Kisah no. 96
Raja Orang Yahudi (Matius 27:27-44; Markus 15:16-32; Lukas
23:26-38; Yohanes 19:1-22)
Pilatus
semakin terpojok dengan keinginan orang banyak untuk menyalibkan Yesus. Dia
perintahkan prajurit-prajuritnya untuk membawa Yesus masuk dan menyesah Dia.
Pikirnya, orang banyak itu mungkin akan berhenti setelah melihat Yesus disiksa.
Itu hukuman yang cukup. Pilatus meninggalkan mereka dan masuk ke rumah
dinasnya. Prajurit-prajurit itu membawa Yesus masuk, lalu melepas jubah Yesus.
Beberapa prajurit lalu mengayunkan cambuk dari tulang-tulang keras ke punggung
Yesus. Kulit tubuh Yesus tercabik dan darah mengucur keluar. “Berhenti dulu!”,
kata seorang perwira.
“Aku
dengar orang banyak itu berseru bahwa orang ini mengaku diri-Nya adalah Mesias,
pembebas bangsa-Nya. Oleh sebab itu, jangan kita sembarangan memperlakukan-Nya.
Dia ini Raja Orang Yahudi”, sambungnya dengan nada ejekan. Teman-temannya
tertawa terbahak-bahak. Segera mencari kain ungu lalu dipakaikan kepada Yesus
seolah Dia sedang mengenakan jubah raja. Jubah seperti biasa dipakai seorang pahlawan
masuk ke kota yang direbutnya. Diletakan sebuah buluh di tangan Yesus sebagai
lambang tongkat raja. Tak berhenti di situ, mereka menganyam sebuah mahkota dari
duri-duri dan memasangnya di kepala Yesus. Yesus didudukan, dan mereka berlutut
di depan-Nya. “Salam hai Raja Orang Yahudi, kasihanilah kami, jangan hukum kami”,
mereka memohon. Lalu peran itu di tukar. Seorang perwira berdiri dan berhasil
mengalahkan pahlawan itu. Dagu Yesus ditinjunya dengan keras, sampai kepalnya
mendongak ke atas. Dan tinju yang kedua juga melayang ke muka Yesus.
Tiba-tiba
drama keji itu berhenti. Pilatus datang. Dia melihat Yesus yang berlumuran
dengan darah masih lengkap dengan jubah dan mahkota durinya. Yesus sudah
disesah. Cukup. Perkara selesai. Demikian pikir Pilatus. Segera Yesus di bawa
keluar dan ditunjukkan kepada orang banyak. Pilatus berdiri di depannya. “Lihat
Dia sudah disesah, urusanku sudah selesai. Bawa Dia pergi”. Namun jawaban yang
didapatnya adalah terikan ribut orang banyak. “Menagap engkau mengenakan
mahkota itu kepada-Nya? Dia bukan raja kami. Dia bukan mesias, dia penghujat.
Dia justru sudah menistakan bangsa kami. Salibkan Dia!”. Suasana semakin ramai.
Pilatus mulai ragu-ragu. Suara pemimpin-pemimpin orang banyak itu terdengar di
telinganya, “Tuan, menurut hukum kami, Dia harus mati karena telah menganggap
diri-Nya sebagai Anak Allah”.
Memang itu
adalah urusan agama. Pilatus tidak mendapatkan bukti bahwa Yesus melarang orang
untuk membayar pajak kepada kaisar maupun bukti Dia akan memimpin
pemberontakan. Dan alasan terkahir ini adalah alasa agama, dia tidak ada urusan
dengan itu. Tapi setelah mendapat surat dari istrinya dan berita-berita yang
dia dengar tentang kehebatan Yesus melakukan mujizat, ia penasaran. Dibawanya
kembali Yesus masuk ke dalam. “Apakah benar Engkau mengaku diri-Mu adalah Anak
Allah?”, tanyanya kepada Yesus. Yesus diam atas semua pertanyaan Pilatus. Geram
hati Pilatus. Dengan nada membentak dia berseru, “Jawablah! Tidak tahukan kamu
aku berkuasa untuk membebaskan maupun menghukum Engkau?”. Yesus tak gentar
sedikitpun. Dengan suara pelan namun penuh ketegasan Ia menjawab, “Engkau tidak
punya kuasa apapun terhadap Aku, jika kuasa itu tidak diberikan dari Allah
kepadamu”. Entah kenapa Pilatus bisa merasakan ada kuasa dari jawab itu.
Sepertinya benar dia sedang berhadapan dengan seorang raja. Tidak diketahuinya
dengan benar bahwa memang yang berdiri di hadapannya adalah raja di atas segala
raja.
Pilatus
semakin galau. Namun ditetapkan pendiriannya, bahwa ia tidak mau menghukum Yesus.
Dibawanya lagi Yesus keluar. Disampaikan keputusannya. Namun tekanan terakhir
dari orang banyak sangat memojokkannya. “Tuan, jika adan seorang yang
menganggap dirinya raja, maka dia adalah musuh kaisar”. Mereka akan mengancam
akan melaporkan masalah itu kepada kaisar. Inilah yang membuat Pilatus takut. Kaisar
Tiberius, rajanya adalah seorang yang sesnsitif dengan isu pemberontakan. Jika perkara
ini sampai dilaporkan kepadanya, karirnya bukan tidak mungkin hidupnya akan
berkahir. Dia tidak mau meresikokan dirinya. Dalam sejarah beberapa tahun setelah
itu (sekitar tahun 36m) Pilatus dihukum berat oleh kaisar karena kesalahan yang
dia buat, dan Seianus orang yang selalu membelanya tidak bisa lagi menolong
dia. Orang yang mengasihi nyawanya, justru akan kehilangan nyawanya.
Di
hadapan orang banyak itu, Pilatus membasuh tangannya. Dia berkata, “Kalian yang
mendesak aku, tapi aku tidak bersalah atas darah orang ini”. Pemimpin agama dan
orang banyak itu dengan berani menyahut, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas
kami dan atas anak-anak kami”. Sejarah juga mencatat, lebih kurang 40 tahun
kemudian perkataan mereka tergenapi dengan sangat mengerikan. Anak cucu mereka
diserang tentara romawi, hampir tiap hari 500 orang mati disalibkan.
Setelah
itu, Pilatus membawa Yesus maju ke depan. Didudukannya Yesus disebuah kursi
pengadilan umum. “Inilah rajamu. Kalian sendiri yang telah menyalibkan dia”.
Hukuman pun dijatuhkan. Bukanlah sebuah kebetulan jika status terakhir yang
dinyatakan dalam proses persidangan Yesus adalah dia sebagai Raja orang Yahudi.
Begitu juga di atas kayu salib-Nya kelak tergantung tulisan “Inilah Yesus orang
Nazareth, Raja orang Yahudi”. Biasanya papan itu berisi alasan orang itu
disalib. Yesus mengaku diri-Nya sebagai Anak Allah dan mengangkat diri-Nya
sebagai Raja. Untuk alasan itulah Dia disalib sampai mati. Dan Dia ditolak.
Bukankah dosa penolakkan itulah yang sedang ditebus Yesus. Kejatuhan manusia
pertama dalam dosa adalah karena mereka menolak Allah menjadi raja atas hidup
mereka. Mereka ingin menyamakan diri mereka dengan Allah dan melawan Dia. Inilah
rencana Allah, Yesus mati sebagai Raja. Raja orang Yahudi. Raja atas semua
manusia yang mau hidup dipimpin oleh-Nya.
Pertanyaan
Renungan dan Aplikasi:
1. Lebih banyak mana
orang yang hidup mementingkan keselamatan dirinya sendiri atau menaati kehendak
Allah? Bagaimana dengan Anda? Bacalah Matius 10:39!
2. Menurut Anda
bagaimanakah kehidupan manusia yang menjadikan Yesus sebagai raja atas hidupnya?
3. Apa yang akan Anda
lakukan jika mengetahui ada orang yang belum menjadikan Yesus sebagai raja atas
hidup mereka?
No comments:
Post a Comment