27 August 2015

Kisah no. 95
Salibkan Dia (Markus 15:1-15; Matius 27:11-26)

 Imam-imam kepala telah mufakat menyerahkan Yesus ke hadapan wali negeri. Wali negeri adalah wakil pemerintah Romawi yang ditugaskan menjaga wilayah jajahan mereka. Wali negeri yang berkuasa waktu itu bernama Pilatus. Sesampainya di sana Pilatus menerima Yesus tapi tidak mau gegabah menghukum Dia. Sebagai seorang yang terpelajar ia menanyakan tuduhan-tuduhan yang mereka ajukan. Sebenarnya jelas imam-imam kepala dan ahli taurat menyerahkan Yesus karena benci dan dengkinya mereka kepada Yesus (ayat 10). Namun mereka tahu dihadapan hukum romawi mereka harus punya alasan yang kuat. Maka disusunlah dan dikemukakanlah 3 tuduhan. Pertama, Yesus telah menyesatkan bangsa mereka. Ini tuduhan dalam ranah agama dan pasti Pilatus tidak mau menghukum Yesus karena hal ini. Oleh sebab itu, mereka juga memberikan tuduhan yang bersifat politis.  Kedua, Yesus melarang orang membayar pajak kepada Kaisar Romawi. Ketiga, Yesus mengatakan, bahwa Dia adalah Kristus yang artinya Raja.
                Tiga tuduhan mereka tentu saja adalah tuduhan palsu belaka. Yesus tidak pernah melarang untuk membayar pajak, justru sebaliknya. Dia juga tidak pernah mengangkat diri-Nya sebagai Raja. Kalau Dia lakukan itu pasti sangat banyak pengikut-Nya karena bangsa itu memang sedang menantikan mesias yang datang sebagai pembebas dari penjajahan. Tapi justru Yesus menyatakan diri-Nya dengan berbeda dan menolak waktu orang-orang Yahudi ingin menjadikan Yesus sebagai raja dan memimpin pemberontakan. Dan inilah yang membuat orang-orang Yahudi itu marah dan membenci Yesus. Pilatus tentu saja tidak mudah terbawa perkataan-perkataan imam-imam kepala. Dibawanya masuk Yesus ke ruangannya. Pilatus bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau Raja ?”. Yesus menjawab, “Engkau yang mengatakannya. Untuk itulah aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksiaan tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Dengan senyum mengejek Pilatus menimpali, “Apakah kebenaran itu?”. Pilatus sadar bahwa tidak ada kesalahan dalam diri Yesus. Tidak mungkin orang seperti ini memimpin pemberontakan. Dia mengirim Yesus untuk diadili oleh Herodes, raja Israel, boneka penjajah romawi yang kebetulan sedang berada di Yerusalem. Tapi Herodes mengirim kembali Yesus kepada Pilatus.
                Pilatus jengkel dengan desakan imam-imam kepala yang didukung rakyat banyak itu. Dia dengan tegas katakan bahwa dia tidak menemukan kesalahan atas Yesus, Herodes pun tidak. Dia putuskan untuk menyesah Yesus lalu melepaskan Dia. Namun orang banyak yang sudah dihasut itu berteriak-teriak menuntut Yesus dihukum. Imam-imam kepala sudah mengatur supaya suara orang banyak itu menjadi tekanan bagi Pilatus. Jika permintaan mereka tidak dituruti akan terjadi kerusuhan. Terbersitlah akal Pilatus untuk membebaskan Yesus. Waktu itu dia berhak untuk memberikan kebebasan kepada seorang penjahat. Lalu Pilatus mengelurakan seorang penjahat masyarakat yang sangat mereka benci bernama Barabas. Dan memberikan pilihan siapa yang akan mereka pilih untuk dlepaskan. Pikir Pilatus pastilah Yesus yang mereka pilih. Barabas begitu jahat. Pada saat yang sama, datanglah sebuah surat dari istrinya. Rupanya semalam dia bermimpi bahwa orang yang akan dihukum Pilatus itu tidak bersalah. Dalam suratnya dia meminta suaminya agar tidak mencampuri perkara orang benar itu. Pilatus semakin bimbang. Dia terus berpikir bagaimana melepaskan Yesus. Dia berharap usahanya kali ini berhasil.
                Kaget sekali dia. Seruan orang banyak itu tidak seperti yang dia harapkan. “Bebaskan Barabas!”.
Suara orang banyak itu jelas meminta, “Salibkan Yesus”. Entah apa yang ada di hati mereka. Tega sekali mereka memilih seorang guru yang telah menyembuhkan banyak orang itu dihukum. Mereka biarkan seorang pembunuh untuk bebas, sedangkan Yesus yang sudah melayani mereka itu digiringnya menuju penghukuman paling mengerikan. Salib. Entah apa yang ada di hati Yesus waktu melihat dan mendengar seruan itu. “Salibkan dia!”.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Yesus menyebut diri-Nya sebagai sumber kebenaran. Apakah Anda sudah rutin mendengar suara-Nya? Bagaimana kebenaran-Nya menuntun hidup Anda?
2.       Menurut Anda bagaimana seseorang bisa melihat pekerjaan Tuhan yang penuh kasih dan kuasa tapi tetap menolak Dia?


1 comment: