27 December 2014

Kisah no. 69

Yesus mencengangkan Ahli Taurat di rumah Bapa-Nya (Lukas 2:41-52)

                Tidak banyak kisah tentang masa kecil Yesus. Hanya satu kisah yang dicatat oleh Lukas, itupun merupakan penggalan kisah pendek. Jika dibandingkan dengan dongeng-dongeng yang beredar tentang masa kecil Yesus seperti misalnya Dia membuat burung dari tanah liat, maka kisah yang diceritakan Lukas ini kalah spektakular. Namun tentunya Lukas punya maksud tertentu saat mengisahkannya.
                Kejadian ini terjadi saat Yesus berusia 12 tahun. Dalam budaya Yahudi anak yang berusia 12 tahun biasa disebut sebagai ‘anak Taurat’. Inilah waktu peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Mereka mulai meiliki hak dan kewajiban yang juga dimiliki seorang dewasa. Khususnya dalam urusan keagamaan, mereka sudah diijinkan untuk melibatkan diri dalam upacara-upacara keagamaan secara mandiri. Seperti lazimnya orang Israel pergi ke Yerusalem tiap tahun untuk merayakan Paskah, maka Yusuf dan Maria pun pergi ke sana. Mereka bergabung dengan rombongan besar dari Nazaret. Yesus ikut serta dalam rombongan itu.
                Yerusalem penuh dengan orang-orang dari seluruh penjuru Israel pada waktu itu. Paskah sendiri dirayakan selama seminggu. Namun tiga hari pertamalah yang terpenting. Itulah waktu-waktu upacara yang terpenting, sedang sisanya adalah hari-hari yang bersifat perayaan. Paskah itu seperti perayaan hari kemerdekaan bagi bangsa Israel. Mereka memperingati keluarnya mereka dari perbudakan Mesir karena pertolongan Allah yang ajaib. Biasanya tidak semua orang akan tinggal terus selama seminggu. Setelah tiga hari yang penting, mereka akan pulang meninggalkan Yerusalem. Sepertinya Yusuf dan Maria memtuskan untuk segera pulang setelah ikut upacara penting selama tiga hari itu. Kembalilah mereka ke Nazaret bersama beberapa orang yang juga memutuskan untuk kembali. Mereka tidak sadar bahwa Yesus tidak turut serta dalam kepulangan itu. Mereka pikir Yesus ada di antara orang banyak itu. Setelah sehari perjalanan barulah mereka sadar dan segera kembali ke Yerusalem untuk mencari Yesus.
                Di mana Yesus? Apa yang menarik perhatiannya sehingga Dia tidak sadar telah terpisah dengan orang tua-Nya? Jawabannya adalah Bait Allah. Kekaguman terbersit dalam hati Yesus ketika memandang kemegahan Bait Allah. Ini rupanya tempat pertemuan Allah dengan umat-Nya seperti yang dia dengar dari guru-guru agama di Nazaret. Tak hanya itu, di Bait Allah itu, kehadiran Allah dirasakan-Nya dengan nyata. Bahkan dalam hati-Nya timbul perasaan kuat, Allah yang sedang disembah orang banyak itu, dekat seperti seorang Bapa bagi Yesus. Ada suara lembut Allah, Bapa-Nya, yang sedang berbisik menceritakan rencana agung atas kehidupan Yesus.
                Di Bait Allah ada banyak guru-guru agama yang duduk di serambi-serambi. Mereka menyediakan diri untuk mengajar dan bersoal jawab dengan semua orang yang datang ke Bait Allah. Yesus tertarik dengan kumpulan itu, Ia segera menggabungkan diri ikut mendengar apa yang diajarkan guru-guru itu. Nyata jelas bagi Yesus, cara mengajar dan pengetahuan mereka jauh lebih hebat dari guru-guru-Nya di Nazaret. Saat tiba bersoal jawab, semua pertanyaan yang diajukan orang banyak mampu dijawab oleh guru-guru itu. Mulailah Yesus bertanya. Satu demi satu pertanyaan mulai Dia ajukan. Pertanya-pertanyaan-Nya membuat guru-guru itu tercengang. Pertanyaan dan pemikiran yang dalam. Tak jarang pertanyaan Yesus memicu diskusi di antara mereka sendiri. Semakin dalam diskusi mereka semakin nyata pemahaman Yesus akan Allah lebih daripada yang mereka pernah pelajari. Sepertinya Yesus sangat mengenal Allah yang sedang menjadi topik pembicaraan mereka. Posisinya bahkan terbalik, Yesus, anak berusia 12 tahun sekarang yang mengajar guru-guru agama yang terpelajar dan penuh pengalaman.
                Akhirnya setelah 3 hari, Yusuf dan Maria berhasil menemukan Yesus. Dilihatnya Yesus sedang duduk di antara guru-guru agama, mendengarkan pengajaran mereka, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Kedua orang tua Yesus juga melihat bagaimana muka-muka guru-guru agama itu tercengang mendengar jawaban-jawaban Yesus. Kecerdasan yang tidak biasa. Segera Maria menghampiri Yesus setengah berbisik, dia menceritakan kecemasan mereka. “Bapa-Mu dan aku mencari engkau dengan penuh kecemasan”. Lalu Maria  meminta Yesus pulang mengikuti mereka. Tiba-tiba Yesus berdiri dan berkata kepada ibunya itu, “Mengapa ibu mencari aku?Tidakkah ibu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?. Maria berkata ‘Bapa-Mu’ tapi Yesus menjawab ‘Bapa-Ku’. Yesus sedang menyatakan dan mengingatkan kembali Maria siapa Dia yang sebenarnya. Dia adalah Anak Allah. Dan Dia turun ke dunia dengan untuk menyelesaikan rencana Bapa-Nya. “Aku harus tinggal di rumah Bapaku. Aku harus ada di pusat rencana dan pekerjaan-Nya.”
                Jawaban Yesus itu membuat bingung guru-guru agama yang mendengarnya. Tapi Maria sadar benar apa yang dikatakan Yesus. Dia menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya. Beberapa belas Tahun kemudian dia merasakan kembali apa yang dia alami itu. Tiga hari kehilangan Yesus di Yerusalem seperti menjadi bayangan dari rasa sakitnya ketika Yesus mati dan dikubur selama 3 hari. Tapi ketika Yesus bangkit, semua misteri itu terjawab tepat seperti yang telah diceritakan malaikat Tuhan dan seperti yang Yesus sendiri katakan kepadanya. Inilah maksud Lukas menuliskan kisah ini. Mulainya babak baru hidup Yesus dalam menggenapi rencana Bapa-Nya. Waktu dimana Dia mulai menyadari siapa Dia yang sebenarnya dan sekaligus mulai terbayang apa yang akan dialaminya di masa mendatang. Bapa-Nya mengutus Dia  untuk sebuah rencana besar. Sebuah rencana yang akan menuntut penyerahan diri Yesus sepenuhnya.
Walau Dia sangat senang tinggal di Bait Allah, tapi Dia sadar bahwa Bapa-Nya menginginkan Dia tetap tinggal di bawah asuhan Yusuf dan Maria. Pulanglah mereka kembali ke Nazaret. Semakin hari Yesus main bertambah besar. Hikmat-Nya juga makin bertambah, makin dikasihi Allah dan orang-orang di sekitarnya.

Pertanyaan Renungan dan Aplikasi:
1.       Dalam kisah ini kita melihat bagaimana Allah menyiapkan Yesus untuk bisa berjalan sesuai rencana-Nya. Seperti Allah menuntun Maria setahap- demi setahap, demikian juga Allah menuntun Yesus, anak yang dikasihi-Nya. Renungkanlah kebenaran ini, Allah seperti apakah yang Anda miliki?
2.       Yesus memiliki sikap hati yang luar biasa. Dia ingin ada di pusat rencana Allah. Respon Yesus atas rencana Allah adalah penyerahan hidupnya. Bagaimana Anda merespon rencana Allah dalam hidup Anda?
3.       Sikap lain yang ditunjukkan Yesus adalah hati yang senang diajar. Itu ditunjukkannya saat Dia duduk bersoal jawab dengan guru-guru agama. Apakah Anda memiliki hati yang senang diajar? Bagaimana Anda akan mengembangkannya?
4.       Menurut Anda apakah Alkitab bisa menuntun Anda untuk dapat mengerti rencana Allah dalam hidup Anda? Jika Anda mejawab ya, apa yang akan Anda lakukan ke depan?

Sumber:
1.       Alkitab, LAI.
2.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 66.
3.       Sejarah Kerajaan Allah 2.



No comments:

Post a Comment