27 August 2015

Kisah no. 96

Raja Orang Yahudi (Matius 27:27-44; Markus 15:16-32; Lukas 23:26-38; Yohanes 19:1-22)
Pilatus semakin terpojok dengan keinginan orang banyak untuk menyalibkan Yesus. Dia perintahkan prajurit-prajuritnya untuk membawa Yesus masuk dan menyesah Dia. Pikirnya, orang banyak itu mungkin akan berhenti setelah melihat Yesus disiksa. Itu hukuman yang cukup. Pilatus meninggalkan mereka dan masuk ke rumah dinasnya. Prajurit-prajurit itu membawa Yesus masuk, lalu melepas jubah Yesus. Beberapa prajurit lalu mengayunkan cambuk dari tulang-tulang keras ke punggung Yesus. Kulit tubuh Yesus tercabik dan darah mengucur keluar. “Berhenti dulu!”, kata seorang perwira.
                “Aku dengar orang banyak itu berseru bahwa orang ini mengaku diri-Nya adalah Mesias, pembebas bangsa-Nya. Oleh sebab itu, jangan kita sembarangan memperlakukan-Nya. Dia ini Raja Orang Yahudi”, sambungnya dengan nada ejekan. Teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Segera mencari kain ungu lalu dipakaikan kepada Yesus seolah Dia sedang mengenakan jubah raja. Jubah seperti biasa dipakai seorang pahlawan masuk ke kota yang direbutnya. Diletakan sebuah buluh di tangan Yesus sebagai lambang tongkat raja. Tak berhenti di situ, mereka menganyam sebuah mahkota dari duri-duri dan memasangnya di kepala Yesus. Yesus didudukan, dan mereka berlutut di depan-Nya. “Salam hai Raja Orang Yahudi, kasihanilah kami, jangan hukum kami”, mereka memohon. Lalu peran itu di tukar. Seorang perwira berdiri dan berhasil mengalahkan pahlawan itu. Dagu Yesus ditinjunya dengan keras, sampai kepalnya mendongak ke atas. Dan tinju yang kedua juga melayang ke muka Yesus.
                Tiba-tiba drama keji itu berhenti. Pilatus datang. Dia melihat Yesus yang berlumuran dengan darah masih lengkap dengan jubah dan mahkota durinya. Yesus sudah disesah. Cukup. Perkara selesai. Demikian pikir Pilatus. Segera Yesus di bawa keluar dan ditunjukkan kepada orang banyak. Pilatus berdiri di depannya. “Lihat Dia sudah disesah, urusanku sudah selesai. Bawa Dia pergi”. Namun jawaban yang didapatnya adalah terikan ribut orang banyak. “Menagap engkau mengenakan mahkota itu kepada-Nya? Dia bukan raja kami. Dia bukan mesias, dia penghujat. Dia justru sudah menistakan bangsa kami. Salibkan Dia!”. Suasana semakin ramai. Pilatus mulai ragu-ragu. Suara pemimpin-pemimpin orang banyak itu terdengar di telinganya, “Tuan, menurut hukum kami, Dia harus mati karena telah menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah”.
                Memang itu adalah urusan agama. Pilatus tidak mendapatkan bukti bahwa Yesus melarang orang untuk membayar pajak kepada kaisar maupun bukti Dia akan memimpin pemberontakan. Dan alasan terkahir ini adalah alasa agama, dia tidak ada urusan dengan itu. Tapi setelah mendapat surat dari istrinya dan berita-berita yang dia dengar tentang kehebatan Yesus melakukan mujizat, ia penasaran. Dibawanya kembali Yesus masuk ke dalam. “Apakah benar Engkau mengaku diri-Mu adalah Anak Allah?”, tanyanya kepada Yesus. Yesus diam atas semua pertanyaan Pilatus. Geram hati Pilatus. Dengan nada membentak dia berseru, “Jawablah! Tidak tahukan kamu aku berkuasa untuk membebaskan maupun menghukum Engkau?”. Yesus tak gentar sedikitpun. Dengan suara pelan namun penuh ketegasan Ia menjawab, “Engkau tidak punya kuasa apapun terhadap Aku, jika kuasa itu tidak diberikan dari Allah kepadamu”. Entah kenapa Pilatus bisa merasakan ada kuasa dari jawab itu. Sepertinya benar dia sedang berhadapan dengan seorang raja. Tidak diketahuinya dengan benar bahwa memang yang berdiri di hadapannya adalah raja di atas segala raja.
                Pilatus semakin galau. Namun ditetapkan pendiriannya, bahwa ia tidak mau menghukum Yesus. Dibawanya lagi Yesus keluar. Disampaikan keputusannya. Namun tekanan terakhir dari orang banyak sangat memojokkannya. “Tuan, jika adan seorang yang menganggap dirinya raja, maka dia adalah musuh kaisar”. Mereka akan mengancam akan melaporkan masalah itu kepada kaisar. Inilah yang membuat Pilatus takut. Kaisar Tiberius, rajanya adalah seorang yang sesnsitif dengan isu pemberontakan. Jika perkara ini sampai dilaporkan kepadanya, karirnya bukan tidak mungkin hidupnya akan berkahir. Dia tidak mau meresikokan dirinya. Dalam sejarah beberapa tahun setelah itu (sekitar tahun 36m) Pilatus dihukum berat oleh kaisar karena kesalahan yang dia buat, dan Seianus orang yang selalu membelanya tidak bisa lagi menolong dia. Orang yang mengasihi nyawanya, justru akan kehilangan nyawanya.
                Di hadapan orang banyak itu, Pilatus membasuh tangannya. Dia berkata, “Kalian yang mendesak aku, tapi aku tidak bersalah atas darah orang ini”. Pemimpin agama dan orang banyak itu dengan berani menyahut, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami”. Sejarah juga mencatat, lebih kurang 40 tahun kemudian perkataan mereka tergenapi dengan sangat mengerikan. Anak cucu mereka diserang tentara romawi, hampir tiap hari 500 orang mati disalibkan.
                Setelah itu, Pilatus membawa Yesus maju ke depan. Didudukannya Yesus disebuah kursi pengadilan umum. “Inilah rajamu. Kalian sendiri yang telah menyalibkan dia”. Hukuman pun dijatuhkan. Bukanlah sebuah kebetulan jika status terakhir yang dinyatakan dalam proses persidangan Yesus adalah dia sebagai Raja orang Yahudi. Begitu juga di atas kayu salib-Nya kelak tergantung tulisan “Inilah Yesus orang Nazareth, Raja orang Yahudi”. Biasanya papan itu berisi alasan orang itu disalib. Yesus mengaku diri-Nya sebagai Anak Allah dan mengangkat diri-Nya sebagai Raja. Untuk alasan itulah Dia disalib sampai mati. Dan Dia ditolak. Bukankah dosa penolakkan itulah yang sedang ditebus Yesus. Kejatuhan manusia pertama dalam dosa adalah karena mereka menolak Allah menjadi raja atas hidup mereka. Mereka ingin menyamakan diri mereka dengan Allah dan melawan Dia. Inilah rencana Allah, Yesus mati sebagai Raja. Raja orang Yahudi. Raja atas semua manusia yang mau hidup dipimpin oleh-Nya.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Lebih banyak mana orang yang hidup mementingkan keselamatan dirinya sendiri atau menaati kehendak Allah? Bagaimana dengan Anda? Bacalah Matius 10:39!
2.       Menurut Anda bagaimanakah kehidupan manusia yang menjadikan Yesus sebagai raja atas hidupnya?
3.       Apa yang akan Anda lakukan jika mengetahui ada orang yang belum menjadikan Yesus sebagai raja atas hidup mereka?

No comments:

Post a Comment