25 November 2014

Kisah no. 65

Allah Menepati Janji-Nya kepada Zakharia (Lukas 1:5-25)

Kisah pertama dalam rangkaian kitab-kitab Perjanjian Baru dimulai dengan kisah seorang imam tua bernama Zakharia. Nama itu berarti Allah mengingat hamba-Nya. Dia hidup pada jaman Herodes Agung memerintah. Dia berasal dari keturunan Harun sehingga termasuk dalam golongan imam dan termasuk di rombongan Abia. Raja Daud pernah membagi semua imam atas dua puluh empat rombongan yang bertugas secara bergantian di Bait Suci. Rombongan Abia adalah rombongan kedelapan (1 Tawarikh 24:10).  Istrinya Elisabet juga keturunan Harun. Arti nama Elisabet juga sangat indah Allah telah berjanji. Suami istri ini hidup takut akan Allah. Hidup mereka saleh. Segala perintah dan ketetapan Allah mereka taati. Namun mereka punya masalah berat. Mereka tidak memiliki anak. Dan sudah tertutup kemungkinan untuk itu karena Elisabet mandul dan sudah lanjut umurnya.
Suatu hari ketika tiba waktu pembakaran ukupan terjadilah sebuah peristiwa ajaib dalam hidup Zakharia. Waktu itu rombongannya yang sedang mendapat tugas di Bait Suci. Seperti biasa, imam-imam membuang undi untuk menetapkan satu orang di antara mereka untuk masuk ke dalam Ruang Kudus untuk membakar persembahan ukupan. “Ukupan ialah getah harum atau bahan lain yang menghasilkan bau wangi-wangian bila dibakar dan digunakan khususnya dalam upacara keagamaan; wangi-wangian atau asap akan timbul daripadanya”. Pada masa sekarang ukupan menyerupai dupa atau hio. Biasanya seorang imam hanya memiliki kesempatan satu kali selama hidupnya, karena jumlah mereka yang banyak.  Zakharia tidak pernah menyangka hari itu dia yang mendapat kesempatan itu. Dia juga tidak pernah menyangka apa yang akan ditemuinya di dalam Ruang Kudus. Dengan penuh rasa hormat, Zakharia masuk ke dalam Ruang Kudus. Di dalam ruangan itu tidak ada sumber penerangan kecuali kandil emas di sebelah kiri pintu masuk. Dengan perlahan Zakharia masuk dan mendekati mezbah pembakaran ukupan yang terletak persis di depan tirai yang menutup Ruang Maha Kudus. Segera diletakannya ramuan untuk persembahan ukupan ke atas mezbah itu.  Setelah selesai dia mundur untuk kembali. Tiba-tiba di sebelah kanan mezbah berdiri malaikat Tuhan yang memancarkan sinar terang benderang.
Zakharia terkejut dan takut.  Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu”. Rupanya pasangan suami istri itu terus mendoakan dan berharap akan kehadiran seorang anak dalam keluarga mereka. Malaikat itu datang untuk memberitahukan doa-doa itu didengar dan telah dikabulkan. Elisabet akan melahirkan. Mereka akan punya anak. Anak laki-laki. “Dan haruslah engkau menamai dia Yohanes”, lanjut malaikat itu. Arti nama Yohanes sangat indah. Allah yang penuh kasih karunia. Kasih karunia yang membuat Zakharia dan Elisabet melupakan ratapan mereka. Sedih akan berganti dengan sukaria. Wajah murung mereka akan berlalu dan berganti dengan kegembiraan.
Anak ini spesial. Tidak hanya orang tuanya yang akan bergembira karena kelahirannya, tapi banyak orang akan diberkati oleh hidup Yohanes, anaknya. “Banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya”. Yohanes akan menjadi seorang nazir Allah, seorang yang dikhususkan Allah untuk suatu tugas (bandingkan Bilangan 6).
Lalu tugas apa yang harus akan dikerjakan Yohanes kelak. “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Yohanes adalah penggenapan nubuat nabi Maleakhi tentang datangnya seorang dengan kuasa dan keberanian Elia (Maleakhi 4:5). Ada dua hal pokok yang akan dilakukan Yohanes. Dia akan menuntun banyak orang dalam pertobatan dan orang-orang itu pada akhirnya akan siap menyambut kedatangan Yesus.
Entah apa perasaan orang tua jika tahu anaknya penuh Roh Kudus sejak dari dalam kandungan dan Allah punya tugas khusus untuk anaknya? Entah bagaimana perasaan Zakharia waktu itu. Tunggu dulu. Tapi bukankah itu perkataan malaikat. Saat ini Elisabet sudah mandul. Apakah perkataan itu bisa dipercaya? Reaksi yang sangat manusiawi. Manakah yang mudah dipercaya janji Allah atau kenyataan hidup yang terjadi? Zakharia memilih yang kedua. “Bagaimana mungkin itu akan terjadi? Aku sudah tua. Istriku sudah tua dan mandul. Mana mungkin kami masih bisa punya anak?

Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." Dengan nada yang tegas sang malaikat yang berjuluk Gabriel itu mengoreksi keragu-raguan Zakharia. Perkataan yang disampaikannya datang dari Allah. Itu janji Allah untuk Zakharia. Dan  janji Allah akan nyata digenapi tepat pada waktunya. Sudah tua. Mandul. Punya anak. Tidak mungkin. Bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Ironis, Zakharia laki-laki saleh yang hidup menaati setiap perintah Allah tidak mampu menaruh kepercayaan atas kuasa Allah. Tapi janji Allah tidak tergantung dari kesalehan ataupun ketidakpercayaan Zakharia. Apa yang telah Dia rencanakan pasti terjadi. Atas keragu-raguannya, Zakharia dibuat jadi bisu sampai anak yang dijanjikan itu lahir. Bisu sembilan bulan.
Beberapa lama setelah pertemuan dengan malaikat Tuhan, Elisabet mengandung. Hati Zakharia penuh dengan sukacita, namun tak bisa disuarakannya rasa gembira itu. Andaikan dulu dia percaya. Kisah awal Perjanjian Baru ini dimulai dengan tiga nama orang, Zakharia, Elisabet dan Yohanes. Namun dibalik nama-nama itu terkandung kebesaran nama Allah. Dia adalah Allah yang mengingat umat-Nya, Allah yang memegang janji-Nya dan Allah yang penuh dengan kasih karunia. “Percayalah kepada Allah yang seperti itu!” seru Zakharia kepada kita. “Adakah janji Allah yang tidak kalian percaya karena merasa itu tidak mungkin?” tanya Zakhari kepada kita. “Percayalah, percayalah, percayalah”.
Sumber:
1.       Alkitab, LAI.
2.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 65.
3.       Sejarah Kerajaan Allah 2.

4.       Definisi ukupan (The Living Webster’s Encyclopaedic Dictionary, 1977)

No comments:

Post a Comment