27 August 2015

Kisah no. 103

Pentakosta (Kisah Rasul 2)
                Murid-murid bertekun menantikan Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Roh Kudus adalah PRIBADI ketiga dari Allah Tritunggal yang dijanjikan akan turun dan tinggal dalam hidup mereka. Sebelum Yesus naik ke sorga, sering digambarkan Roh Kudus (Roh Allah) turun ‘menghinggapi’ tokoh-tokoh tertentu. Namun setelah tugas mereka selesai maka Roh Allah ‘undur’ dari mereka. Janji Yesus kepada murid-murid beda. Setelah karya keselamatan selesai dikerjakan Yesus dengan sempurna di kayu salib, maka setiap orang yang percaya kepada-Nya akan menerima Roh Kudus yang TINGGAL dalam hidup mereka. Mulai sejak itu Roh Kuduslah yang menuntun mereka hidup dalam kebenaran (Yohanes 15:26). Mereka juga akan menerima kuasa untuk menjadi saksi bagi Yesus kepada dunia (Kisah 1:8).
                Sementara murid-murid menanti penggenapan janji Yesus, hari Pentakosta semakin dekat. Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang berarti lima puluh Dalam Perjanjian Lama perayaan ini memakai nama “hari raya Tujuh Minggu”, karena perayaan ini dilakukan tujuh minggu setelah Paskah (Ulangan 16:9-10). Pada hari raya ini orang Yahudi merayakan berkat rohani yaitu turunnya hukum Taurat dan berkat jasmani yaitu panen gandum. Rupanya berkat ini akan segera dialami murid-murid dan semua orang yang telah percaya kepada Yesus. Berkat yang terutama akan dicurahkan dalam hidup mereka, Roh Kudus. Mereka berkumpul menyatukan kerinduan dalam doa (Kisah 1:14). Ada 120 orang yang bersekutu saat itu.
                Tiba-tiba…
                Turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Yang dijanjikan itu datang juga. Seperti dalam sejarah Allah menunjukkan kehadiran-Nya dengan tanda-tanda seperti tiang api dan awan bagi bangsa Israel di padang gurun, kali ini kehadiran Roh Kudus juga dibarengi dengan tanda-tanda. Bunyi seperti tiupan angin yang keras dan lidah-lidah api.
                Tiba-tiba…
                Mereka mengalami kehadiran Allah. Tiupan angin itu membentuk selimut yang melingkupi mereka. Kuasa Allah yang besar itu sedang mencengkeram mereka. Lalu mereka melihat api-api dalam bentuk lidah yang ada di atas setiap mereka. Api-api itu mulai masuk dan membakar hati mereka. Membakar kelemahan-kelemahan hati mereka, pada saat yang sama membakar gairah hati akan kemuliaan Allah.
                Tiba-tiba…
                Api itu naik dan membakar lidah mereka. Mulailah mereka berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.  Penyembahan yang begitu lepas. Yang aneh namun ajaib adalah perkataan-perkataan yang keluar itu muncul dalam berbagai bahasa. Bahasa dari banyak negara.
Pada perayaan Pentakosta, semua orang Yahudi dari seluruh dunia akan hadir di kota suci, Yerusalem. Apakah ini sebuah kebetulan? Sepertinya bukan. Allah dalam kedaulatan-Nya mencurahkan Roh Kudus turun atas hidup murid-murid untuk sebuah tujuan, yaitu berita karya keselamatan Yesus diberitakan dari Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan ke ujung dunia (Kisah 1:8). Dan saat Pentakostalah, saat berkumpulnya orang dari segala bangsa. Ketika Roh Kudus masuk dan mulai berkarya dalam diri murid-murid yang dikerjakannya adalah memakai lidah bibir mereka untuk menceritakan kebesaran Allah kepada bangsa-bangsa. Rupanya mereka sedang berkumpul di suatu tempat yang sepertinya tidak jauh dari bait Allah, sehingga apa yang mereka alami terdengar oleh penduduk dan pengunjung Yerusalem. Hebohnya lagi mereka mulai keluar memberitakan pekerjaan Allah dengan bahasa-bahasa asing.
Orang banyak itu tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?  Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:  kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Kabar sukacita tentang perbuatan Allah yang besar, yaitu karya keselamatan Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya  telah diberitakan ke bangsa-bangsa. Inilah penggenapan janji akan turunnya Roh Kudus dalam hidup murid-murid dan orang percaya.
Namun banyak juga yang menolak dan meremehkan kabar sukacita yang jelas tersampaikan dalam bahasa berbagai bangsa itu. Sebagian dari orang banyak itu bahkan menganggap murid-murid sedang mabuk. Tapi, tak sedikit juga dari antara mereka yang bertanya dan ingin tahu apa arti dari kabar yang mereka dengar itu. Di saat itulah Roh Kudus menguatkan Petrus untuk berdiri dan mulai berkata-kata kepada orang banyak itu.  Dengan hikmat dari Roh Kudus, Petrus mulai menjelaskan apa yang sedang terjadi dari catatan di Perjanjian Lama yang tentunya dipahami orang Yahudi. Diangkatnya nubuatan tentang tercurahnya Roh Kudus oleh nabi Yoel (Yoel 2:28-32). Nubuatan itulah yang sedang terjadi. Kemudian Petrus melanjutkan ceritanya tentang Yesus. Memang begitulah sifat Roh Kudus, tidak suka berbicara tentang diri-Nya, tapi tentang Yesus (Yohanes 16:13-14).
Dengan suara lantang, Petrus menceritakan apa yang Yesus kerjakan di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia. Dia bangkit untuk membawa kemenangan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Dikutipnya referensi kuat dari Perjanjian Lama (Mazmur 16:8-11; 89:4,5; 110:1). Entah bagaimana Petrus bisa menjelaskan panjang lebar dengan penuh keberanian seperti itu? Pastilah Roh Kudus sedang berkarya dalam hidupnya. Orang banyak yang mendengar semua itu begitu tersentak dengan perkataan-perkataan Petrus. Sudah sering mereka mendengar ayat-ayat yang disebut Petrus. Tapi kali ini mereka jadi mengerti apa yang dimaksudkannya. Pemahaman mereka mulai menjadi sebuah keinginan untuk mengalami kebenaran berita firman tersebut. Mereka pun bertanya, “Apakah yang harus kami perbuat?”. "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Banyak dari mereka  yang menerima perkataan Petrus itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Petrus si penjala ikan itu telah diubah menjadi penjala manusia oleh karya Roh Kudus. Rupanya bukan juga sebuah kebetulan Roh Kudus dicurahkan pada saat Pentakosta. Orang Yahudi menjadikan hari ini menjadi ‘hari pengumpulan hasil’ atau tuaian besar (Keluaran 23:16), dan di Pentakosta pertama setelah Yesus bangkit, terjadi tuaian 3000 orang percaya baru. Seumpama tanaman, maka Yesus telah menabur benih keselamatan di kayu salib, dan tiba waktunya Roh Kudus menuainya. Dipakainya murid-murid dan semua orang percaya terlibat dalam penuaian itu. Pentakosta adalah saat Roh Kudus berkarya. Sebuah karya penuaian jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah. Dia hadir untuk menuai jiwa-jiwa.
                Inilah Pentakosta yang baru. Dimulai  lima puluh hari dari kebangkitan Yesus. Dan masih berlanjut sampai hari ini. Sampai berita keselamatan tersiar hingga ke ujung dunia melalui lidah murid-murid-Nya.


Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1. Bagaimana Anda menjelaskan peristiwa Pentakosta yang baru dengan pemahaman Anda sendiri?
2. Sudahkah Anda mengalami Pentakosta? Ceritakanlah bagaimana peristiwanya!
3. Berdoalah peristiwa Pentakosta itu juga dialami keluarga Anda!
4. Maukah Anda berdoa agar gereja Anda sebagai kumpulan orang percaya benar-benar mengalami karya Roh Kudus sehingga terlibat dalam pekerjaan penuaian jiwa-jiwa?



No comments:

Post a Comment