28 August 2015

Kisah no. 92

Yesus merayakan Paskah dengan murid-murid-Nya (Lukas 22:7-20)

Permulaan Paskah ditandai dengan hari raya Roti Tidak Beragi. Selama satu minggu orang Israel tidak makan roti yang menggunakan ragi. Karena ragi dianggap sebagai lambang dari kebusukan hati. Yesus sangat ingin merayakan perjamuan Paskah dengan murid-murid-Nya karena ia tahu itu akan menjadi perjamuan terakhir bagi Dia. Disuruhnyalah Petrus dan Yohanes mencari tempat untuk mereka bisa merayakan perjamuan Paskah. Sebuah perintah rahasia diberikan karena waktu itu imam-imam sedang berusaha menangkap Yesus. Setelah menemukan ruangan yang cukup besar di lantai atas sebuah rumah milik seorang pengikut Yesus yang setia, Petrus dan Yohanes segera menyediakan segala keperluan Paskah.
                Sesampainya Yesus di tempat itu segeralah mereka duduk melingkar di seputar meja. Hidangan paskah tersedia di depan mereka. Ada roti bundar yang kering dan renyah, sayuran pahit, dan domba yang telah dibakar. Tulang-tulang domba itu tidak boleh dipatahkan sama sekali. Juga disediakan anggur merah. Semuanya itu melambangkan bagaimana Allah menolong Israel bebas dari Mesir. Yesus pun mulai perjamuan itu dengan berkata kepada murid-murid: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita”. Itulah kerinduan Yesus, melalui perjamuan Paskah yang kudus itu. Rindu agar rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari kutuk dosa akan digenapi pada Paskah yang sesungguhnya yang akan segera berlangsung. Paskah yang lama dilambangkan dengan domba yang tak bercacat cela, namun Paskah yang sesungguhnya Dialah yang akan menjadi domba sejati penebusan dosa manusia melalui kematian di kayu salib. Yesus juga melanjutkan perkataan-Nya, “Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah." Kerinduan yang juga timbul dalam hati Yesus adalah akan datang waktunya nanti ketika semua manusia yang diselamatkannya berkumpul dari segala bangsa bersama mengadakan pesta perjamuan yang meriah di Kerajaan-Nya yang akan datang (Wahyu 5:9-10). Sebelum melanjutkan perjamuan, Yesus berdiri untuk membasuh tangan. Namun ada yang menarik perhatiannya. Murid-murid-Nya sedang berbantah-bantahan. Apa yang diributkan?      
Biasanya dalam perjamuan makan seperti itu, ada seorang pelayan yang akan membasuh kaki para tamu. Atau seseorang yang dianggap yang terendah statusnya yang akan melakukannya. Rupanya tidak ada seorangpun di antara murid-murid Yesus yang mau dianggap yang terendah. Mereka mulai berdebat siapa yang paling besar, terhormat di antara mereka. Sebenarnya sudah berkali-kali Yesus mengajarkan bahwa dalam prinsip Kerajaan Allah yang melayanilah yang terbesar. Yesus berdiri dan menanggalkan jubahnya. Kali ini Dia akan mencontohkan sendiri bagaimana kebesaran seseorang didapat ketika ia melayani. Diambilnya kain lenan dan diikatnya di pinggang, persis seperti yang biasa dilakukan oleh seorang pelayan. Lalu mulailah Dia membasuh kaki murid-murid-Ny dengan air pembasuhan yang tersedia. Disekanya kaki-kaki itu dengan kain lenan yang ada di pinggangnya. Raut muka malu terlihat di wajah murid-murid. Setelah selesai dan duduk kembali Yesus kembali menegaskan terhormatnya mereka yang memiliki hati untuk melayani. Tanya Yesus, “Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”
                Mereka pun mulai melaksanakan perjamuan Paskah sesuai dengan urutan dan maknanya. Pertama-tama mereka minum anggur, lalu makan sayur pahit, roti tidak beragi dan daging domba. Sementara cawan anggur diisi kedua kali, selayaknya seorang ayah dalam keluarga, Yesus menceritakan ulang bagaimana dulu orang Israel keluar dari negeri Mesir. Bebas dari perbudakan Mesir. Lalu tiba-tiba Yesus menetapkan sesuatu atas perjamuan Paskah itu. Mulai hari itu setiap kali murid-murid mengadakan perjamuan, maka mereka harus mengingat bahwa Paskah tidak lagi memperingati tentang keluarnya Israel dari Mesir, tapi bebasnya manusia dari perbudakan dosa. Ketika mereka minum anggur dan makan roti yang Yesus pecahkan, hendaklah murid-murid mengingat bahwa itu adalah gambaran darah dan tubuh Yesus yang akan diserahkan di kayu salib untuk menjadi korban penebusan dosa manusia. Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Lalu diambilnya cawan yang diisi anggur ketiga kalinya; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu”. Sekali lagi cawan diisi dan mereka minum bersama. Demikian Yesus menetapkan perjamuan kudus yang masih diingat dan dirayakan oleh mereka yang menerima penyerahan tubuh dan pencurahan darah Yesus sebagai tanda keselamatan dan pengudusan.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Apa isi hati Allah bagi manusia di dunia seperti yang dicatat di Wahyu 5:9-10? Apa yang Anda bisa lakukan untuk terlibat mewujudkannya?
2.       Apa yang menjadi penghalang dalam hidup Anda untuk memiliki hati dan hidup yang melayani?
3.       Apa arti perjamuan kudus bagi Anda?


1 comment: