27 August 2015

Kisah no. 94
Petrus menyangkal Tuhan Yesus (Matius 26:69-75; Markus 14:66-72; Lukas 22:54-62; Yohanes 18:15-18, 25-27)
                Dari Getsemani Yesus dibawa ke rumah Imam Besar untuk disidang. Hanya 2 orang murid Yesus yang mengikuti rombongan itu dari jauh, Petrus dan Yohanes. Karena Yohanes kenal kerabat Imam Besar, maka ia bisa membawa masuk Petrus sampai ke dalam rumah Imam Besar yang megah sepeti istana. Yohanes masuk agak ke dalam sehingga bisa menyaksikan sidang perkara Yesus. Sementara Petrus hanya bisa melihat dari kejauahan dari serambi rumah itu. Pikirannya masih kacau. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia alami. Tak habis pikir, bagaimana mungkin gurunya yang berkuasa itu dengan mudah diikat dan ditangkap.
                Lamunannya dikejutkan oleh suara seorang perempuan, “Hei, bukankah orang ini bersama-sama dengan orang yang sedang disidang itu?”. Kaget sekali dia. Petrus segera menyangkal dan berlalu dari perempuan itu menuju ke pintu depan. Celaka sekali kalau sampai ketahuan bahwa dia adalah murid Yesus. Tidak beberapa lama, seorang hamba perempuan lain mendekati dia dan bertanya, “Bukankah kau juga seorang murid-Nya?”. Petrus tidak berani menatap wajah perempuan itu. Dia palingkan muka seraya menjawab pendek, “Bukan”. Dia segera menjauh.
                Sementara itu sidang perkara Yesus sudah selesai. Dia diseret keluar ke tengah-tengah serambi. Hamba-hamba Imam Besar mulai menyesah dan memukuli Yesus. Dari jauh Petrus dapat menyaksikan derita yang dialami Yesus. Tiba-tiba seorang laki-laki mendekatinya. Ia mengenali wajah Petrus. Dengan suara keras dia berteriak, “Kamu kan murid dari orang itu. Aku melihatmu di Getsemani”. Hamba-hamba yang lain segera berkerumun dan memperhatikan Petrus. Ketakutan meliputi hati Petrus. Ia menjawab setengah bersumpah, “Bukan! aku tidak kenal orang itu”. Tepat bersamaan dengan perkataan itu, ayam berkokok. Tepat juga seperti yang pernah dikatakan Yesus bahwa Petrus akan menyangkal Dia tiga kali sebelum ayam berkokok.
                Suara kokok ayam itu terdengar di telinga Petrus lebih keras dari biasanya. Suara kokok ayam itu seakan memecahkan kepalanya. Suara itu bercampur dengan suara guru yang dikasihinya, “Petrus, kamu akan menyangkalku”. Tepat bersamaan dengan itu, Yesus memandangnya. Dalam wajah bengkak yang berlumuran darah itu, Petrus masih melihat raut muka yang mengasihinya”. Hancur hatinya. Kesetiaannya sebagai murid Yesus selama ini menguap begitu saja. Kokok ayam dan pandangan Yesus adalah kombinasi yang indah untuk menghancurkan hati Petrus. Menyadarkan bahwa dia adalah manusia yang terbatas yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Yesus.Tepat seperti perkataan Yesus, ketika dia ditampi dia adalah gandum yang kosong tidak berbobot (Lukas 22:31-32).  Ia menangis dengan sedihnya. Tanda dia insaf.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Dengan cara apa pada masa sekarang banyak murid Yesus menyangkal Dia?
2.       Pernahkah Anda merasakan dukacita karena dosa yang Anda kerjakan? Bacalah 2Kor 7:9-10, temukan darimana dukacita itu berasal dan apa tujuannya?
3.       Allah bisa memakai kokok ayam yang sederhana untuk menghancurkan hati Petrus sehingga kembali kepada-Nya. Pernahkah Anda merasa tidak yakin ketika mengajar anak-anak tentang Allah Ragu-ragu saat memberi nasihat kepada mereka? Suara Anda memang sederhana. Kisah yang meluncur dari mulut Anda tidaklah ‘wah’. Ayo berdoa supaya tiap perkataan kita seperti kokok ayam yang menuntun anak-anak dalam pertobatan.



4.      

No comments:

Post a Comment