04 November 2014

Kisah no. 85

Kisah Yesus tentang Domba dan Koin yang hilang (Lukas 15:1-10)
                

Bukankah tidak layak seorang guru terhormat seperti Yesus duduk makan dan bercengkerama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa?.  Keberatan itu terlontar dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang melihat Yesus duduk makan bersama orang-orang yang sudah diberi cap berdosa oleh mereka. Pemungut cukai dibenci di masyarakat Yahudi karena bekerja memungut cukai untuk penjajah Romawi. Bersama dengan pencuri, pelacur, orang berdosa lainnya, pemungut cukai termasuk dalam golongan orang yang dijauhi. Namun,  Yesus duduk dan makan dengan mereka. Bukankah keberdosaan dan kenajisan mereka akan menular kepada Yesus. Itulah yang dipercayai turun temurun dalam hukum Taurat.  Anggapan ini memang dituliskan di Taurat yang bersumber dari kitab Perjanjian Lama, namun kitab Perjanjian Lama juga mengajarkan Allah menunjukkan prinsip yang lain. Di kemah pertemuan Allah dengan umat-Nya disediakan sebuah mezbah korban bakaran dan bejana pembasuhan yang berfungsi sebagai sarana pengudusan. Setiap benda maupun orang yang menyentuhnya akan dikuduskan (Keluaran 29:37; 30:29).  Itu merupakan tipologi Yesus (Peristiwa di Perjanjian Lama yang digenapi arti rohaninya dalam kedatangan Yesus di Perjanjian Baru). Yesus datang ke dunia sebagai bentuk kekudusan Allah yang menyentuh manusia yang berdosa. Seorang perempuan yang najis karena pendarahan 12 tahun menjadi sembuh dan kudus saat menyentuh Yesus. Dia memang harus duduk dan makan dengan orang-orang berdosa itu, agar kekudusan Allah mengubah kehidupan pendosa-pendosa itu. Kebenaran ini sama sekali tidak terbersit dalam pikiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang sudah beratus-ratus kali membaca kitab Taurat.
 Yesus tidak terpancing untuk membela diri. Dia justru menceritakan beberapa kisah untuk menjawab dan membenarkan pola pikir yang salah di benak mereka.Yesus mulai dengan memberi pertanyaan, “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?”. Pertanyaan Yesus itu diambil dari kejadian yang umum terjadi di Israel. Di tengah padang gurun yang luas dan berbukit-bukit, seringkali gembala kehilangan domba. Sang gembala juga tahu pasti kalau tidak di tolong dombanya akan mati entah karena kecelakaan atau bertemu dengan binatang buas. Sore hari sang gembala akan memasukan kumpulan dombanya ke dalam kandang sementara yang di buat dari tumpukan batu-batuan. Dalam kisah Yesus, sambil memasukan ke kandang sang gembala menghitung satu per satu domba-dombanya. Seharusnya semua berjumlah 100.  Tinggal 99. Ada satu yang hilang. Segeralah gembala itu pergi mencari, yang 99 ditinggalkannya. Dicarinya domba yang hilang itu sampai ia menemukannya.
Setelah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira. Domba yang tersesat biasanya didapati dalam keadaan ketakutan, tak berdaya, dan tidak mampu untuk menggerakan kakinya. Menggendong di atas bahu adalah cara terbaik untuk menenangkannya. Yesus melanjutkan, “dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.” Domba itu miliknya. Domba itu hilang. Domba itu ditemukan. Bersukacitalah sang gembala. Lalu disimpulkannya arti kisah itu. Yesus berkata, “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Sekali lagi kedatangan Yesus memang untuk mencari orang berdosa yang memerlukan pertobatan. Oleh sebab itu, Yesus duduk dan makan bersama dengan mereka. Ia menceritakan Kerajaan Allah kepada mereka seraya mengundang mereka untuk mau masuk ke dalamnya. Banyak dari antara mereka yang mengakui dosa mereka dan berbalik minta pengampunan dari Yesus. Itulah tujuan kedatangan Yesus. Mereka makan dan pesta bersama, bukankah Yesus berkata ketika orang berdosa bertobat sorga bersukacita. Sorga berpesta. Yesus menggelar pesta itu di dunia. Di antara pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang bertobat. Lihatlah sukacita itu terpancar di raut muka orang-orang itu.
Sayangnya, rasa suka itu tak terlihat di wajah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Tunggu. Ada satu bagian cerita Yesus yang sepertinya ditujukan khusus ke mereka. Ada sesuatu yang dilakukan ketika gembala menemukan dombanya yang sesat. Dia panggil teman dan tetangganya untuk bersukacita dengan dia. Jangan-jangan secara tidak langsung Yesus juga sedang mengundang orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat untuk bersukacita bersama dengan-Nya. Tapi mereka enggan menerimanya.
                Yesus melanjutkan kisah pengajarannya. Kali ini tentang seorang perempuan yang kehilangan koin dirhamnya.  Seorang perempuan Yahudi akan mendapat mas kawin berupa koin dirham dari bahan perak. Ada yang dijadikan kalung ada yang dijahit di kerudung yang mereka pakai.  Yesus kembali bertanya "Perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?. Hampir bisa dipastikan itulah yang dilakukan seorang perempuan yang kehilangan koinnya. Walau 1 yang hilang tapi nilainya sangat berharga. Segera dinyalakan pelita karena rumah mereka pada waktu itu sedikit sekali jendela sehingga cenderung gelap. Diambilnya sapu. Perlahan disapunya lanti rumah sambil memperhatikan di mana koin itu berada. “Itu dia”, serunya. Koin itu miliknya. Koin itu hilang. Koin itu ditemukan. Bersukacitalah  perempuan itu.
Lanjut Yesus, “Ketika ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Ada undangan yang dilayangkan. Undangan sukacita karena yang hilang sudah ditemukan. “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat”, tegas Yesus.
Kedua kisah itu kehilangan serempak menyatakan sebuah kebenaran penting di benak Yesus. Kebenaran tentang adanya sukacita besar di sorga jika undangan Allah diterima dan direspon dengan benar. Ada 2 undangan. Undangan pertama ditujukan kepada setiap orang yang berdosa. Bertobatlah! Allah menantimu. Minta ampun, maka Allah yang kudus akan menyucikanmu. Undangan kedua ditujukan bagi mereka yang mengasihi Allah dan mengasihi orang-orang berdosa. Kasih yang diwujudkan dalam doa dan usaha membawa mereka kembali kepada Allah.  
Ketika Lukas menuliskan kisah ini sepertinya dia juga sedang meneruskan undangan Yesus ini kepada pembaca tulisannya. “Ayo rasakan sukacitaku saat ada orang yang tersesat bertobat dan diselamatkan”, undang Yesus. Entahlah apa respon pembacanya…

Sumber:
1.       Alkitab, LAI.
2.       Kurikulum CDG Kisah Perjanjian Baru, Pelajaran 85.

3.       Sejarah Kerajaan Allah 2. 

No comments:

Post a Comment