Kisah
no. 65
Allah Menepati Janji-Nya kepada
Zakharia (Lukas
1:5-25)
Kisah pertama dalam rangkaian
kitab-kitab Perjanjian Baru dimulai dengan kisah seorang imam tua bernama
Zakharia. Nama itu berarti Allah
mengingat hamba-Nya. Dia hidup pada jaman Herodes Agung memerintah. Dia
berasal dari keturunan Harun sehingga termasuk dalam golongan imam dan termasuk
di rombongan Abia. Raja Daud pernah membagi semua imam atas dua puluh empat
rombongan yang bertugas secara bergantian di Bait Suci. Rombongan Abia adalah
rombongan kedelapan (1 Tawarikh 24:10).
Istrinya Elisabet juga keturunan Harun. Arti nama Elisabet juga sangat
indah Allah telah berjanji. Suami
istri ini hidup takut akan Allah. Hidup mereka saleh. Segala perintah dan
ketetapan Allah mereka taati. Namun mereka punya masalah berat. Mereka tidak
memiliki anak. Dan sudah tertutup kemungkinan untuk itu karena Elisabet mandul
dan sudah lanjut umurnya.
Suatu hari ketika tiba waktu
pembakaran ukupan terjadilah sebuah peristiwa ajaib dalam hidup Zakharia. Waktu
itu rombongannya yang sedang mendapat tugas di Bait Suci. Seperti biasa,
imam-imam membuang undi untuk menetapkan satu orang di antara mereka untuk
masuk ke dalam Ruang Kudus untuk membakar persembahan ukupan. “Ukupan ialah
getah harum atau bahan lain yang menghasilkan bau wangi-wangian bila dibakar
dan digunakan khususnya dalam upacara keagamaan; wangi-wangian atau asap akan
timbul daripadanya”. Pada masa sekarang
ukupan menyerupai dupa atau hio. Biasanya seorang imam hanya memiliki
kesempatan satu kali selama hidupnya, karena jumlah mereka yang banyak. Zakharia tidak pernah menyangka hari itu dia
yang mendapat kesempatan itu. Dia juga tidak pernah menyangka apa yang akan
ditemuinya di dalam Ruang Kudus. Dengan penuh rasa hormat, Zakharia masuk ke
dalam Ruang Kudus. Di dalam ruangan itu tidak ada sumber penerangan kecuali
kandil emas di sebelah kiri pintu masuk. Dengan perlahan Zakharia masuk dan
mendekati mezbah pembakaran ukupan yang terletak persis di depan tirai yang
menutup Ruang Maha Kudus. Segera diletakannya ramuan untuk persembahan ukupan ke
atas mezbah itu. Setelah selesai dia
mundur untuk kembali. Tiba-tiba di sebelah kanan mezbah berdiri malaikat Tuhan
yang memancarkan sinar terang benderang.
Zakharia terkejut dan takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya:
"Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet,
isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu”. Rupanya pasangan
suami istri itu terus mendoakan dan berharap akan kehadiran seorang anak dalam
keluarga mereka. Malaikat itu datang untuk memberitahukan doa-doa itu didengar
dan telah dikabulkan. Elisabet akan melahirkan. Mereka akan punya anak. Anak
laki-laki. “Dan haruslah engkau menamai dia Yohanes”, lanjut malaikat itu. Arti nama Yohanes sangat indah. Allah yang penuh kasih karunia. Kasih
karunia yang membuat Zakharia dan Elisabet melupakan ratapan mereka. Sedih akan
berganti dengan sukaria. Wajah murung mereka akan berlalu dan berganti dengan
kegembiraan.
Anak ini spesial. Tidak hanya
orang tuanya yang akan bergembira karena kelahirannya, tapi banyak orang akan
diberkati oleh hidup Yohanes, anaknya. “Banyak orang akan bersukacita atas
kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum
anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim
ibunya”. Yohanes akan menjadi seorang nazir Allah, seorang yang dikhususkan
Allah untuk suatu tugas (bandingkan Bilangan 6).
Lalu tugas apa yang harus akan
dikerjakan Yohanes kelak. “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada
Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa
Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati
orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian
menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Yohanes adalah
penggenapan nubuat nabi Maleakhi tentang datangnya seorang dengan kuasa dan
keberanian Elia (Maleakhi 4:5). Ada dua hal pokok yang akan dilakukan Yohanes. Dia
akan menuntun banyak orang dalam pertobatan dan orang-orang itu pada akhirnya
akan siap menyambut kedatangan Yesus.
Entah apa perasaan orang tua jika
tahu anaknya penuh Roh Kudus sejak dari dalam kandungan dan Allah punya tugas
khusus untuk anaknya? Entah bagaimana perasaan Zakharia waktu itu. Tunggu dulu.
Tapi bukankah itu perkataan malaikat. Saat ini Elisabet sudah mandul. Apakah
perkataan itu bisa dipercaya? Reaksi yang sangat manusiawi. Manakah yang mudah
dipercaya janji Allah atau kenyataan hidup yang terjadi? Zakharia memilih yang
kedua. “Bagaimana mungkin itu akan terjadi? Aku sudah tua. Istriku sudah tua
dan mandul. Mana mungkin kami masih bisa punya anak?
Jawab malaikat itu kepadanya:
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara
dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya
engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di
mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak
percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya."
Dengan nada yang tegas sang malaikat yang berjuluk Gabriel itu mengoreksi
keragu-raguan Zakharia. Perkataan yang disampaikannya datang dari Allah. Itu
janji Allah untuk Zakharia. Dan janji
Allah akan nyata digenapi tepat pada waktunya. Sudah tua. Mandul. Punya anak.
Tidak mungkin. Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Ironis, Zakharia
laki-laki saleh yang hidup menaati setiap perintah Allah tidak mampu menaruh
kepercayaan atas kuasa Allah. Tapi janji Allah tidak tergantung dari kesalehan
ataupun ketidakpercayaan Zakharia. Apa yang telah Dia rencanakan pasti terjadi.
Atas keragu-raguannya, Zakharia dibuat jadi bisu sampai anak yang dijanjikan
itu lahir. Bisu sembilan bulan.
Beberapa lama setelah pertemuan
dengan malaikat Tuhan, Elisabet mengandung. Hati Zakharia penuh dengan
sukacita, namun tak bisa disuarakannya rasa gembira itu. Andaikan dulu dia
percaya. Kisah awal Perjanjian Baru ini dimulai dengan tiga nama orang,
Zakharia, Elisabet dan Yohanes. Namun dibalik nama-nama itu terkandung kebesaran
nama Allah. Dia adalah Allah yang mengingat umat-Nya, Allah yang memegang
janji-Nya dan Allah yang penuh dengan kasih karunia. “Percayalah kepada Allah
yang seperti itu!” seru Zakharia kepada kita. “Adakah janji Allah yang tidak
kalian percaya karena merasa itu tidak mungkin?” tanya Zakhari kepada kita. “Percayalah,
percayalah, percayalah”.
Sumber:
1.
Alkitab, LAI.
2.
Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran
65.
3.
Sejarah Kerajaan Allah 2.
4.
Definisi ukupan (The Living Webster’s Encyclopaedic Dictionary,
1977)
No comments:
Post a Comment