Kisah no. 97
PERKATAAN YESUS YANG TERAKHIR (Matius 27:45-56; Markus 15:33-41; Lukas
23:39-49; Yohanes 19:23-30)
Vonis sudah dijatuhkan. Yesus akan disalib
sampai mati. Salib adalah hukum yang kejam yang hanya dijatuhkan kepada budak
atau penduduk bangsa jajahan. Mereka yang terhukum dibiarkan tergantung
berjam-jam dalam kondisi setengah telanjang sampai mati. Luka-luka di tubuh
mereka khususnya paku yang menancap di tangan kaki menimbulkan demam tinggi.
Badan mereka menjadi kebas sampai akhirnya merenggut nyawa mereka. Orang Yahudi
sendiri menganggap hukuman salib sebagai kutuk Allah (Ulangan 21:23; Galatia
3:13). Hukuman salib Yesus akan dilangsungkan di Bukit Golgota. Biasanya mereka
akan menggendong salib mereka sebagai tanda mereka setuju dengan hasil persidangan.
Rombongan itu dipimpin seorang perwira yang mengendarai kuda, diikuti
tentara-tentara dan mereka yang terhukum. Ada beberapa tentara yang membawa
papan bertuliskan kejahatan-kejahatan mereka yang terhukum. Papan itu akan
ditempelkan di kayu salib masing-masing dari mereka. Penduduk Yerusalem juga
berbondong-bondong ikut untuk menyaksikan penyaliban itu. Imam-imam dan ahli
Taurat ada di antara mereka dengan senyum lega tanda kemenangan.
Yesus
yang telah disiksa dengan kejam itu tak sanggup lagi jika harus menggendong
salibnya. Dia roboh di tengah jalan. Ada seorang pria yang sedang lewat disitu
dipaksa oleh tentara menggantikan Yesus menggendong salib itu. Nama orang itu
Simon, berasal dari Kirene di Afrika Utara. Dia sedang dalam perjalanan ke kota
tapi diberhentikan dan dipaksa memikul salib Yesus. Ada catatan menarik tentang
Simon, Markus menuliskan dalam Injilnya bahwa Simon adalah ayah dari Rufus,
seorang pemimpin gereja mula-mula. Dalam Roma 16:13, rasul Paulus memberikan
salam tanda hormatnya kepada Rufus. Kemungkinan besar Simon dulunya bukan
seorang percaya, namun perjumpaan dan perjalanan di samping Yesus itu mengubah
hidupnya menjadi orang percaya.
Lebih
kurang pukul 9, rombongan itu sampai di Gologota, bukit yang bentuknya
menyerupai tengkorak. Bersama Yesus juga ada 2 orang terhukum lainnya. Baju mereka
dilucuti sehingga hanya mengenakan kain pinggang. Tentara-tentara itu lalu
mendirikan kayu salib berbentuk tanda tambah. Pada balok kayu pancang dipakukan
sepotong kayu, sebagai tempat ‘duduk’ bagi mereka yang dihukum. Tangan dan dan
kaki diikatkan dengan tali pada kayu salib, lalu dipaku. Sementara itu
tentara-tentara mulai membagi harta milik orang hukuman. Sebagaimana mustinya
seorang guru, pakaian Yesus ada lima bagian. Sementara jumlah tentara itu ada 4
orang. Yang seorang mendapat tutup kepala Yesus, lalu yang lain mendapat ikat
pinggang. Yang ketiga mendapat bajunya, dan yang terakhir mendapat kasutnya.
Tinggallah jubah (kituna) Yesus yang mahal. Lalu mereka buang undi. Ini adalah
penggenapan Mazmur 22:19.
Yesus
tergantung di atas kayu salib di antar 2 orang penjahat. Imam-imam dan ahli
Taurat menertawakan dan mengejek Dia. “Orang lain Dia selamatkan, tapi diri-Nya
sendiri tidak bisa Dia selamatkan. Orang banyak ikut-ikutan mengolok-olok
Yesus. Mendengar ejekan-ejekan itu, Yesus tidak membalas dengan kutukan. Dia
justru berdoa, “Ya Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus mengampuni.
Penjahat yang berada tergantung di sisi Yesus juga ikut mengejek Yesus. Tapi
satu di antara mereka melihat Yesus dengan berbeda, ditegurnya temannya. Mereka
memang layak dihukum di atas salib, tapi Yesus tidak layak. Sepertinya ia insaf
siapa Yesus yang sebenarnya.Tulisan raja di atas salib Yesus mungkin dipakai
Allah untuk berbicara dalam hati penjahat itu. Dia sedang dekat bersama seorang
raja. Dengan penuh hormat, ia memohon,
“Yesus ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”. Yesus menjawab
permohonan itu, “Sesungguhnya hari ini
juga engkau bersama-sama aku di dalam sorga”.
Di atas
kayu salib, pandangan mata Yesus terpaku kepada wajah dukacita Maria, ibunya.
Ibunya sedang berdiri dekat di bawah kayu salibnya ditemani orang-orang yang
mengasihi-Nya. Berkatalah dia kepada Maria, “Ibu, inilah anakmu”. Dan kepada Yohanes yang ada di samping Maria,
“inilah ibumu”. Rupanya Yesus sedang
menitipkan Maria kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. Sejak saat itu Maria tinggal
bersama keluarga Yohanes. Dalam kesakitan dan penderitaan-Nya, Yesus masih juga
menyatakan pengampunan kepada orang-orang yang menista Dia, keselamatan kepada
penjahat yang bertobat, dan kasih kepada orang-orang yang mengasihi-Nya.
Pukul
12 siang. Tiba-tiba terjadi sebuah fenomena yang aneh. Langit menjadi gelap
gulita. Lamanya 3 jam. Ketakutan mencekam orang banyak yang ada di situ. Tentara-tentara
pun gentar. Sementara itu di salib-Nya, Yesus sedang diamuk demam. Sunyi sekali
bukit tengkorak itu. Selama ini Dia bisa merasakan Bapa-Nya yang menerangi
jalan-Nya. Kali ini gelap. Dia sangat merindukan terang itu. Memohon
pertolongan Bapa, tapi Dia pergi menjauh. Seolah Yesus sedang menghadapi
neraka, tempat terkutuk di mana Dia terpisah dengan Bapa-Nya. Rasa peri di
hati-Nya meledak dalam sebuah teriakan keras, “Eli, Eli, lama sabakhtani”, yang artinya “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meniggalkan Aku?”. Ajaib.
Selepas teriakan Yesus itu, gelap menyingkir dari langit Golgota. Tiga jam
lamanya Ia bergumul dalam kegelapan dan kesendirian. Habis sudah daya-Nya.
Kata-Nya kepada tentara Romawi, “Aku haus”.
Seorang dari mereka memberi Yesus minum dari anggur asam. Minuman ini bukannya
menyegarkan namun justru menambah rasa perih pada tubuh Yesus.
Dengan
sisa tenanga-Nya, Yesus berkata, “Sudah
selesai”. Tugas-Nya selesai. Pengampunan dan pendamaian sudah tuntas
dikerjakan-Nya. Teringatlah Dia semasa kecil orang tua-Nya selalu mengajak berdoa
sebelum tidur seperti yang dicatat dalam Mazmur 31:6. Doa minta pengawasan
ketika Ia tertidur. “Ya Bapa, ke dalam
tangan-Mu Kuserahkan nyawaku”. Diserukanlah doa itu untuk terakhir kalinya.
Teriakan itu adalah kalimat
terakhir-Nya. Ia mati bersama semua dosa manusia. Ia mati bersama semua
pergumulan manusia.
Pertanyaan
Renungan dan Aplikasi:
1. Apa makna
salib dan kematian Yesus untuk Anda?
2. Mengapa kematian
Yesus dalam keadaan terkutuk di atas salib itu disebut sebagai kabar sukacita?
3. Yesus telah
menjadi contoh hidup kemauan untuk memikul salib. Dalam Matius 16:24, Yesus justru yang memberikan perintah
bagi siapa saja yang mengikut Dia haruslah rela memikul salib untuk Dia. Apa
salib pengikut Kristus pada jaman sekarang? Bagaimana respon Anda atas perintah
Yesus tersebut?
4. Bagaimana
kita bisa membangun gereja sebagai tempat saling menerima dan mengasihi seperti
yang ditunjukkan Yohanes kepada Maria? Pikirkan hal-hal praktis yang bisa
dilakukan khususnya dalam kelompok kecil di mana Anda berada?
No comments:
Post a Comment