Kisah no. 102 Bagian 1
Yesus Menampakkan Diri Di Tepi Danau (Yohanes 21:1-14)
Petrus dipulihkan (Yohanes 21:15-23)
Seminggu
setelah kebangkitan Yesus, banyak yang terjadi dalam hidup murid-murid yang
membuat hidup mereka berubah. Semakin tidak ragu mereka mengikut Yesus.
Terakhir Tomas yang mengalaminya. Segera ingatlah mereka akan perintah Yesus
untuk mengumpulkan semua orang yang telah mengikut Yesus selama ini di daerah
Galilea. Banyak orang di daerah itu yang telah menerima Yesus sebagai
Juruselamat mereka. Setibanya mereka di Galilea, segera mereka menemui banyak
orang itu tentang keinginan Yesus menemui mereka di sebuah gunung.
Yohanes
menceritakan sebuah peristiwa penting saat dia bersama enam temannya sedang
menunggu keempat teman yang lain berkeliling menyiarkan undangan. Rupanya
mereka menunggu di tepi danau Tiberias. Petrus tidak tahan duduk diam menunggu
begitu saja. Dia mengajak teman-temannya naik perahu dan menangkap ikan.
Sepanjang malam itu tidak ada satupun ikan yang mereka dapatkan. Menjelang
fajar menyingsing, ingatan Yohanes kembali di waktu pertama kali Yesus
memanggil dia sebagai murid-Nya. Waktu itu mereka juga tidak mendapatkan ikan
setelah semalam-malaman mencobanya. Kemudian pagi harinya Yesus mendatangi
mereka dan meyuruh mereka untuk melepaskan jala. Dan ajaib ikan-ikan seperti
diperintahkan untuk mendatangi jala mereka. Banyak sekali ikan yang mereka
dapatkan waktu itu. Saat itulah Yesus memanggil mereka tidak untuk menjala ikan
tapi menjala jiwa-jiwa untuk Kerajaan Allah.
Lamunannya
terhenti oleh sebuah seruan. “Hai anak-anak, adakah kamu memunyai lauk pauk?”.
Mereka tidak terlalu jelas siapa yang sedang bertanya itu. “Tidak ada”, jawab
mereka singkat. Lelaki itu berteriak kembali, “Tebarkanlah jalamu di sebelah
kanan perahu, maka akan kamu peroleh ikan!”. Yohanes tiba-tiba tersadar. Suara
itu suara Yesus. Perintah itu sama dengan perintah yang Yesus serukan saat
mereka berjumpa pertama kali. “Itu Tuhan”, kata Yohanes. Segera murid-murid
menebarkan jala mereka sesuai yang Yesus katakan. Ketika mereka menariknya,
jala itu terasa berat sekali karena banyak ikan yang ada di dalamnya. Sementara
itu Petrus meninggalkan mereka berlari mendapatkan Yesus. Perasaan Petrus masih
campur aduk. Masih terbayang tatapan Yesus tepat saat dia menyangkal Dia tiga
kali. Dia menyesal. Ingin sekali dia minta pengampunan. Sesampainya di tepi
danau, Yesus menyapanya dengan senyum. Tatapan Yesus masih sama. Penuh kasih
dan penerimaan. Belum sempat Petrus berkata-kata, Yesus memintanya membantu
menghidupkan api arang.
Ketika
murid-murid yang lain mendekat, Yesus menyuruh mereka membawa beberapa ikan
yang mereka bawa untuk di makan bersama. Mereka masih terkagum-kagum dengan
tangkapan ikan yang mereka dapatkan. Lebih dari 150 ikan mereka tangkap saat
itu. Bukan ikan yang kecil. Berat 1 ikan bisa sampai 10kg. Yang hebatnya jala
mereka tidak terkoyak. Segeralah mereka duduk melingkar dan makan bersama.
Senang hati mereka. Khususnya Yohanes. Tepat seperti ingatannya. Apa yang
terjadi persis sama saat Yesus memanggil mereka pertama kali. Sepertinya Yesus
tidak asal menemui mereka di tepi danau itu. Dia punya agenda khusus untuk menguatkan
hati dan panggilan mereka. Pangilan untuk menjadi penjala manusia.
Setelah
selesai sarapan pagi, Yohanes mendengar Yesus berkata secara khusus kepada
Petrus. Dia tahu betul sahabatnya itu menderita dengan penyangkalan yang dia
lakukan. Dikejar rasa bersalah. Yesus mengajukan pertanyaan, “Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka mengasihi Aku?”.
Yesuslah yang mengganti nama Simon menjadi Petrus. Memberikan arti baru bahwa
Petrus akan setegar batu karang dalam melayani Dia. Namun kali ini, Dia
memanggilnya dengan nama Simon. Apakah Yesus menyesal karena Petrus ternyata
tidak sekuat nama yang Dia berikan? Petrus lari meninggalkannya. Sepertinya
bukan itu maksud Yesus. Dia sengaja tidak memanggil dengan nama Petrus untuk mulai
mengajak Petrus mengoreksi dirinya. Bahwa selama ini dia hidup hanya dengan
kekuatannya sendiri. Cenderung sombong. Ingin lebih dari murid yang lain.
Pertanyaan Yesus kali ini masuk jauh ke dalam hati Petrus. Masikah dia berani
berkata lebih dari teman-temannya yang lain? Dan benarkah dia mengishi Yesus
dari dalam hatinya, bukan hanya karenasok? Hancur
hati Petrus. Tapi dia yakin pasti bahwa dia mengasihi Yesus. “Benar Tuhan, aku
mengasih Engkau”, jawabnya dengan gemetar.
Yesus
berkata lagi “Baik, kalau begitu gembalakanlah domba-domba-Ku”. Kepercayaan
kepada Petrus tidaklah hilang. Sekarang hati Petrus sudah hancur. Modal yang
bagus untuk menjadikannya rendah hati. Dan mereka yang rendah hatilah yang
cocok mengemban tugas menggembalakan pengikut-pengikut Yesus. Yesus kembali
bertanya, “Simon, apakah engkau mengasihi Aku?”. Pertanyaan yang sama. Petrus
kembali menjawab dengan lebih tenang, “Benar Tuhan, aku mengasihi Engkau”.
“Gembalakanlah domba-domba-ku”, pinta Yesus kedua kalinya.
Dan
ketiga kalinya, Yesus kembali bertanya, “Simon, apakah engkau mengasihi Aku?'.
Tiga kali pertanyaan itu diajukan sama seperti tiga kali dia menyangkal Yesus.
Kali ini, air matanya menetes tak tertahan. “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau”, jawabnya. “Gembalakanlah
domba-domba-Ku”, pinta Yesus yang ketiga kali. Pimpinlah mereka dengan
sungguh-sungguh. Tiga kali dia jatuh, tiga kali hatinya dikoreksi dan tiga kali
juga dia dipercaya lagi. Itulah sifat Allah. Dia sang pemulih. Tidak dibiarkannya
buluh yang patah terkulai menjadi putus, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak
akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan kebenaran-Nya.
(Yesaya 42:3).
“Sesungguhnya
ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan
ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan
mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke
tempat yang tidak kaukehendaki.” Kalimat-kalimat Yesus yang terakhir ini
menjadi nubuatan kelak Petrus mendapat anugerah keberanian untuk mati martir.
Dulu dia penyangkal, tapi Yesus mengubahnya. Kematiannya demi Tuhan yang dia
kasihi dan kemulian Tuhan dinyatakan melalui kematiannya. Sesudah mengatakan
demikian Yesus berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’. Menurut catatan sejarah,
Petrus mengikuti jejak Yesus mengabarkan kabar keselamatan kepada banyak jiwa.
Dan dia juga mati disalib.
Pertanyaan
Renungan dan Aplikasi:
- Yesus memanggil murid-murid-Nya menjadi penjala manusia (Markus 1:17). Dia menetapkan panggilan itu kembali setelah kebangkitan-Nya. Menurut Anda apa itu panggilan menjadi penjala manusia? Bagaimana Anda merespon panggilan itu?
- Sebutkan 1 kata jika Anda membaca percakapan Yesus dengan Petrus! Satu kata saja!
- Cara utama yang Allah pakai untuk mengoreksi hidup kita saat ini adalah melalui firman-Nya. Roh Kudus melalui firman Tuhan mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik kita supaya hidup dalam kebenaran (2 Timotius 3:16). Berikanlah kesaksian Anda!
No comments:
Post a Comment