta-minta dari si pengemis.
Tiba-tiba mereka berhenti dan mendekatinya. Ada belas kasihan yang timbul di
hati mereka. Petrus menatap wajahnya. Si pengemis berharap dia akan mendapatkan
banyak uang. Lalu Petrus berkata kepadanya, “Emas dan perak tidak ada padaku,
tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang
Nazaret itu, berjalanlah!". Entah sudah berapa kali Petrus melihat
pengemis itu, tapi kali ini dia melihatnya dengan berbeda. Roh Kudus sepertinya
sedang menggerakkan iman kepercayaan Petrus bahwa pengemis itu bisa sembuh dari
kelumpuhannya.
Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia
berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Mujizat
terjadi. Lumpuh disembuhkan. Yang terjadi kemudian sangat mengharukan. Lelaki
tua yang bebas dari lumpuh, melompat-lompat seperti seorang anak kecil. Tak
hanya itu, dia juga meneriakkan pujian kepada Allah. Dia berjalan mengikuti
Petrus dan Yohanes. Semua orang yang ada di sekitar itu menjadi takjub dan
tercengang. Mereka segera mendekat hendak melihat apa yang terjadi. Di saat
itulah Roh Kudus membuka mulut Petrus untuk menceritakan apa yang sebenarnya
terjadi. Waktu itu Petrus sudah masuk ke dalam pelataran Bait Allah, di serambi
besar yang diperuntukkan orang-orang bukan Yahudi. Serambi itu disebut serambi
Salomo.
Dengan jelas Petrus menyebutkan bahwa yang menyembuhkan si
pengemis bukanlah dia dan Yohanes, tapi Yesus. Kemudian sama seperti kotbah di
hari Pentakosta, Petrus menceritakan tentang siapa Yesus dengan hati
berkobar-kobar. Yesus adalah hamba Allah yang dimuliakan, Yang Kudus dan Benar,
Pemimpin kepada hidup; dan Dia telah dibangkitkan dari kematian. Dalam kuasa
pribadi seperti itulah orang ini disembuhkan. Namun berbarengan dengan
kalimat-kalimat yang meninggikan Yesus itu, Petrus juga menyebutkan bagaimana
orang Israel telah menolak, bahkan membunuh Yesus. Lalu Petrus beralih kepada
berita bahagia. Dia menyadarkan pendengarnya bahwa apa yang mereka lakukan
mungkin karena ketidaktahuan mereka, namun sekarang setelah mereka tahu,
ambilah keputusan untuk memperbaikinya. “Sadarlah dan bertobatlah, supaya
dosamu dihapuskan”. Roh Kudus pun bekerja menuai jiwa-jiwa. Banyak dari mereka
yang bertobat. Ada 2000 orang percaya baru yang ditambahkan dalam bilangan
mereka.
Sama seperti dulu banyak pemimpin agama yang cemburu kepada
Yesus, kali ini mereka pun membenci persekutuan pengikut Yesus itu. Bahkan
Petrus dan Yohanes ditangkapnya dengan bantuan pengawal-pengawal Bait Allah.
Mereka diadili dan dipaksa untuk berhenti memberitakan tentang Yesus kepada
orang banyak. Dalam tekanan seperti itu, Roh Kudus menguatkan kedua rasul itu.
Dengan tegas mereka berkata tidak mungkin mereka berhenti berbicara tentang
nama Yesus. “Tidak mungkin bagi kami
untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami
dengar”. Apa yang mereka lihat dan dengar? Sesuatu yang membuat mereka
tidak tahan untuk tidak menceritakannya?
Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1. Petrus adalah gambaran murid Yesus yang siap sedia memberitakan
Injil kapan saja dan di mana saja. Bandingkan dengan 2 Timotius 4:2-5! Apa yang
Anda dapatkan dan akan Anda lakukan?
2. Bagaimana Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di akhir ulasan di
atas? Bagaimana dengan hidup Anda?
No comments:
Post a Comment