Kisah no. 95
Salibkan Dia (Markus 15:1-15; Matius 27:11-26)
Imam-imam
kepala telah mufakat menyerahkan Yesus ke hadapan wali negeri. Wali negeri
adalah wakil pemerintah Romawi yang ditugaskan menjaga wilayah jajahan mereka.
Wali negeri yang berkuasa waktu itu bernama Pilatus. Sesampainya di sana
Pilatus menerima Yesus tapi tidak mau gegabah menghukum Dia. Sebagai seorang
yang terpelajar ia menanyakan tuduhan-tuduhan yang mereka ajukan. Sebenarnya
jelas imam-imam kepala dan ahli taurat menyerahkan Yesus karena benci dan
dengkinya mereka kepada Yesus (ayat 10). Namun mereka tahu dihadapan hukum
romawi mereka harus punya alasan yang kuat. Maka disusunlah dan dikemukakanlah
3 tuduhan. Pertama, Yesus telah
menyesatkan bangsa mereka. Ini tuduhan dalam ranah agama dan pasti Pilatus
tidak mau menghukum Yesus karena hal ini. Oleh sebab itu, mereka juga
memberikan tuduhan yang bersifat politis. Kedua, Yesus melarang orang membayar pajak
kepada Kaisar Romawi. Ketiga, Yesus
mengatakan, bahwa Dia adalah Kristus yang artinya Raja.
Tiga
tuduhan mereka tentu saja adalah tuduhan palsu belaka. Yesus tidak pernah
melarang untuk membayar pajak, justru sebaliknya. Dia juga tidak pernah
mengangkat diri-Nya sebagai Raja. Kalau Dia lakukan itu pasti sangat banyak
pengikut-Nya karena bangsa itu memang sedang menantikan mesias yang datang
sebagai pembebas dari penjajahan. Tapi justru Yesus menyatakan diri-Nya dengan
berbeda dan menolak waktu orang-orang Yahudi ingin menjadikan Yesus sebagai
raja dan memimpin pemberontakan. Dan inilah yang membuat orang-orang Yahudi itu
marah dan membenci Yesus. Pilatus tentu saja tidak mudah terbawa
perkataan-perkataan imam-imam kepala. Dibawanya masuk Yesus ke ruangannya.
Pilatus bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau Raja ?”. Yesus menjawab, “Engkau
yang mengatakannya. Untuk itulah aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi
kesaksiaan tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran
mendengarkan suara-Ku.” Dengan senyum mengejek Pilatus menimpali, “Apakah
kebenaran itu?”. Pilatus sadar bahwa tidak ada kesalahan dalam diri Yesus.
Tidak mungkin orang seperti ini memimpin pemberontakan. Dia mengirim Yesus
untuk diadili oleh Herodes, raja Israel, boneka penjajah romawi yang kebetulan
sedang berada di Yerusalem. Tapi Herodes mengirim kembali Yesus kepada Pilatus.
Pilatus
jengkel dengan desakan imam-imam kepala yang didukung rakyat banyak itu. Dia
dengan tegas katakan bahwa dia tidak menemukan kesalahan atas Yesus, Herodes
pun tidak. Dia putuskan untuk menyesah Yesus lalu melepaskan Dia. Namun orang
banyak yang sudah dihasut itu berteriak-teriak menuntut Yesus dihukum.
Imam-imam kepala sudah mengatur supaya suara orang banyak itu menjadi tekanan
bagi Pilatus. Jika permintaan mereka tidak dituruti akan terjadi kerusuhan.
Terbersitlah akal Pilatus untuk membebaskan Yesus. Waktu itu dia berhak untuk
memberikan kebebasan kepada seorang penjahat. Lalu Pilatus mengelurakan seorang
penjahat masyarakat yang sangat mereka benci bernama Barabas. Dan memberikan
pilihan siapa yang akan mereka pilih untuk dlepaskan. Pikir Pilatus pastilah
Yesus yang mereka pilih. Barabas begitu jahat. Pada saat yang sama, datanglah
sebuah surat dari istrinya. Rupanya semalam dia bermimpi bahwa orang yang akan
dihukum Pilatus itu tidak bersalah. Dalam suratnya dia meminta suaminya agar
tidak mencampuri perkara orang benar itu. Pilatus semakin bimbang. Dia terus
berpikir bagaimana melepaskan Yesus. Dia berharap usahanya kali ini berhasil.
Kaget
sekali dia. Seruan orang banyak itu tidak seperti yang dia harapkan. “Bebaskan
Barabas!”.
Suara orang banyak itu jelas meminta, “Salibkan Yesus”.
Entah apa yang ada di hati mereka. Tega sekali mereka memilih seorang guru yang
telah menyembuhkan banyak orang itu dihukum. Mereka biarkan seorang pembunuh
untuk bebas, sedangkan Yesus yang sudah melayani mereka itu digiringnya menuju
penghukuman paling mengerikan. Salib. Entah apa yang ada di hati Yesus waktu
melihat dan mendengar seruan itu. “Salibkan dia!”.
Pertanyaan
Renungan dan Aplikasi:
1.
Yesus menyebut diri-Nya sebagai sumber
kebenaran. Apakah Anda sudah rutin mendengar suara-Nya? Bagaimana kebenaran-Nya
menuntun hidup Anda?
2.
Menurut Anda bagaimana seseorang bisa melihat
pekerjaan Tuhan yang penuh kasih dan kuasa tapi tetap menolak Dia?
Andalah barabas yg layak dihukum tapi digantikan Yesus.
ReplyDelete