Kisah no.81
Yesus dimuliakan di atas gunung
(Matius 17:1-8; Lukas 9:28-36)
Dalam sebuah jeda pelayanan, Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes naik ke sebuah gunung untuk berdoa. Lukas sering menceritakan kebiasaan Yesus berdoa. Tempat yang sunyilah yang dicari-Nya untuk berdoa. Di atas gunung itu Yesus bersekutu dengan Bapa-Nya meminta kekuatan yang baru untuk menyelesaikan semua tugas-Nya. Sementara suasana yang sunyi itu justru membuat murid-murid-Nya tak kuasa menahan kantuk sampai mereka tertidur.
Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Murid-murid yang terbangun sangat terkejut melihat pemandangan yang indah tersebut. Yesus yang mengambil rupa kemuliaan yang sedang mereka lihat. Menariknya, tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Bisa saja ada tanda yang terlihat sehingga murid-murid mengenali mereka atau Yesus memberitahukan kemudian siapa yang sedang berbicara dengan Dia.
Mengapa Musa dan Elia yang muncul, dan bukan Abraham, Daud atau yang lainnya? Tidak ada yang tahu pasti jawabnya. Memang mereka berdua juga punya pengalaman-pengalaman spektakular dengan Allah di atas gunung. Mereka juga punya kemampuan berpuasa 40 hari seperti yang pernah Yesus lakukan. Namun sepertinya kehadiran mereka bukan untuk membesarkan pribadi mereka berdua. Kemungkinan besar Musa dipilih untuk mewakili kitab Taurat sedang Elia mewakili kitab Nabi-nabi yang menjadi kitab utama orang Yahudi, dan Yesus datang untuk menggenapi semua yang dituliskan dalam kita-kitab tersebut. Yesuslah pribadi yang menjadi tujuan semua kitab-kitab itu ditulis. Sebuah penyataan yang luar biasa tentang pribadi Yesus. Kehadiran Musa dan Elia untuk memuliakan pribadi Yesus yang lebih besar dari mereka.
Sayup-sayup terdengar apa yang sedang Yesus bicarakan dengan Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Kata Yunani yang dipakai untuk kepergiaan Yesus memakai kata EXODOS (keluaran). Rupanya mereka sedang membicarakan sesuatu yang Musa dan Elia pernah alami sebelumnya, walaupun dalam derajat yang berbeda. Musa mengalami keluaran dari tanah perbudakan Mesir melalui Laut Merah yang terbelah, sedangkan Elia mengalami peristiwa keluaran dari dunia penuh dosa saat dia diangkat naaik kereta berapi. Yesus juga akan mengalami keluaran yang sama. Namun jauh lebih sukar. Jalan-Nya adalah penderitaan berujung kematiaan yang akan terjadi di Yeruslem. Namun, pada waktu Dia melaluinya, tidak seperti Elia yang naik ke sorga seorang diri, Yesus akan membawa setiap orang yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat ke sorga. Itulah yang sedang mereka bicarakan. Kemuliaan Yesus melalui kematian dan kenaikan-Nya.
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Dia belum bisa memahami penyataan kemuliaan Yesus di atas gunung itu. Dia juga menyamakan Yesus dengan Elia dan Musa.
Sementara Petrus berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku...”. Kedua kalinya Allah Bapa menyatakan Yesus sebagai Anak yang dikasihi dan dipilih-Nya. Sebelumnya ketika Yesus dibaptis, suara Allah Bapa terdengar sama. Suara itu menegaskan Yesus lebih besar dari Musa dan Elia. Yesus adalah Anak Allah yang hidup. Sebutan Anak Allah tentunya bukan menggambarkan hubungan daging ayah dengan seorang anak, seperti anak kunci rumah bukanlah anak dari bapak kunci. Lebih sebagai lambang hubungan antara pribadi pertama dan kedua dari Allah Tritunggal yang saling mengasihi dan menghormati.
Lalu Bapa berkata lagi, “...yang Kupilih...”, sepertinya Bapa sedang menyimpulkan pembicaraan Yesus dengan Elia dan Musa. Benar Yesuslah yang Dia pilih untuk menempuh keluaran yang adalah jalan kemuliaan, melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Lanjut suara itu, “...dengarkanlah Dia." Pengakuan itu diikuti sebuah perintah untuk mendengarkan apa yang Yesus katakan. Keyakinan akan keAllahan Yesus seyogyanya diikuti dengan kehidupan yang taat kepada firman-Nya.
Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu. Di kemudiaan waktu, Petrus akhirnya memahami arti penyataan Yesus di atas gunung itu. Pengalaman di atas gunung itulah yang menguatkan Petrus ketika memberitakan pekerjaan Yesus melalui surat-suratnya. “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.” (2 Petrus 1:16-18).
Pengenalan akan Yesus yang dibukakan kepada Petrus di atas gunung itu telah mengubah Petrus. Yesus adalah pribadi yang layak dia ikuti dan itu memberi keberanian pada Petrus untuk menceritakan Yesus kepada dunia. Berbahagialah setiap kita di masa kini yang mengalami peristiwa di atas gunung itu tentunya dalam bentuk yang lain. Pengalaman yang membuat kita semakin mengenal siapa yang Yesus yang kita sembah. Dan sekarang pengalaman itu tidak terjadi di atas gunung, tapi di tempat di mana kita sedang berhadapan dengan firman-Nya yang hidup. Berbahagialah mereka yang semakin mengenal Allahnya.
Peristiwa di atas gunung itu juga sangat indah. Yesus naik dengan pergumulan akan kematian yang harus dihadapi untuk menyelesaikan rencana keluaran (keselamatan). Di atas gunung itu Bapa-Nya mengutus Musa dan Elia yang pernah terlibat juga dalam rencana keselamatan Allah. Mereka diutus untuk menguatkan Yesus. Tak cukup di situ, Bapa sendiri turun dalam rupa awan kemuliaan menegaskan kembali bahwa Yesus adalah ANAK yang dikasihi-Nya. Dan satu-satunya pribadi yang Bapa pilih untuk menyelesaikan rencana agung keselamatan atas dunia. Bapa mengunjungi Anak-Nya yang sedang bergumul. Turun dari gunung itu jalan salib tetap harus dilalui Yesus. Tapi peristiwa di atas gunung itu membuat perbedaan. Dia turun dengan membawa KEKUATAN baru yang dikerjakan Bapa. Begitu jugalah hidup anak-anak-Nya. Acapkali jalan keluar masalah kehidupan ini tidak terlihat, namun KEKUATAN untuk menjalaninya disedikan Allah bagi anak-anak-Nya.
Sumber:
- Alkitab, LAI.
- Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 81.
- Sejarah Kerajaan Allah 2.
No comments:
Post a Comment