Kisah no. 85
Kisah Yesus tentang Domba dan Koin
yang hilang (Lukas
15:1-10)
Bukankah
tidak layak seorang guru terhormat seperti Yesus duduk makan dan bercengkerama
dengan para pemungut cukai dan orang berdosa?. Keberatan itu terlontar dari ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi yang melihat Yesus duduk makan bersama orang-orang yang
sudah diberi cap berdosa oleh mereka. Pemungut cukai dibenci di masyarakat
Yahudi karena bekerja memungut cukai untuk penjajah Romawi. Bersama dengan
pencuri, pelacur, orang berdosa lainnya, pemungut cukai termasuk dalam golongan
orang yang dijauhi. Namun, Yesus duduk dan
makan dengan mereka. Bukankah keberdosaan dan kenajisan mereka akan menular
kepada Yesus. Itulah yang dipercayai turun temurun dalam hukum Taurat. Anggapan ini memang dituliskan di Taurat yang
bersumber dari kitab Perjanjian Lama, namun kitab Perjanjian Lama juga
mengajarkan Allah menunjukkan prinsip yang lain. Di kemah pertemuan Allah dengan
umat-Nya disediakan sebuah mezbah korban bakaran dan bejana pembasuhan yang
berfungsi sebagai sarana pengudusan. Setiap benda maupun orang yang
menyentuhnya akan dikuduskan (Keluaran 29:37; 30:29). Itu merupakan tipologi Yesus (Peristiwa di Perjanjian
Lama yang digenapi arti rohaninya dalam kedatangan Yesus di Perjanjian Baru). Yesus datang ke dunia sebagai bentuk
kekudusan Allah yang menyentuh manusia yang berdosa. Seorang perempuan yang
najis karena pendarahan 12 tahun menjadi sembuh dan kudus saat menyentuh Yesus.
Dia memang harus duduk dan makan dengan orang-orang berdosa itu, agar kekudusan
Allah mengubah kehidupan pendosa-pendosa itu. Kebenaran ini sama sekali tidak
terbersit dalam pikiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang sudah
beratus-ratus kali membaca kitab Taurat.
Yesus tidak terpancing untuk membela diri. Dia
justru menceritakan beberapa kisah untuk menjawab dan membenarkan pola pikir
yang salah di benak mereka.Yesus mulai dengan memberi pertanyaan, “Siapakah di
antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor
di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang
gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?”. Pertanyaan
Yesus itu diambil dari kejadian yang umum terjadi di Israel. Di tengah padang
gurun yang luas dan berbukit-bukit, seringkali gembala kehilangan domba. Sang
gembala juga tahu pasti kalau tidak di tolong dombanya akan mati entah karena
kecelakaan atau bertemu dengan binatang buas. Sore hari sang gembala akan
memasukan kumpulan dombanya ke dalam kandang sementara yang di buat dari
tumpukan batu-batuan. Dalam kisah Yesus, sambil memasukan ke kandang sang
gembala menghitung satu per satu domba-dombanya. Seharusnya semua berjumlah
100. Tinggal 99. Ada satu yang hilang.
Segeralah gembala itu pergi mencari, yang 99 ditinggalkannya. Dicarinya domba
yang hilang itu sampai ia menemukannya.
Setelah menemukannya, ia
meletakkannya di atas bahunya dengan gembira. Domba yang tersesat biasanya
didapati dalam keadaan ketakutan, tak berdaya, dan tidak mampu untuk
menggerakan kakinya. Menggendong di atas bahu adalah cara terbaik untuk
menenangkannya. Yesus melanjutkan, “dan setibanya di rumah ia memanggil
sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah
kutemukan.” Domba itu miliknya. Domba
itu hilang. Domba itu ditemukan. Bersukacitalah sang gembala. Lalu
disimpulkannya arti kisah itu. Yesus berkata, “Demikian juga akan ada sukacita
di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita
karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan
pertobatan." Sekali lagi kedatangan Yesus memang untuk mencari orang
berdosa yang memerlukan pertobatan. Oleh sebab itu, Yesus duduk dan makan
bersama dengan mereka. Ia menceritakan Kerajaan Allah kepada mereka seraya
mengundang mereka untuk mau masuk ke dalamnya. Banyak dari antara mereka yang
mengakui dosa mereka dan berbalik minta pengampunan dari Yesus. Itulah tujuan
kedatangan Yesus. Mereka makan dan pesta bersama, bukankah Yesus berkata ketika
orang berdosa bertobat sorga bersukacita. Sorga berpesta. Yesus menggelar pesta
itu di dunia. Di antara pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang bertobat.
Lihatlah sukacita itu terpancar di raut muka orang-orang itu.
Sayangnya, rasa suka itu tak
terlihat di wajah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Tunggu. Ada satu
bagian cerita Yesus yang sepertinya ditujukan khusus ke mereka. Ada sesuatu
yang dilakukan ketika gembala menemukan dombanya yang sesat. Dia panggil teman
dan tetangganya untuk bersukacita dengan dia. Jangan-jangan secara tidak
langsung Yesus juga sedang mengundang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
untuk bersukacita bersama dengan-Nya. Tapi mereka enggan menerimanya.
Yesus
melanjutkan kisah pengajarannya. Kali ini tentang seorang perempuan yang
kehilangan koin dirhamnya. Seorang
perempuan Yahudi akan mendapat mas kawin berupa koin dirham dari bahan perak.
Ada yang dijadikan kalung ada yang dijahit di kerudung yang mereka pakai. Yesus kembali bertanya "Perempuan
manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di
antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan
cermat sampai ia menemukannya?. Hampir bisa dipastikan itulah yang dilakukan
seorang perempuan yang kehilangan koinnya. Walau 1 yang hilang tapi nilainya
sangat berharga. Segera dinyalakan pelita karena rumah mereka pada waktu itu
sedikit sekali jendela sehingga cenderung gelap. Diambilnya sapu. Perlahan
disapunya lanti rumah sambil memperhatikan di mana koin itu berada. “Itu dia”,
serunya. Koin itu miliknya. Koin itu hilang. Koin itu ditemukan. Bersukacitalah perempuan itu.
Lanjut Yesus, “Ketika ia telah
menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta
berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu
telah kutemukan. Ada undangan yang dilayangkan. Undangan sukacita karena yang
hilang sudah ditemukan. “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat
Allah karena satu orang berdosa yang bertobat”, tegas Yesus.
Kedua kisah itu kehilangan serempak
menyatakan sebuah kebenaran penting di benak Yesus. Kebenaran tentang adanya
sukacita besar di sorga jika undangan Allah diterima dan direspon dengan benar.
Ada 2 undangan. Undangan pertama ditujukan kepada setiap orang yang berdosa. Bertobatlah!
Allah menantimu. Minta ampun, maka Allah yang kudus akan menyucikanmu. Undangan
kedua ditujukan bagi mereka yang mengasihi Allah dan mengasihi orang-orang
berdosa. Kasih yang diwujudkan dalam doa dan usaha membawa mereka kembali
kepada Allah.
Ketika Lukas menuliskan kisah ini
sepertinya dia juga sedang meneruskan undangan Yesus ini kepada pembaca
tulisannya. “Ayo rasakan sukacitaku saat ada orang yang tersesat bertobat dan
diselamatkan”, undang Yesus. Entahlah apa respon pembacanya…
Sumber:
1.
Alkitab, LAI.
2.
Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 85.
3.
Sejarah Kerajaan Allah 2.
No comments:
Post a Comment