Kisah no. 77
Yesus menenangkan badai (Markus 4:35-41)
Yesus memutuskan untuk berhenti
sejenak dari kesibukannya melayani di Kapernaum. Dari kota itu, Ia mengajak
murid-murid-Nya untuk berlayar mengarungi danau Galilea menuju ke arah timur. Yesus
mengambil tempat di buritan, tempat yang agak tinggi di belakang perahu. Karena
kelelahan, tertidurah Dia. Semakin ke tengah tiba-tiba langit menjadi gelap dan
mulai bertiuplah angin yang sangat kencang. Angin sakal yang turun dari celah-celah
gunung di sekitar danau Galilea. Segera layar diturunkan supaya perahu tidak
terbalik. Ombak membesar dan membuat air laut masuk ke dalam perahu mereka.
Mereka coba menguras tapi air yang masuk lebih banyak daripada yang mereka bisa
buang. Murid-murid Yesus adalah nelayan yang berpengalaman, tapi kali ini
berbeda. Mereka belum pernah mengalami yang seperti itu. Usaha mereka tidak ada
hasilnya, sebentar lagi perahu mereka pasti tenggelam. Mereka panik. Takut.
Sementara itu di buritan Yesus
tertidur nyenyak. Dia terlihat tenang dan tidak terganggu dengan apa yang
sedang terjadi. Segeralah mereka membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya:
"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?". Mereka berharap
Yesus yang sering mereka melihat melakukan mujizat bisa menolong mereka. Namun,
sekarang mereka sedang berhadapan dengan keganasan alam. Keraguan apakah Yesus
bisa menolong atau tidak muncul di hati mereka. Yesus terbangun. Dia merasakan ganasnya
angin ribut yang menerpa perahu mereka. Hanya saja ekspresi mukanya berbeda
dengan murid-murid-Nya. Tenang. Tidak panik. Perlahan Yesus berdiri menghadap
keluar perahu. Lalu dengan suara yang keras, Dia menghardik angin itu, “Diaaaaaaam!
Tenanglah!”. Ajaib, mujizat terjadi lagi. Angin ribut berhenti seketika itu
juga. Danau Galilea kembali sunyi. Sayup-sayup terdengar mazmur tentang Allah: “Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut,
pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya.” (Maz
89:9). “Engkau, yang meredakan deru
lautan, deru gelombang-gelombangnya dan kegemparan bangsa-bangsa! (Maz 65:7).
“Dari pada suara air yang besar, dari
pada pecahan ombak laut yang hebat, lebih hebat TUHAN di tempat tinggi.”
(Maz 93:4)
Dan sekarang Anak Allah sedang
berdiri meredakan angin ribut dan ombak. Kuasa Yesus ada di atas segala
ciptaan. Alam tunduk di bawah kuasa perintah-Nya. Untuk sesaat suasana sangat
hening. Perlahan Yesus berbalik kepada murid-murid-Nya. Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?". Yesus
menegur mereka. Nada mereka saat membangunkan Yesus penuh dengan kepanikan dan
kekuatiran. Mereka masih belum yakin juga siapa Yesus yang sebenarnya. Rupanya
sampai sejauh ini, mereka masih dalam proses untuk bisa memahami guru mereka.
Kadang mengerti, kadang kebingungan. Kadang yakin, kadang ragu-ragu. Seperti
terlihat dari ucapan mereka satu dengan yang lain, "Siapa gerangan orang
ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?". Oleh sebab itu, Yesus terus
tinggal bersama dengan mereka. Mengajar mereka, mendemonstrasikan kuasa-Nya di
hadapan mereka, sampai mereka sadar bahwa mereka dapat mengandalkan Dia.
Beberapa tahun kemudian Petrus yang ada di perahu itu, menuliskan sebuah surat
yang berisi anjuran, “Serahkanlah segala
kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7)
Sumber:
1.
Alkitab, LAI.
2.
Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 76.
3.
Sejarah Kerajaan Allah 2.
No comments:
Post a Comment