27 August 2015

Kisah no. 101

Percaya Walau Tidak Melihat  (Yohanes 11:6, 14:5, 20:24-29)

Namanya Tomas alias Didimus. Kali ini suasananya berbeda.
Dulu …
Dia pernah diajak gurunya, Yesus, pergi ke Yudea. Di daerah sebelumnya banyak orang yang membenci mereka bahkan berusaha melempari mereka dengan batu. Yesus mengajak mereka kembali ke sana untuk menengok sahabat-Nya, Lazarus, yang sakit keras. Sebenarnya dia sudah mengingatkan Yesus. Tapi sang Guru bersikukuh berangkat. “Mari kita ikut Dia, untuk bersama-sama mati di sana”, katanya kepada murid-murid yang lain dengan nada jengkel dan pesimis. Tapi apa yang terjadi kemudian betul-betul di luar akal sehatnya. ”Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa bangkit lagi hanya karena mendengar panggilan Yesus?”, tanyanya dalam hati. Kepercayaannya kepada Yesus bertambah hari itu.
                Satu kali Yesus juga pernah berkata bahwa Dia harus kembali pulang ke rumah Bapa-Nya. Murid-murid bingung tanda tidak mengerti apa yang Yesus maksudkan. Tomaslah yang berani mengungkapkan kebingungan itu. Yesus dengan sabar menjelaskan kepadanya. Tetap dia tidak mengerti. Dan benar apa yang dikatakan Yesus. Hari itu tiba. Guru yang dipujanya itu meninggalkan mereka. Dia pergi kembali ke Bapa di sorga melalui ajalnya di kayu salib. Pupus sudah harapannya. Pribadi yang menjadi sandaran hidupnya meninggalkan dia sendiri dalam kebingungan. Tidak ada teman dan kerabat yang dapat menghibur dan menguatkannya. Semua larut dalam duka.
                Sekarang …
                Dia mendengar sebuah cerita yang lahir dari halusinasi teman-temannya. Yesus bangkit, kira-kira begitu isi ceritanya. Memang belakangan ini dia sering tidak bersama-sama dengan mereka. Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa bangkit lagi? Pertanyaan di depan kubur Lazarus muncul kembali di hatinya. Dulu mungkin. Namun, tidak untuk kali ini. Sang pembuat keajaiban itu telah mangkat. Siapa lagi yang akan membangkitkannya? Hmmm, tapi mungkin saja benar apa yang diceritakan teman-temannya. Entahlah, sulit untuk memercayainya.
                “Tomas! Apa yang kau pikirkan?”, tanya Yohanes, sahabat yang sangat mengenal sifatnya. “Masikah kau tidak percaya dengan apa yang kami ceritakan? Yesus bangkit, Tomas!”, kejar Yohanes. Tomas berdiri. "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Tomas pergi meninggalkan murid-murid yang lain. Sebenarnya hati gelisah. Antara ingin Yesus benar bangkit, tapi juga sulit untuk percaya Yesus bisa bangkit lagi. Entah bagaimana duka hatinya seperti telah menghapus ingatan dan perasaan waktu dia sendiri menyaksikan Yesus membangkitkan Lazarus. Kalau Yesus hidup mengapa Dia tidak tinggal bersama kami lagi. Di mana Dia sekarang?
                Tomas tidak tahu bahwa demikianlah yang harus Yesus lakukan. Dia sedang menyiapkan murid-murid-Nya supaya mereka sadar bahwa Yesus tidak akan tinggal lagi dengan mereka seperti 3 tahun sebelumnya. Hadir secara fisik. Tapi Yesus tidak pernah meninggalkan mereka walau mereka tidak bisa melihat Dia. Yesus pun memperhatikan Tomas. Dia mendengar perkataan Tomas meminta bukti. Satu minggu itu Tomas sengaja menjauh dari teman-temannya. Dia berusaha melupakan semuanya. Tapi dia tetap gelisah. Dengan langkah berat dia putuskan untuk kembali ke tempat murid-murid biasa berkumpul. Dia mau minta mereka tunjukkan bukti jika benar Yesus hidup, tapi sebaliknya kalau Yesus tidak bangkit, maka dia minta semua orang berhenti menceritakan berita bohong itu.
                Dia ketuk pintu minta diijinkan masuk. Dia ruangan tertutup itu, nampak wajah teman-temannya berbinar dan tersungging senyum sukacita. Sepertinya mereka sedang menantikan sesuatu. Dia memilih untuk diam saja dan berdiri di pojok ruangan. Bukan waktu yang tepat untuk berkata-kata. Sebuah suara tiba-tiba menyentakkan dia. “Damai sejahtera bagi kamu”. Suara itu mendekat. “Lihat tangan-Ku dan cucukkanlah jarimu ke lobang ini. Ke dalam lobang di lambungku juga. Dan jadilah percaya. Ini aku Yesus sudah bangkit”. Suara itu, suara Yesus. Wajah itu, wajah Yesus. Meledaklah hatinya dengan campuran rasa bahagia dan malu. Bahagia karena Yesus benar hidup kembali. Malu mengingat betapa degil hatinya sehingga tidak percaya akan berita kebangkitan Yesus.
                Berlututlah dia dihadapan Yesus. Meluncurlah sebuah pengakuan, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Yesus berkata kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Malam itu hidup Tomas berubah. Sulit memang untuk percaya kepada sesuatu yang belum ada buktinya. Pengalaman hidupnya saat mengikut Yesus menunjukkan hal yang lain. Kali ini sekali lagi cara pandangnya diubahkan. Percayalah lebih dulu kepada kuasa Allah, selanjutnya pekerjaan-Nya yang ajaib akan dengan dapat dilihat dengan jelas. Itulah Iman.
                Pertemuan itu telah mengubah Tomas. Seorang skeptis (selalu ragu-ragu dan tidak gampang percaya) mengaku dengan mulut ke-Allah-an Yesus. Seorang yang pesimis (selalu melihat masa depan secara negatif) dibangkitkan hidup dan harapannya. Dalam catatan sejarah, kemungkinan besar Tomas pergi mengabarkan Injil ke India dan mati sebagai martir di sana.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Pada waktu Tomas meragukan kebangkitan Yesus, sebenarnya apa yang sedang diragukannya?
2.       Apa yang Anda pelajari tentang sifat Yesus saat Dia mendatangi Tomas yang meragukan-Nya?
3.       Bacalah lagi perkataan Yesus di ayat 29 dan bandingkan dengan Ibrani 11:1! Adakah sesuatu yang Anda sedang imani? Apa yang akan Anda lakukan?
4.       Ingatkah Anda dengan seseorang yang sangat sulit untuk percaya kepada Yesus? Maukah Anda mendoakan dia?




No comments:

Post a Comment