Kisah no. 101
Percaya Walau Tidak Melihat (Yohanes 11:6, 14:5, 20:24-29)
Namanya
Tomas alias Didimus. Kali ini suasananya berbeda.
Dulu …
Dia pernah diajak gurunya, Yesus,
pergi ke Yudea. Di daerah sebelumnya banyak orang yang membenci mereka bahkan
berusaha melempari mereka dengan batu. Yesus mengajak mereka kembali ke sana
untuk menengok sahabat-Nya, Lazarus, yang sakit keras. Sebenarnya dia sudah
mengingatkan Yesus. Tapi sang Guru bersikukuh berangkat. “Mari kita ikut Dia,
untuk bersama-sama mati di sana”, katanya kepada murid-murid yang lain dengan
nada jengkel dan pesimis. Tapi apa yang terjadi kemudian betul-betul di luar
akal sehatnya. ”Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa bangkit lagi hanya
karena mendengar panggilan Yesus?”, tanyanya dalam hati. Kepercayaannya kepada
Yesus bertambah hari itu.
Satu
kali Yesus juga pernah berkata bahwa Dia harus kembali pulang ke rumah
Bapa-Nya. Murid-murid bingung tanda tidak mengerti apa yang Yesus maksudkan.
Tomaslah yang berani mengungkapkan kebingungan itu. Yesus dengan sabar
menjelaskan kepadanya. Tetap dia tidak mengerti. Dan benar apa yang dikatakan
Yesus. Hari itu tiba. Guru yang dipujanya itu meninggalkan mereka. Dia pergi
kembali ke Bapa di sorga melalui ajalnya di kayu salib. Pupus sudah harapannya.
Pribadi yang menjadi sandaran hidupnya meninggalkan dia sendiri dalam
kebingungan. Tidak ada teman dan kerabat yang dapat menghibur dan
menguatkannya. Semua larut dalam duka.
Sekarang
…
Dia
mendengar sebuah cerita yang lahir dari halusinasi teman-temannya. Yesus
bangkit, kira-kira begitu isi ceritanya. Memang belakangan ini dia sering tidak
bersama-sama dengan mereka. Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa
bangkit lagi? Pertanyaan di depan kubur Lazarus muncul kembali di hatinya. Dulu
mungkin. Namun, tidak untuk kali ini. Sang pembuat keajaiban itu telah mangkat.
Siapa lagi yang akan membangkitkannya? Hmmm, tapi mungkin saja benar apa yang
diceritakan teman-temannya. Entahlah, sulit untuk memercayainya.
“Tomas!
Apa yang kau pikirkan?”, tanya Yohanes, sahabat yang sangat mengenal sifatnya. “Masikah
kau tidak percaya dengan apa yang kami ceritakan? Yesus bangkit, Tomas!”, kejar
Yohanes. Tomas berdiri. "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya
dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Tomas
pergi meninggalkan murid-murid yang lain. Sebenarnya hati gelisah. Antara ingin
Yesus benar bangkit, tapi juga sulit untuk percaya Yesus bisa bangkit lagi. Entah
bagaimana duka hatinya seperti telah menghapus ingatan dan perasaan waktu dia
sendiri menyaksikan Yesus membangkitkan Lazarus. Kalau Yesus hidup mengapa Dia tidak
tinggal bersama kami lagi. Di mana Dia sekarang?
Tomas
tidak tahu bahwa demikianlah yang harus Yesus lakukan. Dia sedang menyiapkan
murid-murid-Nya supaya mereka sadar bahwa Yesus tidak akan tinggal lagi dengan
mereka seperti 3 tahun sebelumnya. Hadir secara fisik. Tapi Yesus tidak pernah
meninggalkan mereka walau mereka tidak bisa melihat Dia. Yesus pun
memperhatikan Tomas. Dia
mendengar perkataan Tomas meminta bukti. Satu minggu itu Tomas sengaja menjauh dari teman-temannya.
Dia berusaha melupakan semuanya. Tapi dia tetap gelisah. Dengan langkah berat
dia putuskan untuk kembali ke tempat murid-murid biasa berkumpul. Dia mau minta
mereka tunjukkan bukti jika benar Yesus hidup, tapi sebaliknya kalau Yesus
tidak bangkit, maka dia minta semua orang berhenti menceritakan berita bohong
itu.
Dia
ketuk pintu minta diijinkan masuk. Dia ruangan tertutup itu, nampak wajah
teman-temannya berbinar dan tersungging senyum sukacita. Sepertinya mereka
sedang menantikan sesuatu. Dia memilih untuk diam saja dan berdiri di pojok
ruangan. Bukan waktu yang tepat untuk berkata-kata. Sebuah suara tiba-tiba
menyentakkan dia. “Damai sejahtera bagi kamu”. Suara itu mendekat. “Lihat
tangan-Ku dan cucukkanlah jarimu ke lobang ini. Ke dalam lobang di lambungku juga.
Dan jadilah percaya. Ini aku Yesus sudah bangkit”. Suara itu, suara Yesus.
Wajah itu, wajah Yesus. Meledaklah hatinya dengan campuran rasa bahagia dan
malu. Bahagia karena Yesus benar hidup kembali. Malu mengingat betapa degil
hatinya sehingga tidak percaya akan berita kebangkitan Yesus.
Berlututlah
dia dihadapan Yesus. Meluncurlah sebuah pengakuan, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Yesus
berkata kepadanya, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Malam itu hidup
Tomas berubah. Sulit memang untuk percaya kepada sesuatu yang belum ada
buktinya. Pengalaman hidupnya saat mengikut Yesus menunjukkan hal yang lain. Kali
ini sekali lagi cara pandangnya diubahkan. Percayalah lebih dulu kepada kuasa
Allah, selanjutnya pekerjaan-Nya yang ajaib akan dengan dapat dilihat dengan
jelas. Itulah Iman.
Pertemuan
itu telah mengubah Tomas. Seorang skeptis (selalu ragu-ragu dan tidak gampang
percaya) mengaku dengan mulut ke-Allah-an Yesus. Seorang yang pesimis (selalu
melihat masa depan secara negatif) dibangkitkan hidup dan harapannya. Dalam
catatan sejarah, kemungkinan besar Tomas pergi mengabarkan Injil ke India dan
mati sebagai martir di sana.
Pertanyaan Renungan
dan Aplikasi:
1.
Pada waktu Tomas meragukan kebangkitan Yesus,
sebenarnya apa yang sedang diragukannya?
2. Apa yang Anda
pelajari tentang sifat Yesus saat Dia mendatangi Tomas yang meragukan-Nya?
3. Bacalah lagi
perkataan Yesus di ayat 29 dan bandingkan dengan Ibrani 11:1! Adakah sesuatu
yang Anda sedang imani? Apa yang akan Anda lakukan?
4. Ingatkah Anda
dengan seseorang yang sangat sulit untuk percaya kepada Yesus? Maukah Anda mendoakan
dia?
No comments:
Post a Comment