28 August 2015

Kisah no. 91

Yesus layak diurapi dengan minyak wangi yang mahal (Yohanes 12:1-8, Markus 14:3-9)

Setelah peristiwa Yesus disambut dengan meriah di Yerusalem dan mengajar banyak hal di sana, Yesus sempat kembali ke kota Betania memenuhi undangan Simon. Dia menjamu Yesus di rumahnya sebagai ucapan terima kasih karena Yesus pernah menyembuhkannya dari sakit kusta. Perjamuan makan itu juga dihadiri Lazarus dan Martha. Seperti biasa Martha sibuk membantu istri Simon menyiapkan jamuan. Maria tidak nampak ada bersama-sama dengan mereka. Kemana dia? Rupanya Maria sedang pergi membeli sesuatu.
Ketika Lazarus mendapat undangan ke rumah Simon dan tahu bahwa Yesuslah tamu istimewa yang Simon undang, ia segera mengumpulkan adik-adiknya. Akhirnya mereka sepakat bahwa mereka juga akan ikut hadir di perjamuan itu. Seperti Simon yang memakai waktu itu untuk berterima kasih kepada Yesus, maka mereka pun memikirkan sesuatu untuk menunjukkan syukur mereka kepada Yesus. Mereka mengumpulkan uang mereka bersama. Terkumpul cukup banyak tabungan mereka, tidak disisakan, semua untuk Yesus. Seperti yang diusulkan Maria, mereka akan membeli sebotol minyak narwastu. Minyak wangi itu sangat mahal dan sukar di dapat, biasanya dibawa pedagang dari India Utara. Satu buli-buli seberat lebih kurang setengah liter bisa seharga upah pekerja 1 tahun. Ketika mereka hitung semua tabungan yang ada, senanglah hati mereka, cukup.
Cukup lama perjamuan makan itu berlangsung ketika Maria masuk ke dalam ruangan. Dia menggenggam satu buli-buli dari pualam. Setelah meminta ijin, dia mendekati Yesus. Biasanya buli-buli itu memiliki lubang mulut yang kecil, karena memang minyak itu keluar setetes demi setetes. Setetes minyak narwastu cukup untuk mengharumkan tubuh. Tapi Maria justru mematahkan leher dari buli-buli itu sehingga minyak wangi mengalir deras. Minyak itu dicurahkannya ke kepala Yesus lalu dicurahkannya juga ke kaki Yesus. Disekanya kaki itu dengan rambutnya seperti dulu pernah dilakukan seorang perempuan yang juga mengurapi Yesus (Lukas 7:38). Keharuman narwastu itu memenuhi seluruh ruangan. Setelah selesai Maria segera duduk disebelah Lazarus dan Martha. Tersirat wajah mereka penuh kebahagiaan. Harta mereka selama ini telah berubah menjadi minyak berbau harum yang mengurapi tubuh Yesus. Tak sedikitpun hati mereka kecewa karena kehilangan harta mereka, karena bagi mereka Yesuslah yang paling berharga.
Justru muka Yudas, murid Yesus yang cemberut. Ditegornya Maria. PEMBOROSAN. Bahkan kalau minyak itu dijual bisa diberikan kepada orang miskin. Sebenarnya dia mengatakan itu bukan karena peduli dengan orang miskin, tapi seandainya uang itu diberikan kepada dia sebagai bendahara di antara murid-murid Yesus tentunya dia bisa mengambilnya beberapa untuk dia pribadi, seperti yang selama ini dia lakukan. Murid-murid yang lain setuju dengan Yudas. Ini memang pemborosan. Yesus dengan tegas membela Maria, “Biarkan dia, jangan memarahi dia. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku”. Agak aneh Maria meminyaki Yesus yang masih hidup. Tapi bagi Yesus justru Maria telah memilih waktu yang tepat untuk menunjukkan kasihnya. Banyak orang baru menunjukkan kasihnya pada saat yang  bersangkutan sudah meninggal. Meminyaki tubuh yang terkujur mati. Jangan menunda untuk menunjukkan kasih, menunjukkan penyembahan kepada Allah, sekarang waktu yang tepat.
Maria seperti pedagang yang menemukan mutiara lalu menjual semua yang dia miliki untuk mendapatkan mutiara itu (Matius 13:45-46). Yesuslah mutiara itu.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Pernahkan Anda melihat kehidupan seseorang yang hidup mengutamakan Allah di atas segalanya? Bagaimana kehidupan mereka?
2.       Yudas memandang begitu tinggi nilai minyak narwastu yang dipecahkan, celakanya dia memandang murah Yesus saat menjualnya seharga 30 keping perak (harga seorang budak waktu itu). Menurut Anda pada masa sekarang apakah ada di antara anak-anak Tuhan yang hidup dengan sikap hati seperti Yudas? Dalam bentuk tindakan seperti apa nilai Yesus mereka rendahkan?
3.       Pernahkah Anda berpikir untuk mengatur pengeluaran Anda agar ada lebih banyak yang bisa diberikan untuk pekerjaan Tuhan? Apa yang akan Anda lakukan?


No comments:

Post a Comment