Kisah no. 94
Petrus menyangkal Tuhan Yesus (Matius 26:69-75; Markus 14:66-72; Lukas 22:54-62;
Yohanes 18:15-18, 25-27)
Dari
Getsemani Yesus dibawa ke rumah Imam Besar untuk disidang. Hanya 2 orang murid
Yesus yang mengikuti rombongan itu dari jauh, Petrus dan Yohanes. Karena
Yohanes kenal kerabat Imam Besar, maka ia bisa membawa masuk Petrus sampai ke
dalam rumah Imam Besar yang megah sepeti istana. Yohanes masuk agak ke dalam
sehingga bisa menyaksikan sidang perkara Yesus. Sementara Petrus hanya bisa
melihat dari kejauahan dari serambi rumah itu. Pikirannya masih kacau. Dia
masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia alami. Tak habis pikir,
bagaimana mungkin gurunya yang berkuasa itu dengan mudah diikat dan ditangkap.
Lamunannya
dikejutkan oleh suara seorang perempuan, “Hei, bukankah orang ini bersama-sama
dengan orang yang sedang disidang itu?”. Kaget sekali dia. Petrus segera
menyangkal dan berlalu dari perempuan itu menuju ke pintu depan. Celaka sekali
kalau sampai ketahuan bahwa dia adalah murid Yesus. Tidak beberapa lama,
seorang hamba perempuan lain mendekati dia dan bertanya, “Bukankah kau juga
seorang murid-Nya?”. Petrus tidak berani menatap wajah perempuan itu. Dia
palingkan muka seraya menjawab pendek, “Bukan”. Dia segera menjauh.
Sementara
itu sidang perkara Yesus sudah selesai. Dia diseret keluar ke tengah-tengah
serambi. Hamba-hamba Imam Besar mulai menyesah dan memukuli Yesus. Dari jauh Petrus
dapat menyaksikan derita yang dialami Yesus. Tiba-tiba seorang laki-laki
mendekatinya. Ia mengenali wajah Petrus. Dengan suara keras dia berteriak, “Kamu
kan murid dari orang itu. Aku melihatmu di Getsemani”. Hamba-hamba yang lain
segera berkerumun dan memperhatikan Petrus. Ketakutan meliputi hati Petrus. Ia
menjawab setengah bersumpah, “Bukan! aku tidak kenal orang itu”. Tepat bersamaan
dengan perkataan itu, ayam berkokok. Tepat juga seperti yang pernah dikatakan
Yesus bahwa Petrus akan menyangkal Dia tiga kali sebelum ayam berkokok.
Suara
kokok ayam itu terdengar di telinga Petrus lebih keras dari biasanya. Suara
kokok ayam itu seakan memecahkan kepalanya. Suara itu bercampur dengan suara
guru yang dikasihinya, “Petrus, kamu akan menyangkalku”. Tepat bersamaan dengan
itu, Yesus memandangnya. Dalam wajah bengkak yang berlumuran darah itu, Petrus
masih melihat raut muka yang mengasihinya”. Hancur hatinya. Kesetiaannya sebagai
murid Yesus selama ini menguap begitu saja. Kokok ayam dan pandangan Yesus adalah
kombinasi yang indah untuk menghancurkan hati Petrus. Menyadarkan bahwa dia
adalah manusia yang terbatas yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Yesus.Tepat seperti
perkataan Yesus, ketika dia ditampi dia adalah gandum yang kosong tidak
berbobot (Lukas 22:31-32). Ia menangis dengan sedihnya. Tanda dia insaf.
Pertanyaan
Renungan dan Aplikasi:
1. Dengan cara apa
pada masa sekarang banyak murid Yesus menyangkal Dia?
2. Pernahkah Anda merasakan
dukacita karena dosa yang Anda kerjakan? Bacalah 2Kor 7:9-10, temukan darimana dukacita itu berasal dan
apa tujuannya?
3. Allah bisa memakai
kokok ayam yang sederhana untuk menghancurkan hati Petrus sehingga kembali
kepada-Nya. Pernahkah Anda merasa tidak yakin ketika mengajar anak-anak tentang
Allah Ragu-ragu saat memberi nasihat kepada mereka? Suara Anda memang sederhana.
Kisah yang meluncur dari mulut Anda tidaklah ‘wah’. Ayo berdoa supaya tiap
perkataan kita seperti kokok ayam yang menuntun anak-anak dalam pertobatan.
4.
No comments:
Post a Comment